Noble House of Black

150 15 17
                                    

Tiba-tiba seekor burung gagak meluncur masuk dan hinggap di pundak Regalia.

"Really?!" pekik Regalia, "Diantara banyaknya waktu, kenapa kau berpikir sekarang saat yang tepat?"

"Nyonya," panggil penjaga toko, "di mana kau membeli burung gagak itu?"

"Ini milik suamiku," jawab Regalia, "dapatnya dari jauh sekali. Asia."

"Aku bisa menukarnya dengan ratusan galleon, Nyonya," penjaga toko berusaha memikat Regalia.

"Tidak, terima kasih," Regalia tersenyum.

Setelah mendapatkan burung hantu kecil mungil yang lucu dan pintar, mereka kembali ke Leaky Couldron. Di sana, Severus tampak menikmati wiski sambil menjaga keempat anaknya seorang diri.

"Di mana wanita itu?" tanya Sirius.

"Di pundakku," jawab Regalia sambil meringis.

"Animagus?" Sirius bertanya lagi.

"Maledictus," bisik Regalia di telinga ayahnya.

"Ayo," Sirius mengedikkan kepala ke arah luar, "Grimmauld Place sudah menunggu kita."

Di mobil, Harry masih tidak mengerti pada apa yang terjadi.

"Harry, di dunia sihir, ada yang namanya maledictus," Regalia menjelaskan dari tempat duduknya berada di belakang Harry, "yaitu orang yang terkena kutukan yang membuatnya berubah menjadi binatang. Biasanya buas, tetapi, dalam kasus Nyse, dia berubah menjadi gagak."

Akhirnya, untuk pertama kalinya, Harry dan keluarga Snape menginjakkan kaki di Grimmauld Place. Regalia masih tak menyangka jika ia adalah bagian dari keluarga Black.

Snape ogah-ogahan mengikuti Regalia memasuki rumah itu. Ia bahkan tak mau repot-repot merasa terkesan atas kemewahan dan kemegahan kediaman keluarga Black itu.

Tepat saat memasuki ruang tengah -tempat anggota keluarga biasanya berkumpul, Nyse berubah kembali menjadi manusia.

"Welcome to the noble and most ancient house of Black," sambut Sirius, membuat Severus merasa sedikit jijik karena kepongahannya. "Dan aku telah mengundang keluarga Malfoy untuk makan malam bersama kita malam ini, agar mereka tahu jika kau adalah putriku," kata Sirius kepada Regalia.

"Kita bisa memberitahu mereka tanpa harus mengundang mereka ke sini, Ayah," Regalia menolak, "karena Draco Malfoy sangat tidak menyukai Harry Potter. Semua orang tahu itu."

"Aku terlanjur mengundang mereka," kata Sirius. "Draco tidak akan macam-macam di hadapanku. Bisa kujaminkan itu."

Kemudian, Sirius menunjukkan kamar yang mereka dapatkan di rumah itu. Jelas saja, Harry dan Regalia mendapatkan kamar yang indah, seakan ditata untuk diadu satu sama lain. Sedangkan kamar untuk Nyse adalah kamar tamu, jelas, tidak dimaksudkan untuk berlama-lama.

"Regalia," ucap Severus sore itu, ketika Regalia sedang menyisir rambutnya, "jelas jika ayahmu tidak ingin aku berlama-lama di rumahnya.

"Bukan kau," Regalia menanggapi, "tapi istrimu yang satunya. Kau adalah menantu ayahku, dan itu tidak bisa dibantah, ayahku harus menerimanya. Tetapi, siapa Nyse baginya? Tak ada alasan bagi ayahku untuk menerimanya berlama-lama di sini. Nyse bukan urusannya, bukan tanggung jawabnya. Kau tahu maksudku."

"Sebaiknya aku segera pergi ke Spinner's End sekarang," kata Severus.

"Sekarang?" Regalia berbalik untuk menghadap Severus, memunggungi cermin. "Kau sengaja mau mencoreng muka ayahku atau apa? Dia sudah mengundang sepupunya untuk datang, dan kita akan diperkenalkan secara hangat, kendati nyatanya kau sudah mengenal Lucius sejak lama."

"Lalu apa? Bagaimana dengan Nyse? Aku sepenuhnya yakin jika ayahmu tidak ingin Nyse bergabung bersama kita pada makan malam itu. Tetapi, Regalia, dia juga istriku."

"Pergilah kalau kau pergi!" jerit Regalia, "Kembali ke lingkunganmu yang kotor dan menjijikkan bersama burung gagak kesayanganmu! Aku tidak peduli!"

"Regalia, kau semakin kekanak-kanakan."

"Pergilah kalau kau pergi, kubilang!" bentak Regalia lagi, "Lagipula, seluruh dunia juga tahu kalau istrimu bukan hanya aku!"

Tentu saja, Severus pergi bersama Nyse dan kedua anak mereka, meninggalkan Regalia di Grimmauld Place, yang menangis di depan perapian setelahnya.

"Putriku," panggil Sirius dari suatu tempat.

"Ya, Ayah?" Regalia segera menghapus air matanya, kemudian berjalan ke arah ayahnya.

Sirius telah berdiri di hadapan sebuah permadani bergambar pohon menjalar-jalar. Di sana terdapat banyak nama anggota keluarga Black.

"Lihat," Sirius menunjuk pada sebuah gambar yang kelihatan lebih baru dari yang lain, "aku baru saja menambahkanmu; Regalia Black, sebagai lanjutan dari diriku -Sirius Black- dan telah menikah dengan Severus Snape."

Regalia terpaku, menyadari bahwa generasi terakhir keluarga Black adalah dirinya. Keluarga Black akan punah bersamaan dengan kematiannya nanti.

"Jangan merasa tidak enak karena menjadi yang terakhir," Sirius menepuk pelan pundak kanan Regalia. "Kau harus tahu, tadinya aku dan beberapa anggota keluarga yang lain sudah tidak diakui lagi, tetapi aku memperbaiki permadani ini, dan memgembalikan semua gambarnya menjadi utuh kembali. Ada tujuh orang yang tadinya dihapus, masing-masing karena menikahi selain penyihir berdarah murni, mendukung hak-hak muggle, menikahi pengkhianat darah, dan squib."

"Ayah tadinya dihapus karena apa?"

"Aku mendukung hak-hak muggle, lalu kabur dari rumah, dan Alphard Black memberiku uang saku untuk tindakanku, menyebabkan ia turut dihapus."

"Jadi, seharusnya aku juga sudah tidak dicantumkan di sana, ya?" Regalia meringis.

"Sekarang, akulah yang berkuasa, setelah seluruh keluarga Black tidak ada lagi, dan aku memutuskan untuk mengembalikan semuanya, utuh sebagaimana sebuah keluaga seharusnya, dan meskipun aku tidak pernah menikah, aku memiliki seorang putri yang namanya juga harus terukir abadi di sini!"

"Noble house of Black," bisik Regalia.

"Noble house of Black," Sirius bergumam sambil mengangguk.

Mereka memandang permadani itu dalam hening.

"Selanjutnya, kita akan buat permadani yang baru," Sirius mengajak Regalia berbalik, dan menunjuk sebuah dinding kosong, "pohon keluarga Regalia Black dengan Severus Snape."

Regalia hanya terdiam.

"Hanya Arcturus dan Eileen," Sirius menambahkan, "karena Snape yang lain bukanlah urusanku. Biar mereka membuat sendiri di rumah mereka!"

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Harry ada di sana untuk menyimak semua pembicaraan mereka. Harry begitu tenang dan menangkap semuanya. Harry bisa melihat sorot mata Regalia yang sama sekali tak terbaca. Tetapi, setelah Harry mencoba, dia bisa menyimpulkan bahwa sorot mata itu dipenuhi kebahagiaan, kekaguman, dan kemarahan. Kenapa kemarahan? Harry tidak tahu mengapa.

Regalia memeluk ayahnya, dan perlahan-lahan Harry bisa mendengar isakan dari bibir wanita itu, dan sesenggukan di tenggorokannya. Kemudian terdengar gumaman-gumaman seperti "dia tidak peduli padaku" dan "dia mungkin tak pernah mencintaiku" dan "aku begitu terpukul".

Harry tetap berada di sana, tidak berniat menyingkir.

"Bukankah orang yang mendua hati seharusnya tidaklah merasa tenang?" kini Regalia telah melepaskan pelukan pada ayahnya.

"Bukankah kau yang meminta mereka untuk menikah?" Sirius memgingatkan.

"Kupikir Severus tidak akan benar-benar melakukannya!" Regalia mengerang.

"Kalau kau keberatan, Putriku, kau bisa mengajukan permohonan cerai."

"Cerai?!"

Kedua orang itu menoleh, bahkan Harry sendiri terkejut pada kelancangannya.

-EPL/RB-

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang