Reunifikasi

170 17 16
                                    

Warning!
Chapter ini berisi adegan 18+!
.
.

"Dia adalah ahli ramuan!" seru Harry ketika mereka bertiga duduk di ruang keluarga, mengelilingi perapian, "Kenapa Madam yang harus membuat ramuan untuk istrinya yang lain? Kenapa tidak dia sendiri?"

"Karena ada satu bahan yang tidak dimiliki olehnya, tetapi aku memilikinya," jawab Regalia.

"Jangan bilang itu sesuatu dari tubuhmu," ucap Sirius lirih.

"Tentu saja itu sesuatu dari tubuhku," bisik Regalia, "yaitu air mata manusia setengah veela. Itu tidak bisa menghentikan transformasi maledictus, tetapi itu bisa menghambatnya. Jika Nyse rajin meminum ramuan khusus itu, maka transformasinya mungkin bisa mundur hingga puluhan tahun dari seharusnya."

"Tetapi itu berarti kau harus berbagi pria itu lebih lama," gumam Sirius.

"Itulah masalahnya," rintih Regalia. "Aku ingin membantu mereka, tetapi, dengan membantu mereka, itu berarti aku harus siap terluka."

"Barang-barang Madam sudah pecah, 'kan? Harus beli baru, dan itu tidak bisa dilakukan sesegara mungkin, jadi, ramuan itu bisa absen untuk sementara waktu," Harry mengedikkan bahu.

***

"Kau yakin tidak mau segera beristirahat sekarang?" tanya Nyse pada Severus yang duduk di depan perapian sambil meminum wiski-api.

"Kau duluan saja," jawab Severus tanpa menoleh sedikit pun.

"Kau memikirkan Regalia?" tanya Nyse ragu-ragu.

"Tentu saja aku selalu memikirkan seluruh keluargaku," jawab Severus dengan mantap. Dalam hati, Severus ingin memantau seluruh istri dan anaknya sekaligus. Jika ada satu saja yang tidak berada di sisinya, dia tidak bisa tenang. Apalagi, kali ini, tiga orang tidak bersamanya.

"Aku tidur duluan kalau begitu," ucap Nyse sambil berjalan kembali ke kamar.

"Regalia," desah Severus pelan, agar hanya dirinya yang bisa mendengarnya, "watakmu begitu keras, pongah, dan menjengkelkan, persis seperti ayahmu."

***

Pada tengah malam, Regalia dan yang lain bubar. Mereka tidur di kamar mereka masing-masing. Regalia memakai baju tidur satinnya yang berwarna hijau botol, mengunci pintunya, dan menguasai kasurnya seorang diri.

Ketika berada dalam transisi antara sadar dan tidak, seseorang membuka pintu kamarnya dengan mantra alohomora, bergegas masuk, dan menguncinya kembali.

"Istriku," seseorang itu mengusap pipi Regalia.

Regalia tersentak bangun, dengan refleks menampar si penyusup.

"Regalia... kau menamparku..." keluh orang itu.

Regalia terbelalak dan menutup mulut dengan tangannya. Sosok itu tinggi besar berpakaian serba hitam, berambut hitam, dan berhidung bengkok. Siapa lagi kalau bukan suaminya sendiri.

"Aku tidak sengaja!" pekik Regalia, "Kukira kau penyusup kurang ajar!"

"Terserah," jawab Severus dengan ketus sembari membuka pakaiannya satu per satu, meninggalkan celana boxer pendek melekat di tubuhnya. Ia membaringkan diri di samping Regalia.

"Kau bilang kau memilih Spinner's End malam ini," singgung Regalia.

"Memangnya aku tidak boleh berubah pikiran, begitu?" Severus menatap Regalia dengan tajam.

Sesaat, kulit putih Regalia bersinar keperakan, kemudian redup lagi seperti biasa.

"Kau merindukanku?" goda Regalia.

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang