Teman Lama

136 12 6
                                    

Regalia berhadapan dengan seorang wanita berambut sehitam malam tanpa bintang, dan bermata semerah darah.

"Halo, Seraphina," wanita itu tersenyum ramah pada Regalia, "bagaimana rasanya menjadi manusia? Berat, kurasa."

"Menyedihkan," Regalia tertawa hambar.

"Aku mengawasimu, terkadang," wanita itu menatapnya dengan prihatin. "Dan apakah kau tahu jika kau telah melahirkan penggantimu di kehidupan yang baru saja kau tinggalkan?"

"Apa maksudmu melahirkan penggantiku?"

"Dia sama pembangkangnya denganmu," wanita bermata merah itu menggeleng frustrasi, "dan bicara terlalu banyak dengan jiwa manusia, sehingga dia diturunkan menjadi manusia. Aku tidak akan bertindak sebodoh itu. Ayo, Seraphina, masuk ke sini."

"Kau hanya memberiku satu pintu?" Regalia merasa tersinggung.

"Bukan aku!" elak wanita bermata merah itu, "Dan, ya, kau hanya punya satu pintu. Kau tidak punya pilihan lain. Ayo masuk! Cepat!"

Regalia mengintip pintu itu. Di sana ada seorang wanita berambut hitam dan bermata hijau di sebuah kompleks perumahan. Kehidupan biasa, tanpa adanya sihir. Kendati rambutnya hitam legam, wajahnya masih tetap sama seperti yang pernah dilihat oleh Regalia di dalam pensieve. Itu Lily Potter.

"Jangan ragu," wanita bermata merah itu menepuk pundak Regalia. "Aku berani menjamin jika kau akan menyukai kehidupan ini. Lagipula, aku tidak bisa menukarnya."

"Aku tidak melihat ada kebaikan di sana."

"Kau meragukan pilihan Maharaja Semesta?"

"Aku hanya tidak yakin."

"Apakah aku harus mendorongmu seperti yang pernah kulakukan padamu beberapa kehidupan yang lalu?"

"Apakah aku tidak bisa ke Kerajaan Sur—"

"Tidak. Kau harus ke sini. Kau tidak bisa kembali ke kehidupan yang baru saja kau tinggalkan, dan kau tidak bisa ke Kerajaan Terakhir. Tidak. Kau harus hidup lagi, di sana."

"Di sana?"

"Yup! Dekat-dekat wanita itu dan keluarga kecilnya."

"Oh, tidak," Regalia menggeleng.

"Memangnya apa yang salah dengan Lidya Mabbitt? Dia wanita baik! Ini sudah sesuai dengan apa yang pantas kau dapatkan!"

"Lidya Mabbitt? Itu Lily Potter!"

"Pengetahuanku lebih update dibandingkan kau, Manusia! Dia dulunya Birdella Brown, mati muda karena kecelakaan mobil, sehingga dia terlahir kembali menjadi Lidya Mabbitt. Sudahlah, aku tidak mau terlalu banyak bicara."

"Tetap saja, aku tidak menyukai gagasan ini," Regalia menggeleng.

Regalia mengintip pintu itu lagi, dan melihat seorang pria berambut pirang platinum bermata hitam pulang dari kerja dan memeluk Lidya. Kalau saja hidungnya tidak bengkok, tentu Regalia sangat yakin jika pria itu adalah Lucius Malfoy.

"Lucius Malfoy?" celetuk Regalia.

"Ludovic Mabbitt, Kawan," si wanita bermata merah mengoreksi.

"Apa hubungan kami nanti?" tanya Regalia.

"Pokoknya ada. Sederhana, 'kan?" si wanita bermata merah mengutak-atik pintu itu sejenak, "Nah, maafkan yang tadi. Seharusnya kau melihat mereka."

Kini, Regalia melihat seorang pria berambut hitam bermata abu-abu yang sangat asing sedang bercengkerama di teras rumah bersama seorang wanita berambut pirang platinum dan bermata biru gelap kehitaman. Regalia sangat yakin, wanita itu adalah Fleur Delacour.

"Mereka bertetangga dengan keluarga Mabbitt," si wanita bermata merah menjelaskan, "dan merekalah yang benar-benar ada hubungannya denganmu nanti."

"Kau yakin semuanya akan baik-baik saja?" Regalia tetap ragu-ragu.

"Empat tahun yang lalu, seorang pria berambut hitam dan berhidung bengkok juga sesulit ini. Tinggal melangkah saja susah!"

"Pria berambut hitam dan berhidung bengkok? Severus Snape?"

"Kau memancingku bicara agar aku menjadi manusia sepertimu? Aku tidak mau! Sana!" si wanita bermata merah mendorong Regalia memasuki pintu itu secara paksa.

-EPL/RB-

Bukan, ini bukan epilog. Wkwk.

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang