Pulang

155 19 23
                                    

Begitu sampai di King's Cross dan turun dari Hogwarts Express, para siswa dan guru saling mengucapkan sampai jumpa.

Harry mendapat sambutan berupa pelukan dari Molly Weasley yang datang bersama Arthur Weasley untuk menjemput anak-anak mereka. Selama Harry berpelukan dengan Ron dan Hermione, Sirius yang datang menjemput Harry pun berbicara pada suami istri Weasley tentang betapa ia berharap mereka mau menghubungkan perapian mereka dengan jaringan floo, agar lebih mudah jika ingin saling berkunjung, mengingat Harry akan tinggal bersama Sirius sejak hari itu. Dengan senyuman ramah, Molly mengangguk setuju.

Setelah keluar menembus peron seperti biasanya, Harry berjalan menemui Paman Vernon dengan cengiran lebar yang tidak biasa. Di belakangnya, tentu saja, Sirius Black berjalan dengan penuh percaya diri. Sebagai anggota keluarga Black yang terkenal kaya dan berwibawa di dunia sihir, Sirius -yang namanya sudah dibersihkan- berdandan dengan sangat rapi dan tampan. Paman Vernon sangat terkejut karena mengingat bahwa Sirius Black pernah muncul dalam berita di dunia muggle sebagai buronan berbahaya. Tapi, berita juga sudah menyiarkan bahwa Sirius Black terbukti tak bersalah.

"Selamat siang," Sirius mengulurkan tangannya pada Vernon, yang diterima dengan ragu-ragu, "saya Sirius Black, wali sah Harry Potter. Saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa Harry akan saya bawa tinggal bersama saya selamanya mulai hari ini."

"Oh, baiklah, baik," Vernon mengangguk-angguk, "bawa saja, aku tak peduli." Kemudian, Vernon bergegas pergi dari stasiun.

"Ayah!" terdengar suara Regalia memanggil di belakang mereka. Seperti biasanya, Regalia memakai pakaian panjang serba hitam, bando hitam bermotif polkadot putih, kalung manik-manik, gelang yang cukup berisik, dan anting-anting yang berbeda di kedua telinganya. Kali ini, dia sudah memiliki kereta dorong untuk bayi kembar yang berdesain depan belakang. Tentu saja, sang ayah yang mengirimkan hadiah itu untuknya. Dan Sirius merasa begitu baik hati karena mengirim benda yang sama untuk istri Severus yang satunya lagi. "Apakah Ayah datang hanya untuk Harry? Ayah tidak menjemputku juga?"

"Kau punya suamimu," Sirius berkilah, "jadi, kau sudah tidak terlalu membutuhkanku, sebenarnya."

"Arcturus, Eileen, beri salam pada Kakek," ucap Regalia pada kedua anaknya.

"Halo, Cucu-Cucu Kakek yang tampan dan cantik!" Sirius mengambil Arcturus dari kereta dorong dan menggendongnya. "Lihat hidungmu, seperti hidung ayahmu! Sama sekali tidak terlihat jika kau memiliki darah Black! Tapi rambut hitammu boleh juga, Nak. Tidak seperti ibumu, yang mewarisi rambut nenek moyangnya, sehingga malah tidak terlihat seperti kakekmu." Sirius tertawa-tawa.

Severus mensejajari Regalia, begitu pun Nyse yang juga mendorong kereta bayi kembarnya.

"Tapi rambut putraku jelas sepertiku," Severus menyahuti.

"Tidak, tidak," Sirius mengelak dengan setengah tertawa, "rambutnya indah dan tidak berminyak, Snivellus."

Masih menggendong Arcturus, Sirius mendekati kedua kereta dorong, melongok ketiga bayi yang lain.

"Ya ampun, semuanya memiliki hidung sepertimu, Snivellus!" ujar Sirius, "Kecuali Eileen, kurasa. Hidungnya mengingatkanku kepada Désirée; kekasihku, ibu Regalia."

"Ayah, jangan memanggil suamiku seperti itu," Regalia mengingatkan dengan lembut.

"Ya, ya, baiklah," Sirius meletakkan Arcturus ke kereta dorong lagi, kemudian mengambil bayi laki-laki dari kereta dorong satunya.

"Siapa namanya?" tanya Sirius.

"Caius," jawab Severus singkat.

"Sipit seperti ibunya," komentar Sirius. "Kau orang Cina?" tanyanya pada Nyse tanpa basa-basi.

"Setengah-setengah, Mr. Black," jawab Nyse, "ayahku Cina, dan ibuku Indonesia."

"Oh, aku kenal seorang penyihir dari Indonesia, tapi sudah lama sekali," Sirius terus menimang-nimang Caius, "dan, ya, biasa lah, mereka menggunakan ilmu hitam sama bagusnya dengan menggunakan ilmu putih."

"Sirius, kau tahu, berbahaya jika membicarakan hal seperti itu, apalagi di kawasan muggle," Severus menyela, "jadi, sebaiknya kita segera pergi dari sini."

"Kenalanku dari Indonesia itu bilang kalau sihir sudah cukup umum di Indonesia, bahkan muggle di sana percaya dengan adanya sihir, tetapi tidak bisa melakukannya," Sirius mengembalikan Caius ke kereta dorong. "Dan, faktanya, lebih dari setengah penduduk di sana adalah penyihir. Mereka tidak memerlukan sekolah sihir seperti kita membutuhkan Hogwarts atau Beauxbatons."

Mereka segera meninggalkan stasiun menggunakan mobil yang telah dimodifikasi. Seperti mobil keluarga Weasley, mobil Sirius Black sebenarnya bisa terbang, tetapi tidak mungkin mereka menerbangkannya di siang bolong.

Hedwig terus beruhu-uhu di sangkarnya, membuat Sirius teringat sesuatu.

"Harry," panggil Sirius pada Harry yang duduk di sampingnya.

"Ya, Sirius?" jawab Harry.

"Panggil "Ayah", Harry!" tegur Regalia dari jok tengah.

"Ya, Ayah?" Harry mencoba menuruti Regalia.

"Tidak perlu memaksa dirimu untuk memanggilku begitu, Harry," Sirius tertawa. "Kita mampir ke Diagon Alley sebentar, lalu kau pilih binatang peliharaan yang cocok untuk Ron. Kasihan dia, kehilangan tikusnya."

Harry tertawa. Jelas, tikus jelek yang kerjanya hanya tidur dan tiba-tiba berubah menjadi penjahat keji bukanlah peliharaan yang keren.

"Bayangkan, Harry," sahut Regalia, "bertahun-tahun Ron tidur dengan pria paruh baya tanpa menyadarinya!"

Nyse ikut tertawa mendengarnya. Severus mendengus karena tak mampu menahan tawanya.

"Ron sangat menginginkan burung hantu, Paman," ujar Harry ketika mereka sampai di Leaky Couldron, pembatas dunia muggle dengan Diagon Alley. Agaknya, Harry sudah menemukan panggilan yang tepat untuk Sirius tanpa membuatnya merasa tidak nyaman.

"Kalau begitu, kita beli itu," kata Sirius dengan bersemangat, "kalian ikut ke Diagon Alley atau menetap di Leaky Couldron?"

"Aku akan menetap bersama anak-anakku," jawab Severus.

Harry pergi ke Diagon Alley bersama Sirius dan Regalia. Mereka mengambil beberap keping galleon milik Sirius, lantas pergi ke Magical Menagerie.

Harry begitu senang melihat banyak burung hantu. Ada banyak jenis dan warna. Dia hanya tinggal memilih mana yang cocok untuk Ron.

Tiba-tiba seekor burung gagak meluncur masuk dan hinggap di pundak Regalia.

-EPL/RB-

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang