Part 44

50 30 1
                                    

Urusan paling menyebalkan itu adalah membuat mod kekasih hati kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya

"Jangan coba-coba langsung mengajakku berdebat!"

"Kau ini bisa saja!"

"Terbukti kan? Kalau kau itu payah dan tak bisa menghadapi hidupmu sendiri!"

"Dalam beberapa hal aku setuju denganmu sekarang!"

"Beberapa hal? Berarti tidak semuanya benar begitu?"

"Aku rasa begitu kawanku! Bisa kau maafkan orang tolol dan angkuh ini sekarang juga?" mendengar itu Indra langsung tertawa keras sekali yang langsung ditegor suster yang tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku.

"Cantik banget ya?" ia melirik kepadaku, berharap aku menanggapi kebiasaan buruknya itu.

"Maafkan Sus? Temanku ini tiba-tiba mengatakan hal konyol kepadaku! Kalau boleh tahu nama suster siapa?" dasar Indra tukang penggoda yang selalu tak manjur di hadapan perempuan yang ia cintai.

"Maaf ya pak? Di dalam rumah sakit dilarang berteriak dan harap tenang ya?"

"Oh tentunya Sus? Tapi beri tahu nama suster dulu ya? Biar ku catat nomor handphone suster manis ini!"

"Ah bisa saja!" aku melihat suster ini merah pipinya pertanda jika ia suka dan malu mendengar godaan dari Indra.

"Namanya Bunga!" aku memotong sambil melihat jika anda tanda pengenal di dadanya tersebut.

"Oh dek bunga ya?"

"Maaf ya pak? Anda harus sarapan pagi ini!" ia memberiku sarapan pagi lalu cepat-cepat pergi dengan langkah yang mirip serangka kebelet pipis.

"Aku harap kita bisa bertemu lagi ya Bunga?" ia hanya bisa diam sambil menutup segera pintu kamar ini.

"Kebiasaan burukmu masih menjadi ketololanmu!"

"Aku masih mending! Daripada kau malah ingin bunuh diri!"

"Eh, jawab permintaan maafku tadi," Indra lalu berdiri dan membuka jendela kamar rumah sakit ini. Agar udara sejuk kembali masuk membekas di dalam relung hati.

"Ini masih pagi ya?"

"Ternyata penciumanmu masih normal!"

"Maksudmu?"

"Aku jujur tak pernah kecewa dan marah dengan pilihanmu itu! Aku pikir-pikir kau ada benarnya juga! Itu telah menjadi hak tulisanmu dan aku tak berhak untuk mengubahnya sedikit pun kawanku. Tapi kau harus paham jika apa yang ku maksud adalah ingin mengubah nasibmu menjadi lebih baik tentunya," Indra sepertinya mulai mengerti jika arah pembicaraan ini akan menjadi lebih panjang lagi.

"Ya aku paham akan hal itu kawan," aku sambil melihat jam di depanku yang masih terasa dingin sekali cuaca pagi ini.

"Semua memang mempunyai ukurannya sendiri bukan? Materi dan kesuksesan mungkin bukan jalan utamamu! Tapi aku berpikir jika karyamu ini juga berhak untuk dijual dengan harga yang mahal dan banyak pembaca yang tertarik membelinya! Tentu pikirku harus ada beberapa bagian yang kita ubah. Dan tentu juga aku harus setuju dengan pilihanmu sendiri! Karena kau penulisnya bukan? Aku hanya bagian dari tokoh pembantu yang mungkin bakal membuatmu sukses."

"Ya aku paham akan hal itu dan karena itulah aku ingin meminta maaf terhadapmu kawanku?"

"Apa yang kau alami di dunia mimpi?"

"Kau tahu?"

"Karena semalam kau mengigau sampai menangis!"

"Jadi yang membawaku kesini itu kau?"

"Lebih tepatnya para tetanggamu dan kebetulan aku juga sedang menuju rumahmu saat itu! Ya kebetulan yang mengerikan bukan? Aku datang disaat kau menggelikan seperti itu!"

"Banyak hal, dan terima kasih atas bantuannya kawan!" Indra lalu menepuk pundakku dan menyuruhku untuk menjadi manusia yang lebih berguna lagi.

"Aku melihat diriku sendiri serta Pita, kau dan ayah ibuku di dalam mimpi semalam! Aku seperti diperlihatkan kebodohan dan kebahagiaan itu hampir mirip. Penyesalan yang sebetulnya telah kubuat sendiri jalannya! Penyesalan yang juha harus kujelaskan lagi dengan cara yang berbeda! Aku paham diriku bodoh dalam hal ini, tapi kebodohanku sudah keterlaluan! Bagaimana aku bisa melihat kenangan itu dari sudut pandangku sendiri!"

"Lalu?"

"Ayah dan ibuku datang menghampiriku yang sedang menangis di mimpi itu! Mereka memberiku kesadaran paling dalam jika hidup itu adalah jalan pilihanmu sendiri! Kau yang menentukan nasib masa depanmu sendiri dan bahagiamu sendiri," Indra kembali duduk sambil melihat burung gereja yang terbang entah kemana.

"Segalanya memang akan membuat kita menjadi lebih dewasa kan?"

"Ya! Dan tentunya kita masih bisa menjadi sahabat baik kan?" aku mencoba berdiri tapi tubuh dan kepalaku masih terasa sakit sekali.

"Tenang saja kawanku! Kita bakal saling membutuhkan termasuk diriku ini! Semua yang terjadi adalah pilihan kita sendiri kan? Ini pelajaran baik untuk kita memang yang harus menjalaninya dengan begitu saja! Kau dengan pertaruhan nyawa dan aku dengan egoku sendiri yang terlalu memikirkan materi saja!"

"Lalu?"

"Rencana bukumu masih bisa dilanjutkan bukan? Biar Pita membacanya entah dimana nanti, tapi aku yakin Pita akan mendatangimu dan merasa menyesal telah meninggalkanmu begitu saja!" Indra lalu tertawa sambil membawa surat kontrak penerbitan kepadaku sekarang juga.

"Kita tak bakal banyak berbasa-basi! Aku tak bakal mengubahnya kawan, hanya saranku ubahlah menjadi lebih seksi dan indah tulisanmu itu! Pada bagian-bagian yang mungkin menurutmu perlu diperindah lagi! Kau setuju?"

"Tentu kawanku! Dan aku harap ini bisa menjadi langkah awal dimana karyaku bisa di baca banyak orang kan?" aku menandatangi surat perjanjian itu dan hati ini menjadi sangat legah ketika urusan ini selesei dengan begitu mudahnya.

"Sembuhkan dulu tubuhmu itu lalu kita langsung tancap gas mengurus naskah mu yang begitu tebal itu!"

Aku sengaja menarik jendela kamar ini, sebab udara begitu dinginnya dan dengan lahap menyantapi sarapan yang suster manis itu berikan barusan. "Bunga namanya kawan!" seru Indra dengan semangat dan senyumnya yang kurang ajar.

Pagi yang mengalir begitu saja membekas dari kenangan yang bakal abadi. Indra telah menyelamatkan nyawaku dan beberapa warga yang sudah berbaik hati kepadaku juga. Sudah berapa lama mereka tak mengenalku, tetangga yang selalu ku anggap kurang ajar, ternyata menyimpan kebaikan di dalam hatinya.

Semua menjadi sangat nyata sekarang. Urusan masa depan dan kegelisahan yang menjadi-jadi begitu rapuh di dalam ingatan. Tak bakal bisa aku menyakiti hati ayah dan ibu lagi. Aku telah berjanji mulai dari detik ini untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Semua adalah pelajaran paling berharga. Dan tentunya dengan ini kebahagiaan akan kembali datang kepadaku. Ada harapan kecil dan harapan itu harus aku yang menentukan sendiri. Jalan sudah tak lagi sunyi dan begitu indahnya pagi ini, di dalam risalah hati yang gugur ke dalam jiwa yang semakin sunyi oleh api.

KENANGAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang