Wanita Putih

83 9 29
                                    

Sirius membawa istri dan keempat cucunya ke St. Mungo untuk merayakan natal bersama-sama.

"Snivellus," ujar Sirius pada Severus yang masih belum sadarkan diri, "dalam hitungan bulan, Arcturus dan Eileen akan merayakan ulang tahun keempat mereka. Apakah kau tidak ingin bangun dan merayakan itu? Kalau kau bangun dan kembali sehat, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk tidak memanggilmu Snivellus lagi. Mungkin sesuatu yang sedikit menyenangkan seperti "Nak", atau "Bro", atau namamu sebagaimana mestinya. Ayolah, kau tidak begini lemah!"

"Aku sudah bicara padanya setiap malam, Ayah," Regalia berkata lirih dengan air mata merembes perlahan, "dan dia tetap tidak mau membuka matanya. Aku tidak tahu apakah itu karena racun Nagini yang menyebar ke seluruh tubuhnya, atau karena dia begitu nyaman di sana."

"Di sana?" Sirius memandang putrinya penuh tanda tanya, "Apa maksudnya di sana?"

"Di sana," Regalia menerawang udara hampa, "dalam peralihan antara kehidupan dan kematian. Akan ada pilihan, apakah dia sudah lelah dan ingin berhenti di stasiun terakhir, atau lanjut terus menjalani satu cerita lagi."

"Aku sudah berkali-kali mengatakannya padamu, Regalia!" gertak Désirée, "Tidak ada kelahiran kembali! Ketika kau mati, kau mati!"

"Tidak, Ibuku Sayang," Regalia masih menatap udara kosong. "Kita selalu memiliki pilihan. Kita bisa terus ke peristirahatan terakhir. Tapi kalau kita belum puas, maka kita bisa memulai dari awal. Atau, jika kita tidak merasa puas dengan itu, dan kita sedikit beruntung, kita boleh kembali, tapi pilihan terakhir ini memang sangat jarang terjadi. Kurasa, Severus sedang mempertimbangkan. Aku berharap aku cukup berharga sehingga dia mau kembali ke dalam pelukanku."

"Kau berkata seakan kau sudah pernah mati," Sirius memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kita semua pernah, Ayah," Regalia tersenyum sambil menatap Severus yang tidak bergerak, "hanya, kebanyakan dari kita sudah dibuat lupa sebelum menjalani kehidupan selanjutnya."

"Lalu, kenapa kau merasa kau ingat? Kau mengada-ada!" bentak Désirée.

"Aku sedang menjalani masa hukuman," suara Regalia parau, "karena aku memiliki dosa dari kehidupan lalu, dan aku harus mengingat semuanya agar aku tidak mengeluh atas kehidupanku yang sekarang."

***

Molly mengumpulkan seluruh Weasley, Harry, Hermione, dan beberapa orang lain yang mereka anggap istimewa. Molly memaksa mereka datang untuk merayakan kesembuhan Fred dengan makan malam bersama. Tentu saja, rumah mereka tidak bisa menampung begitu banyak orang, sehingga mereka harus makan malam di halaman, seperti perayaan-perayaan yang telah lalu.

"Benar apa katamu, Ron!" sembur Percy yang baru datang dan langsung duduk di kursi yang masih kosong, "Tanpa Daphne dan Astoria, sulit untuk mengajak dua cecunguk ini!"

"Apa maksudmu mengataiku cecunguk?!" jerit Addeline yang mengambil tempat duduk di samping Percy.

"Karena kau pencuri hari Percy, tentu saja!" sahut Ron. "Menurutmu apa lagi?"

"Aku bisa mengajak Addeline ber-Apparate dan kabur begitu saja," dengus Draco yang mengambil tempat duduk di samping Ginny. "Kasihan Daphne dan Astoria, ber-Apparate ke sana kemari hanya untuk membantumu menjemput kami, Percy."

"Apakah kau mengalami Splinching, Astoria?" tanya Molly yang datang dengan sepanci sup.

"Tidak, Mrs. Weasley," Astoria menggeleng sambil tersenyum, "karena saya menggandeng Daphne, dan Daphne sudah sangat pandai melakukannya."

Hannah Abbott, Lavender Brown, Parvati Patil, dan Viktor Krum juga ada di sana, meramaikan suasana.

"Aku begitu khawatir," bisik Hannah pada Fred yang duduk di sebelah kanannya, "kupikir kau akan..."

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang