Part 48

44 30 1
                                        

Menjauh dari keramaian, bisa membuat kita sadar jika di sekitar kita sudah dipenuhi kemunafikan

Semua rangkaian acara berjalan dengan sangat lancar. Beberapa wartawan berkumpul untuk segera mencariku dan mencercaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat memusingkan. Aku tak sabar ingin bertemu dengan Pita. Hari dimana aku menantinya sesudah begitu lama, sorot matanya masih seperti yang dulu, gelombang rambutnya dan kulitnya yang putih semerbak bunga melati membuatku langsung terbang ke dalam angan-angan saja.

"Dra?" indra menatapku gelisah, ia paham jika aku ingin segera bertemu dengan Pita.

"Tentu aku paham maksudmu kawan! Cepat kesini, lewat belakang biarkan bawahanku yang mengurus bagian ini," aku dengan memakai topi berwarna hitam, menyelinap di antara kerumuman wartawan yang sedang meliput acara ini.

Desakan-desakan dan teriakan-teriakan seakan menjadi pelipur lara dari semua yang terjadi padaku dimasa lalu. Semua serba sunyi, hatiku sudah tak karuan ketika melihat sesosok anak kecil sedang tertidur pulas di antara selimut yang hangat itu. Pita ada di sana, menunggu dengan membalikkan badannya seakan ini adalah cerita yang harus dituntaskan.

Indra paham akan apa yang ingin ku lakukan selanjutnya. Ia pun pergi dan memberikan senyum kepadaku. Sambil berbisik kecil sekali, "Ia sudah berkeluarga dan mempunyai satu anak yang lugu, kau harus tahu kondisi dan posisimu sekarang ini!" aku paham dan sangat paham, dengan apa yang Indra katakan padaku barusan.

"Hei? Itu anakmu?" ia masih diam, sambil menutupi wajahnya dengan menunduk ke bawah.

"Bagaimana kabarmu selama ini? Aku harap kita bisa memperbaiki masalah dulu yang memang harus kita selesaikan sekarang juga, itu pun kalau kau tak keberatan Pit!" Pita lalu membalikkan badannya, dan melihat anaknya sejenak. Sebelum ia tarik napas dalam-dalam, dengan kedua mata yang perlahan berlinang itu.

"Seharusnya kau mengutuk ku! Sebab gara-gara aku hidupmu menjadi seperti ini kan? Menderita dengan tanpa kepastian sama sekali! Kau berhak menuntut balas akan semua ini Lara! Atas semua yang pernah ku lakukan padamu di masa lalu, kau terlalu baik untuk menerima penjelasanku ini!"

Aku lalu perlahan berjalan menuju ke dirinya. Ia tak keberatan dan ia pun paham jika aku tak bakal berlebih dengan kondisinya yang sudah menjadi sah suami orang lain. Ia lalu mengelus anaknya yang sangat lucu ini, tertidur dengan begitu hangat di dalam dunia mimpi.

"Kenapa kau menangis?"

"Semua yang ku lakukan dulu adalah bentuk pengorbananku akan dirimu Lara! Tapi aku tak paham jika apa yang ku lakukan justru membuatmu menderita seperti ini! Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu saat itu, bagaimana kau bisa bertahan dan justru membuat ini semua menjadi impianmu sendiri? Aku sangsi datang ke tempat ini, tapi Indra menyuruhku datang dan ia pun meyakinkan aku untuk segera datang ke acaramu ini," Pita duduk sambil meneteskan air mata yang jatuh perlahan membentuk selat di antara pipinya yang lesung itu.

"Haruskah kita mengukur kesalahan manusia ke manusia yang lain Pit? Bukankah kau yang pernah bilang jika manusia adalah tempatnya salah dan penyesalan! Hampir disetiap kehidupan manusia selalu ada penyesalan yang menyertainya! Kita paham akan hal itu dan kau pun setuju dengan hal itu kan? Aku memang merasakan kepahitan yang sangat dalam Pit! Jujur kebencianku sempat memuncak ke dirimu," mendengar itu Pita semakin menundukkan kepalanya.

"Tapi bukankah semua yang terjadi dimasa lalu harus kita tutup jika kita ingin membuka lembar baru? Indra yang memberitahuku akan hal ini dan ayah ibuku yang memberiku semangat akan tujuan hidup ku ke depannya! Kau pun punya peran! Kau yang membentukku menjadi manusia yang juga harus tertawa dan tersenyum! Kedatanganmu dulu tak pernah ku duga dan kepergianmu juga tak pernah ku sangka Pit!"

Pita hanya diam, sambil membelai tangan anaknya yang nyenyak sekali seperti tak mendengar pembicaraan seorang sepasang kekasih yang terpisah oleh takdir dari Tuhan ini.

"Aku akhirnya menjadi paham akan pilihanmu meninggalkanku! Tentu kesunyian dan rasa sakit itulah yang membuatku berhasil menulis buku setebal itu Pit! Itu berkat kisah darimu, kisah yang kau berikan dengan kesunyian dan cinta yang luar biasa!"

"Keadaanmu sepertinya parah ya?" Pita menatapku dengan lirih kedua matanya sangat menggoda untuk segera ingin ku kecup sekali saja. Tapi tiba-tiba kata-kata Indra menyeruak datang kepadaku. "Ingat dia sudah punya suami!" karena itulah aku enggan untuk memikirkannya lebih jauh lagi.

"kita harus bisa menerimanya kan? Entah hidupku yang menyedihkan! Mungkin hidupmu juga menyedihkan atau bahkan lebih menyedihkan dari diriku Pit! Aku mengerti semua ini, kepahitan yang sesungguhnya adalah ingatan kita sendiri kepada masa lalu. Kenangan itu selalu punya tempat terindah di dalam hidup kita kan? Untuk itu kita harus saling melupakan semua ini, dan aku harus menerima kenyataan jika kau sudah punya suami dan bahkan seorang anak yang begitu lucu ini! Setidaknya kau mau hadir dan mendengarkan semua kata-kataku! Aku tak menyangka jika apa yang terjadi saat ini, adalah pertemuanku denganmu," Pita tiba-tiba berdiri dan menghampiri tubuhku yang sedang duduk,

"Berdirilah Lara cepat!" tanpa basa-basi ia tarik tanganku, sehingga wajah kita berdua saling berdekatan begitu dekatnya.

"Pita?"

"Kau adalah cinta pertamaku yang pernah kusia-siakan begitu saja!" ia mencium bibirku begitu hangatnya dan melepasnya sambil menggendong anaknya yang terkejut dan menangis.

Entah apa yang ia lakukan, mungkin ciuman ini adalah pertanda jika semua telah berakhir. Tak ada rahasia yang ingin ia ceritakan.

"Ayahku yang telah menyuruh untuk membunuh ayahmu Lara!" Pita keluar dan menutup pintu dengan membiarkan tubuhku kaku oleh ciuman harum dan hangat itu barusan.

"Oh Tuhan!" aku gemetar, sejak saat itu rasanya begitu lama waktu telah berlalu dan membiarkan aku tersenyum sesak menerima kenyataan ini. Aku menundukkan kepala dan masih berpikir jika ini semua hanyalah mimpi saja.

Mimpi yang tak bakal bisa ku pahami melebihi selembar waktu. Pita pun pergi, tanpa menjelaskan apa maksud dari ciuman ini barusan.

"Memabukkan!"

KENANGAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang