24 | Survival Games (3)

9K 3K 581
                                    

Disinilah Jake berada, di dalam pikiran Heeseung. Kakinya terasa kaku untuk digerakan setelah melihat betapa seramnya disini. Sesuatu seperti asap berterbangan di sekitar, berwarna hitam pekat.

Tidak boleh, Jake tidak boleh takut. Dia harus menyusuri tempat ini, mencari dimana Heeseung berada. Dengan keberanian yang ia kumpulkan, ia berjalan menyusuri jalan setapak berbatu ditemani asap hitam tersebut.

Kanan dan kirinya gelap, dia merasa seperti berada di rumah hantu. Kenapa? Karena dia bisa melihat makhluk aneh memakai jubah berlalu lalang disana, namun tak menyadari kehadirannya. Dalam hati Jake berdoa agar mereka tetap seperti itu.

Jalan setapak yang dia susuri terus berlanjut, ujungnya belum terlihat, tujuannya belum ditemukan. Jake cemas, dia tidak tahu apa artinya jika begini. Ini pertama kalinya ia masuk ke dalam pikiran seseorang, apalagi orang itu temannya sendiri.

Dia berusaha untuk tidak memanggil, sebab makhluk aneh berjubah itu mulai menyadari kehadirannya. Karena itu dia harus cepat.

Semakin jauh ia melangkah, semakin berat pula nafasnya. Semakin gelap sekitar, semakin sulit bernafas, oksigen terasa akan lenyap jika ia terus berjalan.

Tapi Jake tidak akan berhenti, di depan sana terdapat cahaya menyorot sesuatu, terdapat hamparan bunga berwarna ungu dengan seseorang duduk di tengahnya. Itu pasti Heeseung, tidak salah lagi.

Langkah kakinya yang lambat, berubah cepat seketika. Tak peduli oksigen yang semakin menipis, tujuannya sudah dekat.

"Kak Heeseung! Kak Heeseung!!!"

Sret!

Makhluk berjubah yang sejak awal tak memperhatikannya, kini menghalangi jalannya. Berdiri menghadang, sembari menunjukan ekspresi seram dengan mata merah menyala.

"Kalau kamu ingin menyelamatkan temanmu, lawanlah kami."

Yang lain berdatangan, mengelilingi Jake. Jake yang takut dengan makhluk seperti hantu tersebut bergeming. Dia ingin menerobos mereka, karena pasokan udara disini semakin tipis, sampai ia terbatuk beberapa kali.

Masa bodo dengan hantu, Heeseung yang terpenting.

"Kalian ini sebenernya apa? Penjaga hutan? Arwah pohon?" Tanya Jake membentuk daun berwarna hijau muda di dalam kepalan tangannya.

Makhluk-makhluk itu tak menjawab, malah menunjukkan cahaya dari tangan, mereka ingin menyerang.

Daun di dalam kepalan tangan Jake mengeluarkan cahaya, berterbangan di sekitar kepalan tangannya, membentuk sebuah pedang yang tajam. Walaupun terbuat dari daun, pedang ini memiliki racun.

"Kak Heeseung itu temen gue, dan gue bakal bawa dia keluar dari sini."






























































TANG!





Pertemuan pedang dan tombak disertai tatapan menusuk membuat Sunoo tak berani mendekat. Pertarungan Jay dan Sunghoon menimbulkan perasaan takut tersendiri baginya.

Entahlah, sepuluh menit mereka berdua seperti itu. Namun tak menunjukkan tanda ingin berhenti, justru semakin sengit.

Sunoo hanya bisa membantu dari jauh, membentuk dinding tanah jika Sunghoon lengah. Dia ingin sekali menggunakan panah es milik Sunghoon, tapi dia tidak pandai memanah. Kalau Sunghoon yang kena bagaimana...

Pedang dan tombak terus beradu, sesekali Sunghoon menyerangnya dengan bola es ciptaannya. Jay juga menyerang dengan air, kekuatan mereka seimbang. Itu yang menyebabkan pertarungan tak berhenti.

"Jay! Kita satu distrik, inget!"

Serangan selanjutnya membuat Jay terhuyung ke belakang. Ia menahan diri dengan tombak agar tidak jatuh, sebelum menurunkan posisi tubuhnya, menendang kaki Sunghoon dengan gerakan memutar.

Sunghoon jatuh tersungkur. Berguling ke kanan dengan cepat saat tombak Jay hendak menusuk punggungnya. Sunoo tidak tinggal diam, dia membuat dinding tanah di depan Sunghoon, lalu menggunakan mantra expelliarmus untuk menjatuhkan tombak Jay. Berhasil! Tombak Jay terlempar jauh, memberi kesempatan bagi Sunghoon untuk menyerangnya bertubi-tubi.

Jay yang memiliki kekuatan air langsung menciptakan gelombang untuk mengambil tombaknya. Sunghoon menyadari itu, dia menendang Jay mundur, meraih tombaknya kemudian mengarahkannya ke Jay yang telentang di atas salju.

Ujung tombak menyentuh dadanya, Sunghoon sedikit menekannya. "Siapapun atau apapun yang bikin lo begini, pergi sekarang. Jangan ganggu temen gue!"

Sshhh

Angin berhembus, suara desiran aneh menyusul. Sunoo berlari mendekat ke Sunghoon, menunjuk sesuatu di depan. Lebih tepatnya, menunjuk pohon besar yang... bergerak?!

"I-itu apa? Monster?"

Srak!

Mereka berdua berjengit, rupanya tak hanya satu. Ada empat pohon yang bergerak dan berdiri! Wajahnya menyeramkan, tanah bergetar karena langkah kaki mereka.

Salah satu di antara mereka mendekat, mengangkat Jay yang memberontak dari cengkramannya. Sunghoon mengangkat pedangnya, Sunoo mengangkat tongkat sihirnya.

"Wah, jadi ini calon pahlawan itu?" Tanya si pohon, terdengar mengejek dan meremehkan. "Aku tidak yakin kalian bisa, buktinya kekuatan kalian lemah sekali."

"Turunin temen kita!" Pinta Sunoo berseru.

"Hmm? Dia? Oh, coba saja kalau bisa. Itupun jika kalian tidak mati di tangan kami, hahaha!"

"Jangan cuma tertawa dan jangan meremehkan kami. Memangnya kalian ini siapa? Gak pernah keluar dari hutan kok sok tau," balas Sunghoon berlari maju seraya membuat tangga dari es untuk naik menyelamatkan Jay.

"Kalian seharusnya tau dong, apalagi bapak pohon yang satu ini bilang kalau kita pahlawan. Berarti kita ini bukan orang sembarangan," sambung Sunoo ikut maju dan menyerang menggunakan sihirnya.

Si pohon terdepan geram. "Mereka anak kurang ajar, mereka tidak pantas menjadi pahlawan negeri ini!"

Sunghoon menyunggingkan smirknya, mengayunkan pedang dan menebas batang pohon yang merupakan tangan makhluk tersebut dalam sekali loncatan.

"Kalau begitu, coba habisi kami. Oh ya, jangan harap saya bersikap baik ke kalian setelah menganggu perjalanan kami bertujuh."

Keren banget plis...

IERE 2 | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang