"Loh?! Kok?! Lah?! KOK BISA?!"
Lee Heeseung yang mulai sekarang akan dipanggil Heeseung menggunakan huruf miring itu sudah menduga kalau mereka akan syok melihatnya. Ya iyalah, orang terdahulu kok masih hidup?!
"Kekuatan saya omnipotence─ kekuatan tanpa batas. Saya bisa hidup sampai kapanpun yang saya mau."
Yang paling syok jelas Heeseung. Pasalnya, Heeseung terdahulu sangatlah mirip dengannya. Mulai dari suara, tinggi badan, dan wajah. Entah sifatnya sama atau tidak, dia tidak tahu.
"Tapi kok masih muda?" Tanya Ni-Ki.
"Saya berhentiin umur, makanya masih muda," jawab Heeseung seolah-olah itu adalah hal yang lumrah.
"Kok bisa sih?!"
"Apapun di dunia oren, bisain aja lah."
Ya ya ya
"Kalau Kak Heeseung ada, berarti anda pernah menikah kan?!" Tanya Jake.
"Jelas, perempuan mana yang akan menolak manusia tampan dan baik hati seperti saya?"
Heeseung meringis, kok Heeseung terdahulu narsis sekali. Perasaan, dia tidak seperti itu deh.
"Kamu beneran mirip adik saya," celetuk Heeseung menunjuk Jay. "Kekuatanmu apa? Apa air, es, api, dan listrik juga?"
Jay melotot. "Banyak banget!"
"Keren kan adik saya? Memang sih, haha! Oh ya, kalian pasti ingin tahu kekuatan teman tertua kalian ini kan?"
Pak Da tersenyum, reaksi keenam anak itu sudah ditebak olehnya. Pasti mereka tak percaya, terkejut, takut, dan senang. Campur aduk kayak ketoprak, jadi pingin.
Apalagi Heeseung, orang yang kekuatannya belum muncul─ kecuali teleportasi yang ngadet-ngadet kayak sinyal pas daring... Alhamdulillah aku engga.
"Sebelum saya kasih tahu, saya mau bicara empat mata dengan Jungwon," lanjut Heeseung. Matanya tak lepas dari pedang milik adiknya terdahulu, pedang yang terus mengeluarkan aura kemarahan.
"Yah, gak asik," sungut Ni-Ki kesal. Senang karena kekuatan Heeseung akan diberi tahu, eh malah ditunda. Rasanya tidak enak tahu.
"Jungwon, ayo ikut saya. Kalian silahkan sarapan bersama Pak Da, nanti saya antar Jungwon kesana."
Jungwon menatap teman-temannya ragu, dia agak takut terpisah dari mereka. Tapi Pak Da berkata tidak apa-apa, Heeseung terdahulu tidak menggigit.
"Ayo."
Mau tak mau Jungwon mengikuti, mungkin ada hal penting yang akan disampaikan mengenai pedang miliknya.
"Pedang itu punya banyak cerita gak mengenakan, saya harap kamu gak berbuat aneh-aneh," ujar Heeseung membuka topik, terus berjalan menyusuri jalan setapak.
"Jungwon adik Anda juga emosian kayak saya?" Tanya Jungwon. Lah, kamu ngaku, Won?
"Heum, sebenernya dia jauh lebih emosian dari kamu," jawab Heeseung jujur, tiba-tiba mengingat masa lalu. "Tapi, dia belajar untuk kendaliin emosinya. Alhasil pedangnya mengerti dia, dan pedang itu jadi pedang yang kuat."
"Pedang ini... bisa ganggu pikiran?"
"Iya, kalau emosimu gak stabil otomatis bakal terpengaruh. Selain itu, jangan sungkan untuk bercerita. Memendam sesuatu gak selalu memberi dampak baik, semua orang pasti butuh tempat untuk bersandar dan berkeluh kesah."
"Tapi... saya takut..."
Heeseung berhenti berjalan, kemudian merangkul Jungwon. "Tepis rasa takut kamu, kamu harus berani mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran kamu. Sulit memang, tapi itu lebih baik jika kamu butuh seseorang untuk dengerin semua isi hati kamu."
Jungwon menundukkan kepala, entah kenapa hatinya perih setelah Heeseung terdahulu berkata seperti itu.
"Teman-teman kamu itu orang yang baik." Heeseung tersenyum. "Kalian bertujuh adalah pilihan kami, kami tahu kalian mampu untuk mengembalikan IERE seperti dulu."
"Maaf, saya gak yakin saya bisa," ucap Jungwon pesimis. "Sejauh ini, saya hanya beban untuk teman-teman saya. Saya gak pernah membantu, saya selalu merepotkan mereka..."
"Gak, itu gak bener," sanggah Heeseung cepat. "Kamu seperti itu bukan berarti beban, tapi ada sesuatu yang akan muncul pada waktunya."
"Kekuatan baru?"
"Bukan, kekuatan lama namun jauh lebih hebat. Ya... walaupun gak sehebat saya."
Kalau bukan sesepuh, Jungwon pasti sudah menampol atau misuh-misuh tak terima.
"Apa kekuatan Kak Heeseung?" Tanya Jungwon mengalihkan pembicaraan.
"Sama seperti saya, omnipotence," jawab Heeseung tersenyum bangga. "Keturunan saya tuh, keren kan? Jelas, Lee Heeseung~"
"Kok-"
"Tapi, kekuatannya gak seperti saya. Kekuatan Heeseung teman kamu gak sekuat saya, karena dia keturunan entah ke berapa. Otomatis kekuatannya bakal memudar seiring berjalannya waktu. Tenang saja, dia bisa kok melawan pemerintah bersama kalian."
"Anda yakin kita bisa? Masalahnya kita ini masih kecil, apalagi Ni-Ki."
"Hei, kamu gak belajar sejarah ya? Di umur segitu, Ni-Ki membantu saya. Gak usah alasan, kalian itu terpilih."
"Ish, dasar manusia tua!"
"Tua gini tetap ganteng."
"AAAAAAA!"
Teriakan terdengar dari arah desa, mereka berdua membeku sesaat. Asap mengebul, api berkobar, disusul suara tembakan dan es yang beradu.
Itu orang-orang kiriman pemerintah... mereka menyerang desa karena keenam pemuda yang diincar ada disana. Gawat.
"Mbah, eh kak, aish tau ah. Saya janji gak bakal hancurin ekspetasi kalian," ucap Jungwon bersungguh-sungguh, menyebabkan pedangnya mengeluarkan cahaya biru.
Disela rasa khawatirnya, senyuman Heeseung merekah. "Won, pedangmu sudah mengerti kamu. Kamu tau gak apa yang bakal terjadi selanjutnya?"
Jungwon menggeleng.
"Rambut kamu yang biru gelap itu bakal berubah jadi alice blue. Dan kekuatan air akan muncul tak lama lagi, bersiaplah. Kami para pahlawan terdahulu selalu mendoakan kalian."
Wow, Jungwon sampai tidak bisa berkata-kata saking kagumnya.
"Tunggu apa lagi, ayo ke desa! Teman-temanmu butuh bantuan."
"Oh iya! Kok saya bisa lupa mereka sih?!"
Lah, lupa teman dia... tak patut.
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.