Dekrit-Dekrit Lagi

71 15 40
                                    

Hari pertama Harry di Hogwarts setelah liburan natal dibuka dengan pertemuan dengan Cho di koridor. Harry merasa kikuk, tetapi cukup senang.

"Bagaimana liburan natalmu?" tanya Harry.

"Luar biasa. Dan kau?"

"Menyenangkan."

"Akhir pekan Hogsmeade pertama semester ini berpatan dengan hari Valentine," Cho memberi kode.

"Cho, kurasa kau mau---"

"Hanya kalau kau mau," Cho nyengir.

Harry mengalami loading sejenak, sebab dia mengira Cho ingin tahu kapan Laskar Dumbledore melakukan latihan lagi, seperti yang lain. Tapi jawaban Cho ini tidak cocok dengan perkiraannya.

"Oh, bukan itu maksudmu?" Cho tampak malu, "Tidak apa-apa kalau kau tidak mau."

"Kau mau jalan-jalan bersamaku?" Harry menawarkan akhirnya, tidak enak melihat Cho merasa malu seperti itu.

"Tentu saja!" Cho tersenyum cerah, "Sampai jumpa!" Cho segera pergi menyusul teman-temannya ke kelas ramalan.

"Cie, cie," goda Parvati sambil lewat.

"Kenapa kau jadi ikut-ikutan kembaranmu?" celetuk Ron.

"Ayo pergi!" Hermione menarik mereka cepat-cepat pergi dari koridor itu.

"Memangnya tidak ada jalan pintas agar tidak mengganggu orang pacaran?" Lavender mengikuti di belakang mereka.

***

Suka cita pasca natal langsung luntur keesokan harinya oleh berita bahwa sepuluh tahanan Azkaban berhasil melarikan diri. Dan, dengan pahit, Regalia harus mengakui bahwa salah satu tahanan itu adalah bibi yang tak pernah ditemuinya.

Semua siswa yang berlangganan Daily Prophet tentu langsung mengetahui kabar ini, dan Umbridge langsung memberlakukan sebuah dekrit yang melarang para guru memberi murid informasi yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang diajarkan, karena mereka tidak dibayar untuk itu.

Tetapi, berita dari mulut ke mulut lebih cepat menyebar daripada dari media massa. Segera saja, para murid mengetahui jika Bellatrix Lestrange yang kejam itu bernama gadis Black, yang berarti masih berkerabat dengan guru ramalan mereka. Para murid yang lebih penakut bisa dipastikan langsung menjauh dari Madam Snape, dan mengarang-ngarang berbagai alasan untuk membolos pelajaran ramalan.

"Madam Snape," Umbridge memasuki kelasnya pada suatu hari yang cerah. "Kurasa kau kehilangan banyak sekali murid."

Jelas saja, hanya ada Luna Lovegood di kelasnya. Bukan keadaan yang msnguntungkan baginya.

"Anak kelas empat Ravenclaw memang sangat sedikit yang memiliki minat terhadap ramalan," Regalia berkilah.

"Tapi, tentunya, tidak hanya satu, 'kan?" Umbridge mendesak.

"Saya rasa, peralihan cuaca membuat mereka sakit-sakitan," Regalia masih berdalih.

"Sakit-sakitan? Mereka semua?" Umbridge menyeringai, "Madam, kau tahu, kau dibodohi oleh murid-muridmu! Kau tidak berusaha memberikan sanksi pada mereka yang membolos!"

"Siapa bilang?" Regalia tetap tegar, "Jika Anda melihat jam pasir berisi poin tiap asrama, Anda akan melihat jika semua asrama kehilangan hampir tiga ratus poin selama satu pekan ini. Itu karena saya. Saya tahu, tidak mungkin mereka semua sakit secara bersamaan."

"Kau harus lebih keras, Madam."

"Saya malahan lebih senang mengajar pada anak yang benar-benar niat seperti Miss Lovegood, meskipun hanya satu orang. Percuma mereka semua ada di sini, kalau mereka merasa tidak aman."

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang