Perjalanan berlanjut. Senjata tujuh orang terdahulu sudah ditangan mereka. Walaupun sudah dapat senjata, mereka tidak tenang sama sekali. Kalau senjata sudah mereka dapat, bahaya semakin besar dong. Jelas, orang-orang dari pemerintahan pasti semakin gencar mengejar mereka.
Jungwon semakin resah, perasaannya gelisah dari waktu ke waktu, seperti ada yang menganggunya. Pedang di tangannya ia genggam erat, menyalurkan perasaannya kesana.
Pikirannya mengatakan hal-hal positif, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk. Tapi hatinya mengatakan tidak, akan terjadi hal buruk kepada mereka.
"Jungwon, lo kenapa?" Tanya Sunoo cemas, memperlambat jalannya, menyamakan langkah Jungwon.
"Gak apa-apa," jawab pemuda bermarga Yang tersebut, suaranya agak aneh.
"Beneran gak apa-apa?" Tanya Sunoo sekali lagi.
"Iya, gak apa-apa..."
Sejujurnya, Sunoo merinding karena perubahan suara Jungwon─ terlihat jelas menyembunyikan sesuatu. Tapi dirinya tak berani bertanya, sebab sorot mata Jungwon mengisyaratkannya untuk diam.
Sorot mata tersebut, terlihat seperti api yang menyala, dan memberikan efek seperti sengatan listrik. Jungwon terlihat... berbeda.
"Kayaknya pedang lo gak beres," ucap Sunoo sesaat kemudian, membuat Jungwon menoleh cepat.
"Gak beres? Maksud lo apa?!"
Suara Jungwon meninggi, mengejutkan keenam temannya. Perjalanan terhenti, semua terfokus ke Jungwon, pemuda itu terlihat marah, marah sekali.
"Sejak pedang itu ada di tangan lo, sikap lo berubah. Lo gelisah tanpa henti, seakan-akan ada sesuatu di dalam diri lo," tutur Sunoo menepis rasa takutnya.
"Lo tau apa?" Balas Jungwon mendongakkan kepala.
Jay tersentak, buru-buru mencegah. "Jungwon, tenangin diri lo."
"Gue tau, sejak tadi lo gak berhenti bergumam. Keringat dingin di dahi lo membuktikan semuanya," jawab Sunoo kemudian.
"Pemilik pedang itu, sifatnya sama kayak Jungwon, emosinya gak stabil." Sunghoon menjelaskan, teringat buku di perpustakaan─ di bagian tulisan rahasia. "Bedanya, pemilik pedang itu jauh lebih gak stabil emosinya, bisa dibilang berbahaya."
"Jungwon, lo harus tahan emosi, jangan biarin semua itu ganggu pikiran lo," sahut Heeseung berusaha menenangkan.
"Kalian kenapa sih?! Gak usah ceramahin gue!"
Blar!
Es menjalar cepat di atas permukaan salju, membentuk es runcing dan tajam di beberapa sisi. Jake sebagai pemilik kekuatan tumbuhan, segera menarik teman-temannya ke sisi lain, menjauh dari Jungwon yang diselimuti emosi.
"Cari air sekarang," perintah Heeseung tak berbasa-basi lagi.
"Cari air dimana? Disini salju semua!" Tanya Ni-Ki tak melihat adanya air di sekitarnya.
"Ikut gue," ajak Jay berlari menjauh. Sebagai pemilik kekuatan air, dia merasakan ada air di sekitar sini.
"Semoga beneran ada air," gumam Ni-Ki, berlari mengejar Jay.
"Sekarang gimana? Kita gak bisa mendekat, bahaya," tanya Jake mulai risau.
"Pertama-tama, kita harus bikin dia lelah. Kedua, dia harus hilang fokus. Ketiga, siram dia pakai air atau buat dia pingsan," ucap Heeseung mengeluarkan isi pikiranya.
"Pedangnya harus dibuang?" Tanya Sunoo tak yakin.
"Jangan, bahaya kalau pedangnya ada di tangan orang yang salah," balas Sunghoon melarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.