Kenangan itu tak usah diingat
Ia lebih pantas di buang
Atau bahkan
Di tenggelam kan
Tanpa bekasAku semakin sulit membuka mata lebar-lebar. Yang ku lihat hanya sebekas cahaya, yang mengendap di antara jendela rumahku.
Sudah tak ku ingat juga waktu, jam tak berhenti, saat aku juga masih mengenang gadis manis itu. Sepertinya diriku akan segera sampai. Entah apa yang memanggilku, ia layaknya embun yang mengiris sukmaku.
Deretan gelas yang berdebu di dalam lemari kaca, yang sudah dua tahu ibu membiarkan nya begitu saja. Aku sudah tak sanggup memelihara diri dan keadaan ini.
Tubuhku yang ringkih, rambut yang kumal dan cara wajahku menatap hidup sudah bagai candu kasmaran.
Yang ku inginkan saat ini hanyalah kedatangan dia, dia adalah Pita. Hanya itu pintaku.Tiba-tiba ketokan pintu berbunyi, apakah itu Pita? Jika benar, sungguh ajaib Tuhan mengabulkan doaku. Dengan susah payah ku hampiri pintu itu, sesaat melupakan lamunanku tentangnya.
"Tunggu sebentar," jawabku pelan.
"Kau tampak lebih menyedihkan kawanku!" wajahku cemberut, ternyata bukan Pita, hanya kawan lama yang ingin berkunjung.
"Masuk lah, maaf sudah sangat berantakan seperti ini," aku malu melihat tatapan matanya yang menyelidiki isi rumahku.
"Sudah hampir dua tahun kau seperti ini kawanku! Mau sampai kapan kau hanyut ke dalam kesedihan yang begitu dalam?"
"Kau datang hanya akan mengguruiku saja? Pertanyaan yang sama, setiap kau datang ke sini, dan tentu jawabanku akan tetap sama!" aku duduk dengan susah payah, ia duduk di depanku, menghadap foto ayah dan ibu yang terpampang di atas televisi yang jarang ku tonton.
"Bukan seperti itu maksudku, tidakkah hidup itu masih panjang? Kawanku, Pita benar-benar membuatmu jadi lelaki agak bodoh!" mendengar itu, aku justru tertawa agak keras. Entah, tak ada emosi, sebab yang ia katakan benar sekali.
"Kau benar, kau benar sekali! Aku tampak seperti lelaki bodoh dua tahun ini, hanya karena cinta yang bodoh juga!"
"Itu kau sadar, lalu kenapa masih bersedih hati?" ia terheran dengan jawabanku barusan.
"Cinta tak semudah itu untuk dipahami, apalagi kau benar-benar merasakan kehilangan disaat kau menaruh hati begitu dalam kepadanya," aku tuangkan segelas teh hangat pahit kepadanya.
"Minumlah dan nikmati penderitaan hidup ini," ia teguk dan menahan rasa pahit itu begitu dalam.
"Kenapa kau tahan rasa pahitnya kawan? Apakah ada alasan dibalik itu semua?" aku bertanya sembari mencondongkan tubuhku kw arahnya.
"Kau tahu, jika aku ingin tumpahkan teh pahit ini kapan saja bisa ku lakukan, tapi sayangnya aku tak bisa, alasannya apa? Karena tak ada alasan yang tepat kenapa aku harus membuang teh pahit ini! Yang ku lakukan adalah menikmatinya sampai teh itu hilang, habis ke dalam perutkku!"
"Jadi?" ia seperti agak mengerti.
"Jadi Tuhan menginginkan ini, Tuhan yang menyuruhku untuk menunggu nya, ada alasan dari keinginan Tuhan ini kepadaku!"
"Untuk menjaganya?" ia minum lagi teh pahit itu.
"Bukan hanya menjaganya, tapi memberikan kepahitan ini kepadanya, penyesalan dan keindahan cintaku padanya," mendengar itu ia hanya diam, dan tersedak seperti kaget dengan tumpukan kertas yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENANGAN (TAMAT)
RomanceAku tahu mencintaimu itu adalah takdir, meski sangat menyakitkan Lara menulis sebuah catatan kisahnya dengan seorang gadis bernama Pita Gora. Gadis dan cinta pertamanya yang membuatnya punya gairah hidup dan membuatnya hancur lebur. #melodylan (ran...