Severus' Tattoo

166 18 22
                                    

Warning!
Chapter ini mengandung adegan 18+.

Ketika waktu makan malam tiba, Regalia sudah duduk bersama guru-guru yang lain, dengan anak-anaknya di kereta dorong di sampingnya. Dalam balutan gaun hitam berhias renda putih di tepi kancing-kancing bagian dada, dan lengan gaun yang panjang dengan bagian atas menggembung, Regalia nampak jauh lebih keibuan daripada tahun lalu. Murid-murid mengira ia sudah tidak terlalu fanatik terhadap suaminya, karena sudah tidak mengenakan jubah hitam berkibar-kibar seperti tahun lalu. Tetapi, sudah ciri khas Regalia, gelang-gelang berisik, kalung manik-manik, dan bando polkadot itu tidak hilang.

Nyse tidak hadir. Hanya Severus yang duduk di samping Regalia, dengan kereta dorong di sisi yang lain.

"Seperti biasa," ucap Severus pelan pada Regalia.

"Suruh saja Dobby membawakan makanan ke kamarnya nanti," saran Regalia.

"Tentu saja," Severus mengangguk, "tak ada pilihan lain yang lebih baik."

"Sudah bicarakan hal ini dengan Dumbledore?" Regalia menatap Severus.

"Ya. Tahun ini, aku kembali ke pelajaran ramuan, dan pertahanan terhadap ilmu hitam akan diajarkan oleh Mad-Eye Moody."

"Aku tidak tahu siapa dia."

"Kau akan tahu nanti."

Tiba-tiba saja, seorang laki-laki memasuki aula. Wajahnya penyot, dengan salah satu matanya diganti dengan mata buatan, dan salah satu kakinya juga diganti dengan kaki kayu.

Regalia gemetar. Dia selalu tidak nyaman pada segala sesuatu yang tidak biasa.

Orang itu diperkenalkan sebagai Profesor Moody, yang akan mengajar pertahanan terhadap ilmu hitam, sedangkan Profesor Snape akan kembali mengajar ramuan karena Mrs. Nyse Snape telah mengundurkan diri.

Dengan seluruh perhatian masih terpusat pada Moody, Dumbledore menjelaskan bahwa Hogwarts akan menjadi tuan rumah untuk Turnamen Triwizard. Turnamen akan diikuti oleh tiga sekolah sihir terbesar di Eropa, yakni Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang.

Regalia bertepuk tangan dengan bersemangat ketika mendengar Beauxbatons disebutkan. Sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan orang-orang dari Beauxbatons.

Tetapi, hanya anak berusia tujuh belas tahun ke atas yang boleh mendaftarkan diri untuk turnamen itu.

"Tentu akan sangat menyenangkan," Regalia meneguk tetes terakhir airnya. "Kalau aku masih sekolah di Beauxbatons, aku akan dengan senang hati mendaftarkan diri. Mereka beruntung bisa mengikutinya."

Ketika hendak kembali ke ruangannya, Regalia menoleh kepada Severus yang hendak mendorong kereta Caius dan Sakunta.

"Ke mana kau akan membawa mereka?" tanya Regalia pada suaminya itu.

"Entahlah. Mungkin ke ruanganku di bawah tanah. Mengasuh mereka sampai Nyse menjemput mereka," jawab Severus.

"Halo," tiba-tiba Nyse muncul, "aku berhasil mengatasinya. Sini, sini. Kau bisa pergi bersama Regalia. Apakah aku perlu membawa Arcturus dan Eileen juga? Agar kalian tidak tergang—"

"Aku tidak merasa terganggu oleh anak-anakku sendiri, Nyse," potong Regalia, kemudian segera membawa anak-anaknya menuju menara.

Dengan sihir sederhana, Regalia menerbangkan kereta dorong anak-anaknya ketika menaiki tangga.

"Aku tidak memperhitungkan hal ini ketika memilih kamarku," gerutunya lirih. "Bisa-bisanya aku lupa kalau suatu saat aku pasti memiliki anak, dan tinggal di menara jelas bukan pilihan yang aman."

"Jadi, kau mau pindah ke bawah saja?" tanya Severus yang sudah berada di belakangnya.

"Tidak," Regalia berkeras. "Menara sangat nyaman untukku. Lagipula, tak ada tempat yang benar-benar aman di Hogwarts, kurasa."

Sesampainya di kamar, Regalia memastikan kedua anaknya tertidur lelap di boks bayi mereka.

"Apakah kau yang memesan boks ini?" Regalia menatap Severus dengan senyuman kecil tersungging di bibirnya.

"Memangnya siapa lagi kalau bukan aku?" jawab Severus dengan pongah tanpa bergerak dari posisi rebahannya di ranjang Regalia.

Regalia melepaskan pakaiannya, hendak menggantinya dengan gaun tidur, tetapi Severus memeluknya dari belakang dengan begitu erat.

"Severus," Regalia menahan senyuman, tahu apa yang diinginkan oleh suaminya itu.

"Aku merindukanmu," Severus menciumi leher Regalia. "Gara-gara kau menghabiskan sisa musim panas di The Burrow, kau jadi jauh dariku."

"Bukankah kau bersama Nyse sepanjang waktu?" kata Regalia ketus.

"Rahim Nyse belum benar-benar kuat, kau tahu. Dan setengah dari waktu itu kuhabiskan untuk merawat Caius dan Sakunta, karena ibu mereka menjadi gagak secara tiba-tiba."

"Kasihan sekali," Regalia berbalik dan melingkarkan lengannya pada leher Severus. "Kau pikir aku tidak merindukanmu?" Dia melepaskan kancing pakaian Severus satu per satu, dan melepaskannya. Begitu juga dengan celananya.

Mereka saling tersenyum dan berciuman. Entah bagaimana ceritanya, namun sekarang Regalia sudah menindih Severus di atas ranjangnya.

"Sesekali aku ingin menjadi orang yang mendominasi ketika kita bercinta," bisik Regalia di telinga kiri Severus. "Kenapa aku harus selalu menjadi pihak yang pasrah? Aku juga bisa membuatmu menjadi pihak yang pasrah."

Regalia menjilati telinga Severus, kemudian mengecup pipinya, turun ke leher, dan memainkan lidahnya pada puting Severus, sedangkan jari-jarinya menelusuri otot perut Severus yang berbentuk kotak-kotak itu.

Regalia tertawa kecil, puas melihat Severus melenguh dan mendesah pasrah. Apalagi ketika Regalia mulai menyatukan diri mereka, Severus sudah tak bisa menahan rintihan kenikmatan yang dirasakannya.

"Regalia..." desah pria itu.

Regalia terus bergerak dalam posisi woman-on-top itu. Ketika gerakannya semakin cepat, kedua tangan Severus mencengkeram pinggang Regalia.

"Jangan berhenti, Sayang..." Severus memohon.

Regalia memang tidak ingin berhenti. Ketika dia menunduk untuk melihat ekspresi suaminya, matanya secara tak sengaja melirik lengan kiri suaminya itu.

Regalia terus bergerak, meskipun fokusnya telah teralihkan dari kegiatan panas mereka itu. Dia heran, kenapa selama ini dia tidak begitu memperhatikan, bahkan tidak menanyakan apa arti dari tato suaminya itu.

"Regalia!" raungan nikmat dari bibir Severus menyentak Regalia, membawanya kembali menuju kesadaran bahwa mereka sedang bercinta.

Severus telah mencapai puncaknya. Dan sejujurnya, Regalia telah mencapai puncaknya beberapa saat sebelum ia melihat tato itu.

"Ada apa?" Severus membelai wajah Regalia, yang posisi wanita itu masih berada di atasnya.

"Aku yakin ada makna di balik tatomu ini, Sayang," ucap Regalia.

"Itu hanya masa lalu yang tidak menyenangkan," Severus berkilah. "Jadi," Severus hendak mengalihkan perhatian Regalia, "kau masih mau lagi, atau cukup sekali saja?"

"Aku menyadari," Regalia mencium pipi kanan suaminya, "aku lebih suka dikuasai daripada menguasai."

Severus tertawa, lantas menukar posisi mereka. Kini, Severus berada di atas Regalia.

"Jadi?"

"Sesukamu saja," Regalia tertawa. "Selama anak-anak kita tidak terbangun dan menangis, selama itu juga kita bisa melanjutkan semua ini."

"Baiklah, Madam," Severus mengecup bibir Regalia, "kenapa kita tidak menambah anggota keluarga Snape lagi?"

"Severus, kau punya empat anak yang masih kecil! Bahkan bagaimana kita membawa mereka ke mana-mana saja sudah cukup sulit! Kau masih mau menambah lagi?!"

"Untuk sekarang, tidak. Mungkin tahun depan."

"Severus!"

Severus Snape hanya tertawa, dan mulai menciumi wajah serta leher Regalia lagi.

-EPL/RB-

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang