Musibah Besar dan Tumpuan Harapan

72 12 26
                                    

Regalia mengerjapkan matanya dengan enggan. Sinar matahari menembus jendela-jendela Hospital Wings dengan lembut.

"Di mana Profesor McGonagall?" tanya Regalia pada Madam Pomfrey yang menyodorkan segelas susu cokelat padanya.

"Dibawa ke St. Mungo," jawab Madam Pomfrey. "Lima mantra bius di usianya, mereka gila! Keajaiban kalau mereka tak berhasil menghabisinya!"

"Aku merasa lemah," bisik Regalia setelah meminum susu cokelatnya, kemudian berbaring lagi.

"Tentu saja kau lemah. Tujuh mantra bius! Jangan khawatirkan anak-anakmu. Miss Granger, Miss Weasley, Miss Lovegood, dan Miss Malfoy menawarkan diri untuk menjaga mereka."

"Kau memeriksa ke atas?"

"Tentu saja."

"Terima kasih banyak, Poppy. Kau baik sekali."

"Aku tidak punya anak," kata Poppy Pomfrey, "membuatku menganggapmu sebagai sahabat sekaligus anak perempuanku. Kuharap apa yang kulakukan cukup keibuan untukmu."

"Kurang lebih seperti ibuku," Regalia tersenyum. "Tunggu. Bukankah mereka harus ujian?"

"Sudah selesai, Regalia," jawab Poppy. "Ini sudah sore. Kau pikir masih pagi?"

"Ya ampun, ya, kupikir masih pagi."

Pintu Hospital Wings terbuka, Addeline Malfoy berlari menuju arah Regalia. Di belakangnya, ada Luna Lovegood dan Ginny Weasley.

"Apa yang kalian lakukan di sini?!" Poppy memekik.

"Saya berhasil mencuri ini dari kantor Umbridge!" Addeline berseru sembari menunjukkan sebuah tongkat hitam bermotif garis spiral merah yang telah pata menjadi dua.

"Akhir dari tongkat yang telah kugunakan selama sepuluh tahun lebih," sesal Regalia sambil menerima tongkat itu.

"Kami datang untuk menjenguk," kata Luna. "Bagaimana keadaan Madam?"

"Yang jauh lebih penting adalah bagaimana keadaan anak-anakku? Apakah kalian meninggalkan Hermione menjaganya sendirian?"

"Kami tidak tahu bagaimana mereka," jawab Ginny.

"Bukankah kalian bertiga bersama Hermione menawarkan diri untuk mengasuh mereka?" Regalia mulai panik.

"Kami sama sekali tidak menawarkan apa pun," kata Luna.

"Tapi kalian berempat tadi ke sini---"

"Tidak, Madam Pomfrey," tukas Addeline, "ini pertama kalinya kami ke sini hari ini."

Regalia segera bangkit dari ranjangnya, dan tanpa mempedulikan kepalanya yang pusing berdenyut-denyut, dia berlari ke menara tempat ruangannya berada.

"Arcturus dan Eileen, bagaimana keadaan mereka?" gumamnya sambil terus berlari. Ginny, Luna, dan Addeline turut berlari di belakangnya.

Begitu sampai di ruangannya, Regalia mendapati tempat itu kosong. Dia mengacak-acak ruangan dan kamarnya, berharap menemukan anak-anaknya. Namun semuanya jelas. Tidak ada anak-anak, dan tidak ada Hermione.

"Madam, ada surat," Luna menunjuk meja kantornya.

Regalia meraih surat itu, yang menyatakan bahwa Pelahap Maut membawa anak-anaknya ke Shrieking Shack.

"Ginny, segera minta Harry Potter menghubungi ayahku agar anggota Orde bisa menolong, dan Kementerian harus melihat para Pelahap Maut ada di Shireking Shack! Cepat!" perintah Regalia.

Luna segera mengikuti Ginny berlari ke ruang rekreasi Gryffindor untuk menemui Harry. Regalia menyambar baju hitam apa pun yang bisa dipakainya secepat mungkin, menggantikan piyamanya.

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang