"Kak, gue mau tanya nih, serius. Sampai kapan kita harus jalan kaki? Kasian Kak Jake tuh," sungut Sunoo.
Jay mengedikkan pundak, lalu menghadap Jake yang berhenti sejenak. "Jake, lo capek gak?"
Jake meringis. "Shh, capek sih... jalan pake tongkat susah juga."
"Ya udah, siapa yang mau gendong dia?"
"APAAN SIH! GAK MAU!" Tolak Jake mentah-mentah dengan keras, sampai orang-orang menoleh ke arahnya. Sunoo mematung, jangan sampai mereka ketahuan, jangan sampai mereka ketahuan.
"Kak, kenapa gak teleportasi aja sih?" Tanya Sunoo berbisik.
"Jauh, kemampuan teleportasi gue gak bisa sampai sana. Kita harus lebih deket lagi," jawab Heeseung menghadap ke depan memimpin jalan.
Sunoo merengut lagi. Sebenarnya dia gregetan ingin lari, tapi kan tidak mungkin ia memisahkan diri dari rombongan. Kalau ketahuan... jangan sampai deh.
Oh ya, mereka berempat memakai jaket tebal dengan topi dan masker. Hanya Jay saja yang tidak, dia memakai kacamata tebal dan rambutnya sengaja dibuat acak-acakan supaya tidak ketahuan.
"Kenapa kita harus ke rumah peninggalan nenek lo?" Tanya Jake baru kepikiran.
"Karena menurut gue disana aman," jawab Heeseung.
"Terus disana kita bakal nemu apa?"
"Gak tau, mungkin aja sesuatu yang membantu kita."
"Jaraknya jauh?"
"Lumayan, makanya kita harus cepat kalau gak mau ketangkap sebelum sampai."
"Terus Jungwon gimana? Dia tau?"
Heeseung berhenti melangkah, sontak menghadap Jake dengan kedua matanya yang membulat sempurna. Oh iya, dia memang memberi tahu Jungwon untuk ke rumah peninggalan neneknya. Tapi, dia lupa memberi tahu letaknya dong! Astaga, kenapa dia bisa lupa sih?!
"Tuh kan! Terus gimana dong?" Tanya Sunoo cemas. "Dia belum bisa kontrol emosinya, gue takut dia kenapa-napa. Ayolah, kita balik aja."
"Gak bisa, Sunoo. Kita udah jalan sejauh ini, belum tentu Jungwon ada di rumah," tolak Jay.
"Tapi kan kita bisa cari dulu."
"Itu kalau ketemu, kalau gak? Orang-orang pemerintahan pasti cari kita, gak aman kalau kita balik lagi."
"Jungwon juga gak aman, dia sendirian!"
"Ya terus lo mau gimana?! Lo tau gak dia ada dimana?!"
"Udah udah," lerai Heesung berdiri di antara keduanya. "Jangan berantem, orang-orang bisa curiga."
"Dari awal orang-orang juga udah curiga kali," cibir Jake melirik orang-orang berjas hitam yang berjalan ke arah mereka dari arah depan, kanan, kiri, dan belakang.
Jumlahnya lebih dari dua puluh.
"Sialan, ayo teleportasi," umpat Jay begitu menyadarinya.
"Gak bisa, Jay. Teleportasi gue lagi ngadet-ngadet, nanti kalau berhentinya di tempat aneh kan gak lucu," kata Heeseung menggelengkan kepala.
"Mana ada ngadet-ngadet, lo kira hp!"
"Beneran, kemarin juga begitu. Gue mau ke toko buah, eh malah ke kuburan!"
"Aish, kalau begitu lari aja."
"Gila lo, Kak Jake gimana kalau kita lari?" Sunoo menempeleng kepala Jay. "Masa iya Kak Jake lari-lari di kondisi kayak gitu, kalau kakinya makin parah gimana? Te-terus kalau diamputasi? SEREM!"
"Jangan ngebayangin yang enggak-enggak dong!" Protes Jake merinding.
Hadeh, bukannya pergi malah adu mulut.
"Semuanya mendekat," perintah Heeseung dengan nada berbisik. Mereka berempat berdiri berlawanan arah dengan punggung menempel satu sama lain, memasang posisi siaga.
Sunoo melirik Jake, temannya itu meringis menunduk menatap kakinya. Dia khawatir, kalau misalkan mereka diserang, Jake pasti orang pertama yang terluka.
"Teleportasi aja! Mau kemana aja boleh, yang penting kita kabur dulu!" Seru Sunoo terlampau panik.
"Kalau nanti dibawa ke sungai gimana?! Mending gak usah," tolak Jay tidak setuju.
"Kita gak mungkin diem aja disini, ayolah."
"Berisik!"
Mereka berempat menegang. Salah satu dari orang-orang berjas itu berseru keras, maju bersama yang lain menodongkan pistolnya. Gawat, mereka mainnya keroyokan!
"Satu lawan satu dong, jangan keroyokan begitu!" Seru Jay menantang.
"Haha, memangnya kamu berani?"
"Walaupun saya takut, saya bakal maju untuk lindungin teman-teman saya."
"Wah, keberanianmu patut diacungi jempol. Tapi, tidak semudah itu. Tembak mereka!"
DOR!
DOR!
DOR!
DOR!
Orang-orang berteriak, berlari menjauh dari lokasi ketika peluru ditembakan. Suara tembakan terdengar bertubi-tubi, menembak ke arah yang sama.
Jay merangkul Jake, Heeseung berdiri di depan keduanya, menghadap mereka melindungi mereka dari peluru. Mereka bertiga memejamkan mata, tak berani melihat.
Tapi aneh, mereka tidak merasakan sakit. Justru merasa ada getaran dari tanah yang mereka pijak. Pada akhirnya, mereka bertiga membuka mata.
Heeseung berbalik badan ketika merasa ada yang berdiri di belakangnya. Ternyata benar, Sunoo berdiri membelakanginya, menatap bengis orang-orang berjas itu.
"Kalian semua cari masalah, ya?" Tanyanya marah, mengangkat tangannya membentuk pola abstrak.
Semuanya terkejut. Apalagi Heeseung, Jay, dan Jake yang ada di dalam perlindungannya.
Iya, Sunoo melindungi mereka bertiga. Dengan cara membuat dinding tebal yang berasal dari tanah, dan api sebagai lapisan paling luarnya.
Kekuatan tanah kembali muncul, setelah hilang beratus-ratus tahun lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.