Kembali ke Hogwarts

50 11 18
                                    

Spinner's End dihuni oleh Nandana Shūcai atas persetujuan Regalia, sedangkan Severus dan Regalia harus kembali ke Hogwarts. Mereka berangkat terlampau pagi, sehingga stasiun masih sangat sepi, dan Hogwarts Express bahkan belum bersiap berangkat sama sekali.

"Punya uang muggle, Sayang?" tanya Regalia pada suaminya.

"Untuk apa?"

"Aku ingin minum kopi," jawabnya.

"Ada sedikit. Kemarin aku sempat menukar beberapa Galleon dengan Poundsterling ketika ke Gringotts," Severus memberikan beberapa Poundsterling pada Regalia.

"Sayang, ketika kau ke Gringotts, aku sempat berkeliling," Regalia mulai bercerita, "dan mendapati Draco berada di Borgin and Burkes. Apa yang dilakukannya di sana?"

"Borgin and Burkes? Aku tidak tahu kenapa dia memilih tempat itu untuk dikunjungi."

Regalia menyudahi percakapan, lalu membeli dua gelas kopi panas untuk suaminya dan untuk dirinya sendiri.

Mereka memasuki peron sembilan tiga perempat setelahnya, dan mendapati hanya ada sedikit sekali orang. Mereka terus berdiri sampai satu per satu murid Hogwarts berdatangan dengan diantarkan salah satu atau kedua orangtua mereka, dan beberapa diantarkan oleh anggota keluarga yang lain.

Draco dan Addeline diantarkan oleh kedua orangtuanya. Lucius dan Narcissa masih tampak kaku terhadap putri mereka. Hati Regalia begitu gatal, ingin memberitahu mereka bahwa kekasih Addeline adalah anggota Puddlemere United, alias pemain Quidditch yang hebat.

Keluarga Weasley datang, mengantarkan dua anak mereka yang paling kecil, ditambah Harry dan Hermione. Bill juga turut mengantar.

Satu-satunya anggota tim Quidditch lama yang tersisa selain Harry dan Ron adalah Katie Bell, yang saat ini ada di tahun terakhirnya. Masih karena kenangan mengasuh anak-anak Snape, Bill menyambut Katie dalam pelukan dan tertawa-tawa bersama. Di sisi lain, Molly diam-diam tersenyum, membuat Ginny dan Hermione keheranan.

"Andai saja dia yang jadi kakak iparku," dengus Ginny. "Tidak apa-apa kalau tidak dapat Tonks, yang penting jangan si Dahak."

"Kalau dipikir-pikir, dia cukup cantik dan cocok untuk Bill," Hermione menambahkan.

"Mimpi saja deh kalian," sahut Ron. "Katie tidak secantik Fleur, dan Bill tidak sebegitu hebat sampai-sampai bisa menolak pesona keturunan veela."

Daphne dan Astoria Greengrass diantarkan oleh orangtua mereka. Wajah tegas dan tatapan mata Mr. Greengrass yang tajam pastilah membuat siapa pun merasa gentar.

"Kudengar, baik sekali orangnya, Mr. Greengrass itu," bisik Ginny pada Harry, Ron, dan Hermione.

"Tidakkah Greengrass mendukung Pureblood Supremacy?" tanya Hermione penuh curiga.

"Tidak, tidak, kau salah sangka," sahut Luna yang tiba-tiba muncul diantara mereka. "Greengrass memang berdarah murni, tetapi mereka tidak mau berkomentar tentang muggle maupun Kelahiran-Muggle. Tidak jelas apakah mereka mendukung hak-hak muggle dan Kelahiran-Muggle, tetapi yang jelas, mereka tidak pernah membanggakan status darah mereka secara berlebihan."

"Hampir menjadi pengkhianat darah seperti Weasley, kalau begitu," komentar Ron sambil menatap Astoria yang memiliki rambut sehitam rambut Mr. Greengrass. "Bagaimana dengan Parkinson?"

"Aku tidak ingat ada pelahap maut bernama Parkinson," jawab Harry. "Dan kurasa tidak perlu menjadi Pelahap Maut untuk mendukung Supremasi Darah-Murni."

"Ngeri sekali kalau menatap Mr. Greengrass terlalu lama," Ron bergidik.

"Lagipula, untuk apa kau melihatnya terlalu lama?" Ginny menatap Ron, "Dilihat sebentar saja sudah jelas kalau dia itu menyeramkan! Tapi, kudengar, aslinya dia baik."

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang