Gairah di Tengah Kabut Gundah

175 13 60
                                    

Warning!
Chapter ini mengandung adegan 18+!
Selamat menikmati.

Beberapa minggu berlalu. Bulan Oktober sudah tiba. Namun Parvati dan Lavender merasa khawatir karena melihat guru ramalan kesayangan mereka terlihat pucat dan ringkih. Mereka sampai merasa tulang wanita itu bisa patah ketika menggendong kedua anaknya bersamaan.

"Apakah ada sesuatu yang salah, Madam?" tanya Parvati takut-takut.

"Anda terlihat tidak sesehat maupun seceria biasanya," imbuh Lavender.

"Ya, tentu saja," Regalia tersenyum, "segala sesuatu yang sempurna, harus hancur pada akhirnya. Mungkin, aku perlu menjelaskan dengan cara yang lebih baik pada kalian, agar aku tidak dianggap kurang mumpuni."

Jadi, hari itu, Parvati dan Lavender justru merasa bahwa Regalia menjadi seribu kali lebih membosankan, padahal biasanya dia adalah orang yang cukup menyenangkan.

"Jangan sampai Madam mendengar kalau kalian sudah tahu," bisik Harry pada Parvati dan Lavender, "bahwa Madam baru saja mendapatkan hasil inspeksi yang menyatakan bahwa dia harus menjalani masa percobaan."

"Dan dia bisa saja dipecat kalau kinerjanya tidak membaik," Ron menambahkan.

"Tetapi Hogwarts akan selalu menjadi rumahku, bahkan meskipun aku tidak lagi bekerja di sini," sahut Regalia, membuat Harry, Ron, Parvati, dan Lavender memandang takut padanya. "Suamiku di Hogwarts, jadi, mungkin aku akan tetap tinggal di Hogwarts, hanya, aku ikut tinggal di bawah tanah juga."

"Madam, Anda harus tahu, Profesor Umbridge ingin Kementerian mengesahkan dekrit yang melarang suami istri sama-sama menjadi guru di Hogwarts," kata Lavender lantang.

"Biarkan saja," kata Regalia, kentara sekali berusaha tak acuh, tetapi rambut cokelat panjangnya sejenak memerah sebelum kembali seperti semula.

***

Keesokan harinya, Regalia sempat hampir shock karena ada dekrit undang-undang baru yang diumumkan di Daily Prophet, tetapi dia merasa lega kembali, sebab dekrit itu bukan mengenai larangan bagi pasangan suami istri untuk sama-sama menjadi guru di Hogwarts. Tetapi, Regalia terbelalak ketika mengetahui bahwa dekrit baru ini melarang penggunaan mantra rahasia.

"Siapa pun yang melakukan hal seperti yang pernah dilakukan oleh Madam Regalia Snape, dapat dituntut dan dijatuhi hukuman paling ringan enam bulan dikurung di Azkaban," demikian yang ditulis di Daily Prophet.

Cara Daily Prophet menyampaikan berita itu benar-benar membuat Regalia dongkol bukan main. Pagi harinya porak-poranda, dan dia tidak yakin jika suasana hatinya akan segera membaik.

Sebelum makan siang, Regalia mengajar anak-anak kelas empat Gryffindor. Semangatnya pulih karena Colin Creevey begitu antusias mengikuti pelajarannya. Colin selalu seperti itu.

Colin membacakan kartu untuk temannya dengan sangat baik. Regalia selalu meneliti Colin setiap saat, dan akhirnya dia memutuskan bahwa memang Colin. Ya, memang Colin.

"Colin Creevey," panggilnya ketika Colin berdesakan dengan anak-anak lain untuk keluar dari kelas.

"Ya, Madam?" Colin mendatangi Regalia di mejanya.

"Tunggu sebentar," Regalia mengawasi sampai semua anak sudah keluar dari kelas. "Nah, aku sudah memutuskan. Colin, kurasa, kau adalah seorang peramal sejati."

"Saya?" Colin tampak tidak percaya.

"Selama hampir tiga tahun aku mengajar di sini, hanya ada dua orang yang kuanggap begitu ahli dalam meramal, dan salah satunya adalah kau," Regalia tersenyum. "Bahkan, murid-muridku yang paling antusias pun belum mampu meyakinkanku kalau mereka adalah peramal sejati."

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang