Part 18

186 86 5
                                    

Setiap rahasia
Pasti punya alasan di baliknya
Setiap cinta
Pasti punya kepedihan
Setelahnya

"Sepertinya hujan sudah berhenti! Kau siap-siap saja dulu, akan ku ajak kau ke perpustakaan di tempatku bekerja, di sana dapat kau temukan pengetahuan dan kemajuan ilmu di dunia ini!"

Aku sebetulnya sedikit malas keluar rumah. Memang bahkan jarang untuk keluar rumah, tapi rasa jenuh ku, dan rasa penasaran ku tentang rahasia itulah, yang membuatku mengiyakan ajakannya.

Hujan memang sudah berhenti, jam sepertinya enggan berputar lagi. Waktu seakan membantu memberikan diriku jawaban akan rasa penasaran ini.

"Untuk kali ini, aku kalah darimu kawanku!" aku tersenyum kepadanya, lalu masuk ke kamar memakai jaket parka kelabu, dengan topi hitam yang sudah pekat.

Aku tak ingin orang-orang melihat kejelekan wajahku, wajah yang tak terawat beberapa tahun ini.

"Kau sudah makan? Kalau belum kita mampir makan dulu, aku yang traktir dan kita bahas banyak hal nantinya!" dengan rasa berterimakasih, ku balas ajakannya dengan menepuk bahunya pelan.

"Tidak semua temanku tak peduli denganku ternyata!" ia malah tertawa dan kami berdua pun keluar menuju perpustakaan di tempat kerjanya. Meninggalkan rumahku yang sungguh menyedihkan dilihat dari luar.

"Kau sukses kawan?" di dalam mobil, dapat ku lihat kesuksesan yang telah ada di temanku ini.

"Semua berkat usaha, dan tentu doa orang tua yang andilnya sangat besar! Kau juga pasti akan sukses kawanku," ia berusaha menghiburku, meski ku tahu nasib berkata lain.

Sudah lama ku tak melihat jalanan seramai ini. Sudah hampir dua tahun, sungguh nasib yang menjengkelkan, tapi harus ku akui aku beruntung, sebab hiruk pikuk kota adalah awal kehancuran damai manusia.

Sepanjang perjalanan menuju perpustakaan itu, kita banyak ngobrol tentang masa lalu, tak satu pun yang ingin menanyakan tentang angga dan pita. Biar ia saja yang memulainya, mungkin ketika kita sampai nanti.

"Kau mau makan apa?"

"Oh kawanku, sejak lama aku tak pernah memikirkan apa yang ku makan enak atau tidak! Jadi yang penting perutku ini bisa kenyang dan mendengar rahasiamu," ia tertawa sambil memikirkan mobil biru langitnya di antara mobil-mobil yang lain.

"Kita sudah sampai?" tanyaku heran.

"Di sebelahmu itu adalah kantor tempat kerjaku, di sampingku rumah makan dan di depan kita yang megah itu adalah perpustakaan yang akan kita tuju!"

"Pasti sepi kan? Tak seramai mall dan pasar!"

"Ya kau tahu lah jawabannya kawanku!"

Lalu kita berdua berjalan menuju rumah makan, mendung masih berkibar di antara langit sore ini. Udara terasa sedikit sejuk, dan orang-orang sedang sibuk menceritakan tentang uang dan kekayaan.

Kita duduk tepat, di sebelah perpustakaan yang terlihat megah dari kejauhan.

"Apa saja buku yang tersimpan di sana kawan?" Seorang pelayan perempuan bermata cerah datang, dengan senyum yang ramah.

"Silahkan dipilih menunya," ia memilih sejenak, tanpa menawarkan kepadaku. Lalu pelayan itu pergi dengan membawa senyum manis untukku.

KENANGAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang