Prasangka Terhadap Regalia

169 21 36
                                    

Tidak, tidak. Madam Snape tidak mungkin jahat, pikir Addeline. Kendati demikian, tangannya gemetar hebat selama perjalanan menuju ruangan pribadi Nyse. Gelas yang dipegangnya terasa hangat, dan isinya yang berwarna seperti gumpalan darah menggelegak menjijikkan, membuatnya ingin muntah.

Begitu sampai di ruangan yang dituju, si penghuni menatapnya dengan tidak enak. Sambil ragu-ragu, Nyse hendak menerima gelas itu dari tangan Addeline.

"Biar kulihat," sahut Severus, mengambil gelas ramuan tersebut sebelum Nyse benar-benar menerimanya dari Addeline. "Warna merahnya sempurna. Ya, minum saja."

Nyse mengendus ramuan itu terlebih dahulu sebelum meneguknya cepat-cepat, dan wajahnya berkerut-kerut, mungkin rasa ramuannya asam, atau mungkin getir pahit.

"Kenapa kau masih di sini?" Severus menatap tajam pada Addeline.

"Madam Snape tidak mengijinkan saya kembali kepadanya sampai saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri jika Mrs. Snape menghabiskan ramuan itu," jawab Addeline apa adanya.

"Sudah habis, kau lihat sendiri," Nyse menyodorkan gelas yang sudah kosong ke depan Addeline. "Mau kau bawa kembali?"

"Tidak masalah," Addeline menerima gelas kosong itu. "Maaf jika kedatangan saya mengganggu, Profesor-Profesor yang Baik," seringainya.

"Cepat kembali pada Regalia!" seru Severus, "Jangan mampir-mampir, apalagi mencari Wood!"

"Iya, Profesor, saya memgerti," Addeline segera pergi dari sana.

Regalia telah menyiapkan teh dan biskuit begitu Addeline kembali kepadanya.

"Sudah diminum sampai habis?" itulah kalimat peetama yang menyambut Addeline.

"Ya, Madam."

"Kau berani bersumpah? Kau tidak membuangnya karena mencurigaiku macam-macam?" Regalia duduk di salah satu kursi di sana, dengan mata biru gelap hampir hitamnya menatap tajam pada Addeline.

"Tentu saja tidak, Madam."

"Duduklah. Aku punya sedikit biskuit dan teh kamomil."

Regalia mengayunkan tongkatnya untuk memanggil balok-balok gula dari lacinya. Tongkat hitam dengan hiasan garis-garis merah itu sedikit menarik perhatian Addeline.

"Kau melihat tongkatku?" tanya Regalia tanpa tedeng aling-aling.

"Ya, Madam," Addeline mengangguk. "Indah sekali. Anda tidak pernah memperlihatkannya sebelum ini."

"Peramal tidak terlalu membutuhkan tongkat selain pada saat terdesak. Semua peramal pasti setuju dengan pendapatku itu."

"Apa bahan tongkat ini, Madam?"

"Kayu alder, dengan inti rambut veela." Regalia menyesap tehnya, kemudian berkata, "Bisa kita bicarakan hal lain, Malfoy?"

"Tentang apa, Madam?" Addeline mulai waswas.

"Tentang bahasa apa yang harus kugunakan untuk mengatakan padamu, jangan macam-macam dengan Oliver Wood," raut wajah Regalia sedikit menakutkan sekarang. "Suamiku -dan mungkin aku juga- akan memdapat kecaman dari Lucius Malfoy jika terjadi sesuatu kepadamu."

Kemudian mereka membicarakan banyak hal hingga waktu detensi Addeline berakhir dan Regalia dengan baik hati mengantarkan Addeline ke asrama Slytherin.

Ketika hendak menuju asrama Slytherin, tentu saja mereka melewati ruangan pribadi Severus Snape yang jelas terkunci tanpa ada siapa pun di dalamnya.

Setelah mengucapkan sampai jumpa, Regalia bergegas meninggalkan ruang bawah tanah, kembali berjalan menuju ruangan pribadinya yang berada di salah satu menara Hogwarts.

Begitulah keluarga Snape terpencar; satu di ruang bawah tanah, satu di salah satu sayap kastil, dan satu lagi di sebuah menara. Tetapi, agaknya ruangan Snape di bawah tanah telah jarang dihuni sejak awal tahun ajaran lalu.

***

Nyse tidak bisa memejamkan matanya. Kehamilan membuatnya sering ke toilet. Severus ikut-ikutan begadang karenanya.

Tetapi itu tak lama, karena tiba-tiba seluruh kastil gempar. Kabarnya, Ron Weasley melihat Sirius Black memasuki kamarnya di menara Gryffindor.

Mau tak mau, Severus bergabung bersama guru-guru lain untuk mengamankan keadaan. Meninggalkan Nyse seorang diri.

"Kau baik-baik saja?" sembur sebuah suara bersamaan dengan terbukanya pintu, "Di mana Severus? Kukira dia bersamamu."

"Kenapa kau ke sini?" kini Nyse menatap si peramal dengan tajam, "Sangat berbahaya untuk turun dari menara ketika seorang pembunuh kejam sedang berkeliaran! Tidak dekat bagimu untuk sampai ke sini dari kamarmu itu!"

"Kalau kau tidak apa-apa, maka aku akan kembali," Regalia hendak menutup pintu.

"Tunggu!" Nyse bergegas meraih tangan Regalia, mencegahnya pergi, "Bagaimana kau bisa sesantai ini? Kau sedikit tidak wajar."

"Aku tidak pernah wajar, kau tahu itu," kata Regalia sinis sambil mengibaskan tangannya agar lepas dari cengkeraman Nyse.

"Apakah rumor itu benar?" Nyse menyipitkan matanya, "Bahwa kau bersekongkol dengan Sirius Black. Kalau iya, itu membuat penggunaan nama keluarga Black di belakang namamu menjadi masuk akal."

"Kau tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan ini, Nyse. Berhentilah mengucapkan omong kosong!"

"Benar, 'kan? Begitu, 'kan? Orang Prancis mana yang bernama Black?! Kalau memang nama keluargamu diambil dari nama warna, maka seharusnya namamu adalah Regalia Noir, bukan Regalia Black! Juga, andai ibumu benar-benar veela, seharusnya kecantikanmu cukup untuk menahan Severus agar tidak menikah denganku!"

"Cukup, Nyse! Aku tidak ingin ribut denganmu!"

"Kurasa, aku benar," bisik Nyse, "aku harus melaporkan ini kepada Dumbledore, atau Severus. Kau yang menyelundupkan Sirius. Ya, pasti begitu."

"Jika kau berpendapat namaku bermasalah, baiklah, Nyse Sugary!" seru Regalia dengan amarah menggelegak, "Sugary! Tidak tahu itu nama kau comot dari mana! Sangat tidak umum! Tidak biasa! Tidak lazim! Apalagi, kau mengaku berasal dari Asia! Dari Asia mana nama Sugary itu kira-kira berasal?! Tidak ada! Lau dengar aku? Tidak ada! Lalu, kau mau bilang apa?!"

Nyse membisu. Apa yang dikatakan oleh Regalia tidak ada yang salah. Tidak ada satu pun orang Asia di dunia ini yang memiliki nama keluarga "Sugary".

Dengan kilatan kejam di matanya, Regalia meninggalkan Nyse. Tubuhnya terasa panas karena emosi.

***

Sirius Black berhasil lolos. Lagi. Ya, sudah pernah terjadi sebelumnya. Dengan kenyataan mengerikan ini -bahwa Sirius Black kembali berkeliaran, tentu sulit untuk menjalani kehidupan dengan menyenangkan di Hogwarts.

Tetapi, kehidupan harus terus berjalan. Pada akhir Maret, Regalia memasuki masa-masa siaga melahirkan. Dan benar saja, pada suatu Sabtu pagi yang cerah, dengan sinar matahari menyeruak hangat, Severus dibangunkan oleh rintihan penuh rasa sakit yang meluncur dari bibir Regalia.

Regalia menjerit-jerit menolak untuk dibawa ke St. Mungo. Dia secara pribadi lebih memilih ditangani oleh Madam Pomfrey.

"Tapi, Sayang, ini kelahiran anak pertama kita," Severus masih berkeras ketika Regalia sudah dibaringkan di salah satu ranjang Hospital Wings. Madam Pomfrey menutup sekeliling ranjang itu dengan tirai. "Kurasa, St. Mungo lebih bisa diandalkan."

"Apakah kau meremehkan Poppy Pomfrey?!" jerit Regalia, membuat Madam Pomfrey menyemburkan udara karena menahan tawa. "Aw!" jeritnya lagi.

Sementara Severus menemani Regalia di dalam tirai, Nyse duduk di sebuah kursi yang telah disediakan untuknya di samping pintu masuk Hospital Wings.

"Ya ampun, bagaimana?" Minerva McGonagall datang dengan hebohnya.

-EPL/RB-

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang