Tournament Goes Wrong

81 15 43
                                    

Begitu tantangan ketiga dilaksakan setelah makan malam, dan para juara memasuki maze, para penonton sudah tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam maze. Maze itu begitu tinggi, dan terbuat dari tanaman entah apa itu, Hagrid yang mengurusnya.

Regalia mulai bosan karena tak ada yang bisa dilihat begitu para juara lenyap dari pandangan. Sambil memangku Eileen, dia melihat sekeliling. Severus memangku Caius, tapi tampak siaga. Sirius memangku Arcturus dengan wajah harap-harap cemas menanti kemenangan Harry. Désirée, yang rambutnya melayang-layang, mungkin tampak lucu bagi Sakunta yang berada dalam pangkuannya, sehingga Sakunta memainkan rambut Désirée itu. Nyse, atau sekarang lebih sering dipanggil Nastari, yang bebas ke mana pun ia pergi, kini mengelilingi maze.

Regalia juga bisa melihat Amos Diggory beserta istrinya mengharapkan kememangan Cedric. Ada juga Cho, yang tidak jelas memikirkan apa, melainkan hanya senyum-senyum sendiri seperti orang sinting. Addeline menantikan hasil dengan tenang, sementara Percy yang sudah tidak diijinkan menjadi pengganti Crouch sebagai juri, tetap datang karena menemani Cornelius Fudge, tetapi dia duduk di samping Addeline.

Sisi tribun yang dihuni oleh kebanyakan anak Gryffindor malah lebih bermacam-macam lagi. Para pemain Quidditch-nya heboh sendiri, kendati tak dapat melihat apa yang terjadi di dalam maze. Bill, dengan tatapan setengah menyelidik, setengah jijik, dan setengah tak mengerti, memandang mereka. Fred dan George menyerukan yel-yel bersama Lee Jordan seperti orang gila, diiringi oleh permainan gendang dari Angelina Johnson, dan permainan tamborin dari Alicia Spinnet. Katie Belle memegang pompom yang entah dia dapatkan dari mana.

Di sudut tribun yang dihuni oleh anak-anak Slytherin, sudah jelas, mereka memasang muka masam. Daphne dan Astoria yang tidak menyukai atmosfer suram itu pun memutuskan untuk pindah tempat. Kakak-beradik Greengrass itu memutuksan untuk mencari tempat di dekat keluarga Black-Snape, yang disusul oleh Draco dan Pansy, kemudian Fred dan George. Melihat Draco berpindah tempat, Addeline mengikutinya, dan tentu saja, Percy juga menyusul.

"Kenapa kalian semua mendekat ke sini?" cecar Molly, "Tidak tahukah kalian kalau di sini sangat panas?!"

"Kenapa tidak sekalian kau ajak seluruh tim-mu ke sini?" kata Bill pada si kembar Weasley.

"Ide bagus!" seru Fred, "Lee! Angelina!"

"Alicia! Katie!" sambung George, "Ke sini! Semakin ramai semakin asyik!"

Rombongan itu benar-benar berkumpul di sana.

"Draco, untuk apa kita ikut ke sini?" tanya Pansy sambil menggaet lengan Draco.

"Menonton lebih dekat," jawab Draco singkat.

Tiba-tiba, Nastari kembali ke pundak Regalia dengan berkoak-koak gelisah.

***

Harry dan Cedric terbawa ke sebuah kompleks pemakaman. Terjadinya begitu singkat, dan tiba-tiba Cedric tergeletak kaku di tanah. Mati.

Harry menahan diri agar tidak histeris. Apa-apaan ini?! Dia menjerit dalam hati. Cedric terkena kutukan Avada Kedavra, Harry tahu itu, tapi, dari siapa?

"Akhirnya, ada kesempatan untuk membangkitkan tuanku!" seru sebuah suara. Orang itu mendekati Harry dan mengikatnya erat-erat pada nisan. "Guru Ramalanmu yang nyentrik dan kelihatan tolol itu ternyata cukup mengerikan, ya? Bisa-bisanya dia membunuh Wormtail dengan kutukan yang bahkan tidak diketahui oleh kementerian! Mendekatimu jadi begitu sulit!"

Harry merasa pernah mendengar suara ini, tetapi di mana?

"Cepatlah!" seru suara lain dari sebuah buntalan kain.

"Ayahku yang bodoh berusaha menghalangiku, jadi, kubunuh saja dia!" orang itu tetap bercerita, "Kubakar hidup-hidup! Dan adik perempuanku yang dungu itu malah tidak berguna sama sekali! Malah, sekarang, kudengar, dia sudah sepenuhnya menjadi binatang! Cih! Tidak berguna!"

Harry langsung paham. Pria ini adalah satu-satunya kakak laki-laki Nyse Sugary, istri Severus Snape yang sekarang sudah sepenuhnya menjadi gagak. Pantas saja Harry kesulitan mengingatnya, karena orang ini tidak banyak bicara ketika berjualan bakpao bersama ayahnya.

Nandana Shūcài mulai menyiapkan kuali berisi air yang bergolak, lantas membuka buntalan kain. Makhluk dalam buntalan itu adalah makhluk terjelek yang pernah dilihat oleh Harry. Bentuknya seperti bayi bungkuk, tapi bukan bayi. Nandana mencelupkan makhluk itu ke dalam kuali. Harry berharap makhluk itu mati di dalamnya.

Singkatnya, bahan pelengkap bagi ritual itu adalah tulang Tom Riddle Senior, daging abdi setia yang diambil dari tangan Nandana yang dipotong, dan darah Harry yang diambil dari lengannya yang disayat.

Sederhananya, Voldemort telah dibangkitkan kembali.

***

Tiba-tiba Severus gemetar, wajahnya menahan rasa sakit, tetapi hanya Regalia yang menyadari hal itu.

"Sayang, ada apa?" bisik Regalia, agar tidak menarik perhatian yang lain.

"Lengan kiriku panas," jawab Severus dalam bisikan pula.

"Tato itu?" Regalia memastikan. Severus mengangguk. "Sayang, agaknya aku mengerti tanpa perlu kau jelaskan. Jadi, sekarang, kau mau bagaimana?"

"Aku akan tetap di sini," jawab Severus dengan mantap.

Setelah beberapa saat, akhirnya Harry muncul di hadapan mereka bersama Cedric. Semua orang bersorak gembira, tetapi, begitu melihat Harry menangis, mereka menyadari bahwa ada hal yang salah telah terjadi.

"Dia kembali!" Harry terisak, "Voldemort kembali!"

"Harry, lepaskan dia," Dumbledore berusaha menjauhkan Harry dari mayat Cedric.

"Cedric ingin aku membawa tubuhnya pulang!" isak Harry.

"Betul, Harry... sekarang, lepaskan dia," kata Dumbledore.

Teriakan pemberitahuan satu sama lain pun tak terhindarkan. Cedric mati, dan itu digaungkan dari mulut ke mulut.

"Putraku!" Amos Diggory turun dari tribun, "Putraku!" Tangisannya begitu pilu. "That's my son! That's my boy!"

Harry dibawa oleh Moody untuk menyingkir dari sana. Sedangkan seluruh keluarga Harry tetap terpaku di tribun.

Sejurus kemudian, Dumbledore meminta Minerva, Severus, dan Regalia mengikutinya ke kastil. Pengasuhan Eileen dan Caius dipindahkan secara asal-asalan kepada Bill dan Katie Bell, yang keduanya melongo karena dititipi bayi.

"Ada apa, Profesor?" tanya Regalia sambil mengikuti langkah cepat Dumbledore dengan tersengal-sengal.

"Ikut saja!" sergah Dumbledore dengan tegas.

Dumbledore menghancurkan pintu ruangan Moody hingga menjadi serpihan-serpihan, sedangkan Moody terjatuh ke lantai.

-EPL/RB-

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang