28 | Tekad dan Keputusan

8.7K 3K 1.6K
                                    

"Saya emang Heeseung, tapi yang ori. Kalau yang di belakang saya mah keturunan saya, entah ke berapa. Yang pasti cuma dia yang mirip saya dibanding keturunan saya yang lain, berarti sedikit ori lah ya... kw mungkin?"

"Haha, pasti saya halusinasi," tawa pemimpin Distrik 6 mencoba menyangkal.

"Yeu, gak percaya amat. Nih buktinya mirip, plek ketiplek."

Jungwon memutar bola matanya malas. "Si mbah ini, baru muncul malah ngelawak. Niat bantu kita atau enggak? Kalau enggak ya pergi aja."

"Etdah bocah, mulutmu kok pedes banget kayak adik saya. Eh tapi, kamu kan emang keturunannya, hahahaha!"

Para pemimpin distrik syok bukan main. Ya iyalah, tahun sudah berlalu, kenapa Heeseung terdahulu bisa muncul?! Sehat dan muda pula!

"Nah, ini kakek buyut buyut buyut saya," kata Heeseung lalu mendekat ke Heeseung terdahulu dan berbisik, "kenapa bawa harimau? Mau sirkus bukan disini, ada tempatnya."

"Oh, si Seungie ini emang mau ikut. Saya bawa aja, daripada ngamuk terus acak-acak kota."

"Seungie?"

"Nama harimau saya, lucu banget kan? Gemes banget, gak kayak kamu."

Bzt!

"ADUH!"

"MBAH INI GIMANA SIH? KATANYA MAU TOLONG KITA, MALAH NGOBROL. REUNIANNYA NANTI AJA, AYO CEPET. KASIAN YANG DILUAR, KALAU MATI GIMANA?!"

"Sabar dong! Saya ngomong biar gak tegang suasananya, kamu galak amat."

"Grrrr..."

"Tuh! Harimaunya aja kesel!"

"Ck, iya-iya! Ngomong sama kamu wibawa saya jadi hilang," decak Heeseung terdahulu merasa kesal karena tak bisa menjaga image di depan para petinggi.

"Kenapa anda muncul? Anda mau bantu mereka?" Tanya pemimpin Distrik 3.

"Iya, karena mereka keturunan saya. Dan saya gak mungkin biarin IERE jatuh ke tangan yang salah. Kalian lupa? Saya berjasa besar bertahun-tahun yang lalu, saya menyelamatkan IERE. Kalian gak berhak menentukan apapun selagi saya masih hidup. Kalaupun saya mati nanti, semuanya saya serahkan ke keturunan saya ataupun teman-temannya."

"Bisa keren juga dia," bisik Heeseung ke Jungwon. "Jadi aneh gue liatnya, biasanya kan ngejek gue mulu."

"Itu karena dia lagi serius!" Sembur Jungwon.

Pemimpin Distrik 3 merengut kesal karena tak bisa membalas perkataan Heeseung terdahulu. Ingin sekali dis protes, tapi tidak tahu harus bagaimana.

"Ucapannya ada benarnya, kita sebagai orang yang menikmati kehidupan akibat jayanya IERE seharusnya tidak melakukan ini."

Pemimpin Distrik 7 maju, mengabaikan tatapan tajam dan terkejut pemimpin yang lain. Sebagai pemimpin dari distrik yang paling maju, dia tidak perlu takut. Dia memegang kendali besar di antara pemimpin distrik yang lain.

Pemimpin Distrik 9 yang merupakan wakilnya ikut maju, membungkukkan badan 90° lalu berdiri tegak. "Maaf atas ketidaknyamanannya, kami akan membantu semampu kami."

"Kalian berdua ngapain?!" Seru pemimpin Distrik 10 tak mengerti.

Pemimpin Distrik 7 atau yang biasa dipanggil Pak Lee menghadapnya. "Pahlawan IERE ada disini, gak seharusnya kita melihatnya seperti monster. Perjuangannya dan teman-temannya dulu membuat kita ada disini."

"Kalian mau berkhianat?!"

"Gak salah, pak?" Sinis Jungwon. "Lagipula terserah mereka lah, mereka yang buat keputusan. Demi kebaikan loh, bukan demi keinginan pribadi, eh?"

"Lambemu iku to le..." gumam Heeseung terdahulu menepuk jidat.

"Anda gak menginginkan kami, karena itu Survival Games dibuat. Beberapa tahun sekali diadakan, tujuannya untuk mencari siapa keturunan dan reinkarnasi pahlawan terdahulu, iya kan? Kalian mau membunuh kita supaya proyek buatan kalian berjalan sempurna. Tapi maaf, kami sebagai penerus gak akan biarin itu terjadi. Itu sama aja buat perjuangan para pahlawan terdahulu sia-sia. Kami gak peduli kebencian yang kalian tunjukkan, kami akan terus berada di jalan kami. Karena kami sudah ditakdirkan sebagai pelindung IERE," ujar Heeseung menatap para pemimpin dengan raut wajah tegas layaknya seorang pemimpin.

"Dan keputusan kami sudah bulat, mereka harus kita bantu, demi kesejahteraan bersama," sambung pemimpin Distrik 9 seyakin-yakinnya.

Para pemimpin bungkam, mereka tak bisa mengelak, tak bisa mengatakan apapun. Mereka dibuat skakmat.

Pak Lee tersenyum bangga kepada Heeseung, berjalan menghampirinya lalu memegang pundaknya. "Kamu memang pantas menang di Survival Games, Lee Heeseung. Ibumu pasti bangga di atas sana."

Heeseung balas tersenyum. "Ya, terima kasih, ayah."

"APA?! AYAH?!"

IERE 2 | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang