Part 35

58 34 1
                                    

Untuk bisa mendapatkan cinta, kau jangan hanya modal janji manis, tapi juga harus modal berani menerjang segalanya yang menghalangimu

Aku tak berhutang apapun kepada hidup ini. Waktu terus berjalan cepat, meninggalkan kesan berbeda dari hidupku saat ini.

Berputar tanpa arah tujuan yang jelas. Malam itu, di sebuah cafe yang sunyi dan syahdu. Indra mengajakku keluar, ia sepertinya ingin berpamitan sambil menceritakan apa yang ia capai ke depannya.

Sebetulnya aku merasa malas dengan ajakan ini. Tapi sebagai sahabat dekat, ku rasa tak ada yang salah dengan ajakan ini. Aku mengiyakan, sambil memandang cahaya bulan yang menyimpan rindu.

"Kau tak harus tahu apa maksud Tuhan untuk hidupmu itu!" katakata Indra saat ia hendak pulang dari rumahku.

Dengan sweater biru hangat dan jeans biru tua yang melekat, membuatku seperti makhluk asing saat ini. Cuaca sungguh dingin, di seberang sana orang-orang repot dengan hidupnya sendiri.

Apa tak lebih enak hidup di dalam rumah kalau malam hari begini? Gerutuku di dalam hati. "Tak semuanya sama seperti apa yang kau kau inginkan kawanku," Indra datang dan tatapannya sungguh aneh. Ia seperti menyimpan rahasia yang harus ku ketahui saat ini.

"Kau sudah pesan?"

"Kau tahu bukan? Aku tak biasa nongkrong seperti ini," dengan sedikit senyum aku tahan kegelian ini. Betapa norak nya dirimu Lara. Hatiku sungguh malu, melihat kenyataan jika aku ini cowok katrok.

"Jadi pesan bebas saja?" tanya Indra.

"Terserah kau saja Dra, tentunya bakal kamu traktir bukan?" indra tertawa kecil, sambil menutup separuh hidungnya.

"Baiklah pesan ini saja? Setuju?" aku tak paham, dan mengiyakan saja arahannya.

"Oke!"

Untuk bersandar kepada masa lalu itu sangatlah sulit sekali. Aku merasakan beberapa hari ini seperti kematian untukku. Kematian yang bahkan, tak selayaknya aku rasakan. Kematian jiwa yang mungkin tak bakal diketahui ujungnya.

"Ada apa dra? Tumben kau mengajakku ke caffe? Kau tahu bukan aku ini orang yang tak suka nongkrong seperti ini?"

"Agar kau tak jenuh kawanku? Ya, semua harus dimulai dari awal! Hidupmu juga hidupku ke depannya, Pita mungkin juga sedang merangkai semuanya! Aku hanya tak ingin kau terjebak dalam kesedihan dan masa lalumu saja," Indra lalu memberikan ku sebuah foto dimana ayah Pita sedang mengobrol dengan ayahku di sebuah sungai yang tak asing bagiku.

"Kau tahu ini? Kau tahu tempat ini?"
Aku mencoba mengingatnya, sambil tak paham dengan apa yang Indra tunjukkan ini.

"Apa maksud semua ini Dra?" aku mulai curiga dengan fakta yanga ada, termasuk surat yang ayah tulis untukku waktu itu.

"Seseorang mengirimiku sebuah foto ini, dan aku terkaget mengatakan jika di foto ini adalah hari dimana ayahmu ditemukan tewas!"

"Maksudmu?"

"Foto ini adalah foto hari dimana ayahmu ditemukan tewas!" kata-kata Indra menggemma keras, berulang membuatku sempoyongan.

"Lalu?"

"Kau tahu bukan siapa seseorang yang sedang berbicara dengan ayahmu itu?" indra mencoba memojokkan aku, tapi aku tak ingin menduga duga dengan semuanya.

"Tentu itu ayahnya Pita! Tapi tak mungkin!"

"Tak ada yang tak mungkin di dunia ini kawanku! Dan sebetulnya kau sudah menyadari akan hal ini bukan? Kau juga telah mengira jika ayah Pita adalah pelakunya?"

"Foto ini nyata, tapi bukan bukti kuat Indra! Kita bisa menduga dengan berasalan foto ini saja.

"lalu sungai di foto ini?" mendengar pertanyaan Indra yang satu ini, aku menjadi lemas sekali. Tak mungkin kebetulan begitu saja.

"Tak mungkin kebetulan begitu saja bukan kawanku? Dengan baju yang sama dan kejadian serta tempat yang sama?" Indra lalu diam, ketika seorang pelayan datang memberikan sebuah minuman kepada kita berdua. Pelayan itu lalu, pergi dengan senyum nanarnya.

"Minumlah semoga kau suka!" Indra lalu menyilangkan kedua tangannya, dan membiarkan diriku fokus dengan foto itu.

"Siapa yang mengirim foto ini Dra? Kita harus berhasil menemukan orang ini!" indra mengangkat satu alisnya, pertanda ia setuju dengan aja kan ku.

"Aku juga berpikir seperti itu kawanku, tapi saat ini kau harus mengingat lagi! Apa yang ayahmu lakukan sebelum hari ia ditemukan tewas!"

"Sebuah petunjuk kah dra?" aku bertanya merasa heran dengan Indra.

"Ingat saja kawanku, mungkin itu akan menjadi pendukung untuk kita menemukan orang ini," masuk akal juga apa yang Indra katakan.

Aku mencoba mengingatnya. Dan angin malam menghembus tajam, melewati tubuh kita berdua di samping jalan yang ramai.

Lalu lalang kendaraan membuatmu tak begitu fokus mengingat apa yang ingin aku cari.

"Sudah ada yang mencurigakan kah kawanku?" indra memakssaku, aku tak senang dengan paksaan darinya. Tak mudah mengingat masa lalu, yang sebenarnya diriku sendiri membenci untuk mengingatnya.

"Jangan memaksaku kawanku, kau tau bukan alasannya? Ini hal yang paling aku benci! Mengingat kesedihan dan kau memaksaku untuk segera mengingatnya," mendengar jawabanku, ia justru diam dan tersenyum kecil.

"Kau sekarang menjadi lebih sensitif kawan, semenjak Pita pergi!" aku melirik pada Indra, kenapa semuanya seperti terhubung satu sama lain? Ayah Pita dan ayahku, juga orang yang memfoto pertemuan ayah dan ayah Pita.

Aku seperti mengetahui sesuatu yang dulu aku ingat sekali. Tapi apa? Dan siapa orang yang memotret ini? Ku lihat lebih tajam foto ini, dan Indra sibuk dengan minumannya, ia sepertinya tahu betul jika aku tak suka diganggu.

"Siapa?"

"Untuk apa ia memotret ini? Apakah ia tahu jika ayahku akan dibunuh pada hari itu juga?"

"Berarti orang ini sudah tahu sejak lama? Dan kenapa justru Indra yang ia hubungi? Kenapa tidak diriku saja? Aku kan anak tunggalnya?"

"Kau jangan berpikir aku yang memotretnya kawanku!"

"Semua bisa saja terjadi kan? Aku hanya menduga duga saja kawan! Dan aku bingung saat ini!"

"Kau ada telepon nya?"

"Sayangnya sudah tak aktif! Ia sepertinya tak ingin kita dapat menemukannya!" aku kecewa mendengar jawaban Indra.

"Kita harus segara tahu siapa orang yang memotret pertemuan ayah ini!"

"Dan tentu orang ini tahu siapa di balik pembunuhan ayahmu yang sesungguhnya!" indra berdiri sambil memperlihatkan satu surat penting untukku, dari Pita.

KENANGAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang