Makan Malam

147 19 47
                                    

Keluarga Malfoy datang pada jam enam, memenuhi undangan dari sepupu Narcissa Malfoy dengan terhormat.

Keluarga Malfoy sudah tahu jika Regalia adalah istri Severus Snape, tetapi mereka tidak menyangka jika Regalia adalah putri Sirius Black.

"Dari seorang veela?" wajah Narcissa berkerut-kerut, tampak tidak percaya. Ia sudah cukup terbiasa melihat Regalia yang nyentrik sebagai istri sahabat suaminya. Tetapi, melihat guru ramalan itu sebagai putri sepupunya, rasanya itu terlalu mengejutkan baginya.

"Aw," Harry memekik pelan karena Draco menendang kakinya dari seberang meja.

Regalia yang bisa membaca apa yang terjadi pun langsung melayangkan tatapan tajamnya pada Draco, dan sesaat Draco merasa mata guru ramalannya itu hampir tidak memiliki warna putih sama sekali.

Melihat ekspresi Draco, Addeline menyadari bahwa bukan hanya dia yang melihat mata menyeramkan itu. Tetapi, tentu saja, Addeline tidak bisa membicarakan itu sekarang, di depan yang bersangkutan.

"Sudah tidak masalah dengan siapa kau menikah, Regalia," celetuk Narcissa, "sebab, sejak awal, kau sudah bukan darah murni."

"Aku ingin bertanya," suara Regalia terdengar tajam, "bagaimana seandainya putri kalian menikah dengan selain darah murni?"

Addeline dan Draco bertatapan. Selama ini, Draco tahu jika Addeline memiliki hubungan dengan seorang penyihir berdarah campuran, tetapi Draco tak pernah berpikir ingin melaporkan hal itu kepada orangtuanya. Dan tiba-tiba peramal gila ini ingin membocorkan semuanya sebelum Addeline siap? Draco ingin menendang wajah Regalia saat ini juga.

"Itu tidak akan terjadi," jawab Lucius dengan mantap. "Keluarga darah murni masih banyak. Flint, Gaunt, Nott, Prewett, Rosier, Shafiq," Lucius memasang wajah angkuhnya, "Longbottom," lanjutnya, membuat Addeline berjengit karena langsung mengingat Neville, "atau, kalau memang terpaksa, masih ada Weasley. Mereka punya enam anak laki-laki yang bisa dipilih, jadi, tidak ada alasan Addeline akan menikahi pria yang tidak berdarah murni."

Pipi Harry menggembung, hampir tertawa, membuat Lucius sadar jika sahabat Weasley ada di sana.

"Pastinya bukan Potter," ejek Lucius.

Harry berusaha menahan diri. Mustahil tidak tertawa jika membayangkan Addeline menikah dengan Ron, atau Fred, atau George, atau Percy —Harry benar-benar gagal menyembunyikan tawanya.

"Harry," tegur Regalia pelan.

Keadaan menjadi tidak menyenangkan. Sirius berusaha mengabaikan apa yang telah terjadi. Lucius diam-diam mengagumi paras Regalia. Selama ini, dengan Severus selalu di sisi Regalia, membuat Lucius selalu terpaku pada Severus, dan tak pernah benar-benar memperhatikan Regalia. Pesona manusia setengah veela memang berbeda. Bahkan, balutan kostum aneh setiap hari pun tak banyak memberikan perbedaan. Lucius terpikat.

"Sirius, maaf, aku terlambat," kedatangan Severus membuat Regalia tersedak.

"Hm," Sirius menanggapi, lalu mengisyaratkan agar Severus duduk di samping Regalia.

"Kau baik-baik saja, Lucius?" tanya Severus pada sahabatnya dengan dingin.

"Ah, ya, tentu saja," Lucius salah tingkah, "dan kau, bagaimana caramu ke sini?"

"Bubuk floo," jawab Severus singkat. Setelah meneguk air, ia bertanya kepada Regalia, "Di mana anak-anak?"

"Tidur di kamar mereka," jawab Regalia sambil melahap potongan steak-nya.

Harry makan dengan lahap, seperti biasanya. Dia tidak mau banyak berkomentar.

"Sirius, kau sudah dengar kabar bahwa piala dunia Quidditch akan diselenggarakan di Inggris?" Lucius membuka percakapan lagi.

"Tentu saja aku sudah mendengarnya," Sirius mengangguk, "bahkan aku sudah memesan lima tiket kelas satu," imbuhnya.

"Lima?" Lucius mengernyit.

"Kita tahu, jumlah keluargaku ternyata lebih banyak dari yang kuperkirakan," Sirius mengedikkan bahunya. "Bayi tidak dihitung, 'kan?"

"Orang bodoh mana yang menjual tiket pertandingan olahraga untuk bayi?" tukas Narcissa.

"Penting bagiku untuk mengetahui hal itu," ujar Sirius lagi, "sebab, kami memiliki empat bayi."

Setelah makan malam usai, Severus berjalan di belakang Regalia, mengikuti istrinya itu ke kamar mereka. Atau, lebih tepatnya, kamar Regalia.

"Kukira kau sudah tidak menghormati ayahku," celetuk Regalia dengan kasar.

"Regalia, jaga cara bicaramu," Severus mengingatkan, "aku adalah suamimu. Aku tidak bermaksud membandingkan kalian, tetapi, lihatlah Nyse, cara bicaranya kepadaku selalu lembut, penuh sopan santun, menghargaiku."

"Dia adalah jenis wanita yang begitu pandai memikat pria, Severus," Regalia menimpali, "kau tidak mengerti! Hanya sesama wanita yang bisa melihat hal itu!"

"Menjelek-jelekkannya tidak membuatmu menjadi lebih baik, Regalia."

"Tentu saja dia bisa berpura-pura menjadi selain dirinya sendiri, karena dia akan segera berubah menjadi hewan untuk selamanya! Dia ingin dikenang sebagai wanita terbaik dalam hidupmu! Sedangkan aku, tidak mungkin bagiku berpura-pura menjadi selain diriku sendiri seumur hidupku, Severus! Tidakkah kau mengerti itu!" Regali berteriak. "Kenapa aku tidak boleh bersikap sebagai aku di hadapan pasanganku?! Kau tahu bagaimana aku sejak kita belum menikah! Kau tahu seperti apa aku ini!"

"Jika kau berteriak padaku sekali lagi, maka aku akan meninggalkanmu di sini. Aku akan memilih menemani Nyse saja malam ini," ancam Severus.

"Silakan!" bentak Regalia, "Lakukan sesuka hatimu! Bukankah dia adalah kesayanganmu?! Kau bahkan selalu menyimpannya di dalam hatimu meskipun kau telah menikah denganku saat itu! Sekarang, ketika dia juga sudah menjadi istrimu, bukankah kau merasa senang?! Jadi, silakan pergi! Silakan! Kau pikir aku akan menahanmu karena aku mencintaimu?! Hah! Omong kosong!"

Severus keluar dari kamar Regalia, berjalan menuju perapian di ruang keluarga, dan meneriakkan Spinner's End keras-keras ketika memasuki kobaran api yang menyala hijau.

Sirius dan Harry segera berlari menuju kamar Regalia. Tetapi, jauh dari dugaan mereka, Regalia tidak menangis. Dia hanya diam dan membanting salah satu kopernya yang paling kecil. Terdengar bunyi pecahan di dalam koper itu.

"Regalia, apa yang kau banting itu?" tanya Sirius.

"Alat-alat yang kugunakan untuk membuat ramuan agar wanita dari keluarga Sugary itu tidak segera menjadi hewan!" jawab Regalia, setengah berteriak, "Dan Severus bahkan tidak mengucapkan terima kasih!"

"Kalau begitu, jangan membuatnya lagi," kata Harry enteng.

"Tentu saja, Harry!" pekik Regalia, "Bodoh benar aku selama hampir setahun belakangan ini!"

***

Nyse yang sedang menyanyikan lagu tidur untuk anak-anaknya di ruang keluarga tampak terkejut melihat suaminya keluar dari perapian.

"Bukankah kau bilang kau akan tidur di rumah keluarga Black?" tanya Nyse secara spontan.

"Tidak malam ini," Severus mengibas-ngibaskan jubahnya untuk menghilangkan abu yang menempel.

"Ada masalah apa? Kalian bertengkar? Atau mungkin Mr. Black bersikap tidak menyenangkan kepadamu?" cecar Nyse.

"Tidak, tidak," Severus menggeleng. "Regalia mungkin kelelahan, atau datang bulan, atau keduanya, sehingga dia agak temperamental. Kami sepakat jika dia membutuhkan sedikit ketenangan. Kita tahu, dia suka melakukan ritual aneh-aneh pada tengah malam ketika merasa agak stress, jadi, ya, aku kembali ke sini saja daripada melihatnya dalam mode non-manusia-nya."

Nyse mengangguk. Dia percaya saja pada apa pun yang dikatakan oleh Severus. Nyse selalu berpikir bahwa hubungan antara Severus dengan Regalia selalu lebih baik dibandingkan dengannya.

***

"Dia adalah ahli ramuan!" seru Harry ketika mereka bertiga duduk di ruang keluarga, mengelilingi perapian, "Kenapa Madam yang harus membuat ramuan untuk istrinya yang lain? Kenapa tidak dia sendiri?"

-EPL/RB-

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang