Mama

128 15 55
                                    

Severus Snape menyeruak di antara keramaian dengan wajah suram yang membuat seluruh isi Hospital Wings merasa ngeri.

"Regalia," panggilnya, membuat Regalia menahan getar ketakutan dalam dirinya, "harinya sudah tiba."

"Apa?" Regalia bangkit dari kursinya. Pertanyaannya dijawab oleh kehadiran seekor burung gagak yang terbang mengelilingi ruangan, kemudian hinggap di pundaknya, lalu mematuki telinga kirinya dengan pelan.

Severus tidak bicara lagi. Dia hanya mendorong kereta bayinya mendekati Regalia dan Madam Pomfrey.

"Imunisasi," kata Severus lirih.

"Ah, ya, tentu saja!" Poppy segera menyiapkan keperluan imunisasi bayi untuk Caius dan Sakunta.

Addeline meminum ramuan mericanya sedikit demi sedikit karena tidak menyukai rasanya.

"Minumlah dengan cepat," ujar Percy pada Addeline, sekaligus untuk mengalihkan perhatian seluruh muda-mudi dari Severus Snape. "Kalau ditunda-tunda, rasa tidak enaknya semakin terasa."

Addeline menuruti saran Percy dan meneguk ramuan itu dengan cepat. Uap putih keluar dari lubang telinganya, membuatnya merasa sedikit lega.

Di samping Addeline, Astoria juga mendapat ramuan lain karena Madam Pomfrey tahu jika Astoria sakit-sakitan.

"Kau tidak apa-apa, Herm-ayon-nini?" tanya Viktor Krum pada Hermione yang duduk di ranjang yang berseberangan dengannya.

"Hermione!" sahut Ron dengan tajam, "Err-my-knee! Masa begitu saja kau tidak bisa?"

"Ron, bersikap sopanlah pada tamu kita," tegur Percy dengan gigi-gigi yang terkatup rapat.

Regalia meninggalkan kereta dorong anaknya di dekat Severus dan Poppy, lantas mendekati Harry.

"Kerja bagus hari ini, Harry," Regalia tersenyum. "Aku sudah menyiapkan ini untukmu." Regalia merogoh tas tangannya, kemudian mengulurkan tiga bungkus cokelat kodok pada Harry. Setelah itu, dia memberikan masing-masing satu untuk Ron dan Hermione juga.

***

Setelah meninggalkan Hospital Wings dan menyendiri di kamarnya, Regalia menulis surat untuk Sirius Black. Ia mengabarkan bahwa Harry berhasil melewati tantangan kedua, dan di sisi lain, Nyse sudah sepenuhnya menjadi burung gagak yang tak akan pernah berubah menjadi manusia lagi.

Tangisan Eileen memecah keheningan. Disusul oleh tangisan Arcturus, kemudian Caius, selanjutnya Sakunta. Regalia membanting pena bulunya karena empat orang anak berusia kurang dari satu tahun menangis secara bersamaan di kamarnya.

"Bagaimana?!" teriaknya, "Bagaimana caraku membesarkan empat orang anak seorang diri, sedangkan suamiku, suamiku -ya, begitulah!"

Regalia ikut menangis bersama anak-anak itu. Kebingungan luar biasa. Apa yang mereka inginkan? Satu mengompol, satu buang air besar, satu lapar, dan yang satu hanya ikut-ikutan karena yang lain menangis.

"Sudah tahu repot begini, Severus malah entah ke mana!" jerit Regalia.

***

Beberapa hari kemudian, Regalia menerima Witch Weekly -majalah mingguan penyihir- setelah memutuskan untuk berlangganan. Dia merasa stress mengurus empat orang anak seorang diri, sehingga merasa memerlukan hiburan -terlepas pada kenyataan bahwa Sirius telah membelikan dua belas jilid buku untuknya.

Bukannya semakin rileks, justru amarahnya semakin memuncak, karena Rita Skeeter menulis di majalah itu bahwa Hermione mempermainkan perasaan Harry dan Viktor. Sejauh yang Regalia tahu, hubungan antara Hermione dan Harry hanyalah sebatas sahabat. Lalu, Rita mendeskripsikan Hermione sebagai gadis yang tidak cantik tetapi ambisius.

The SnapesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang