Berbeda Pemikiran

118 18 3
                                    

Di sebuah ruangan redup di balik aula besar, para kepala sekolah, petugas kementerian sihir, serta beberapa guru sedang berdebat, tentang bagaimana mungkin Harry Potter yang berusia di bawah tujuh belas tahun bisa melewati garis batas usia buatan Dumbledore.

Karkaroff sang kepala sekolah Durmstrang menyalahkan Dumbledore, menuduh garis batas usia buatannya tidak cukup ampuh.

"Jangan menyalahkan Dumbledore," celetuk Severus, "karena bocah ini sudah sering melanggar peraturan sekolah. Mengapa tidak untuk kali ini?"

Regalia terbelalak. Ia menatap suaminya dengan tajam.

"Apakah kau memasukkan namamu ke dalam piala api, Harry?" tanya Dumbledore dengan tenang.

"Tidak," jawab Harry.

"Apakah kau membujuk murid yang lebih tua untuk melakukannya?" tanya Dumbledore lagi.

"Tidak," Harry menggeleng.

"Kalau begitu, Durmstrang tidak akan mengikuti turnamen!" seru Karkaroff.

"Omong kosong, Karkaroff!" sahut Moody yang tiba-tiba datang. "Semua harus bertanding. Semuanya terikat kontrak sihir. Menguntungkan, 'kan?"

"Tentu saja!" sahut Fleur, "Siapa pun rela mati demi seribu Galleon itu!"

"Seseorang ingin Harry mati dalam turnamen," celetuk Regalia.

"Nah, istri Severus Snape ini ternyata cukup cerdik," Moody menyeringai.

"Moody selalu menemukan berbagai ancaman secara tidak masuk akal," dengus Karkaroff, "dan dia menulari rekan kerjanya juga sekarang."

"Tetapi dugaan itu ada benarnya!" seru Regalia, memberanikan diri menyampaikan pendapatnya. "Pasti ada -yang dengan alasan tertentu- memasukkan nama Harry Potter ke dalam piala api, berharap dia celaka -bahkan mati- dalam turnamen! Nama Harry pasti dimasukkan sebagai siswa dari sekolah keempat! Itulah sebabnya dia bisa terpilih, karena dia satu-satunya dari sekolah itu!"

"Madam Peramal -maaf, aku tidak ingat namamu," ujar Karkaroff, "aku duduk tak jauh darimu ketika kudengar kau mengatakan pada Profesor McGonagall bahwa kau meramalkan Hogwarts akan memiliki dua juara. Apakah tidak mungkin jika kaulah yang menyetel semua ini agar kau tampak hebat? Agar semua orang berkata, guru ramalan Hogwarts benar-benar andal!"

"Istriku tidak memiliki pemikiran sedangkal itu," Severus membela.

"Dan kudengar Madam ini memanggil bocah ini dengan nama depan," Karkaroff menambahkan, "yang berarti mereka cukup akrab. Kerabat?"

"Bukankah Harry Potter adalah anak baptis Sirius Black? Dan Sirius Black adalah ayah kandung Madam Snape," celetuk Ludo Bagman.

"Bagman, kau tidak membantu," desis Minerva.

"Madam, kurasa benar, ini perbuatanmu," Karkaroff menyeringai penuh kemenangan.

"Madame Snape!" pekik Madame Maxime, "Kau membuat kami malu!"

"Saya sungguh hanya seorang peramal!" jerit Regalia, sifat Walburga-nya mulai keluar, "Saya tidak memasukkan nama Harry Potter! Apalagi dengan resiko Harry bisa mati dalam turnamen! Seseorang yang melakukannya! Kalau saya menemukannya, saya cabik dia!" Regalia berubah menjadi wujud jeleknya; rambut merah menyala berkibar-kibar, mata hampir tak memiliki warna putih, jari-jarinya memanjang bak ranting kayu, dan, yang selama ini luput dari pandangan Harry, semua giginya yang runcing menjadi semakin runcing. "Kubunuh dia kalau ketemu! Membahayakan nyawa adik laki-lakiku!"

"Regalia!" Severus Snape berusaha mencengkeram lengan Regalia, yang justru menghasilkan luka di pergelangan tangannya karena kuku-kuku panjang Regalia menyayatnya.

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang