"Kak Heeseung! Lo baik-baik aja, kan?"
Jungwon berlari menghampiri Heeseung yang terlihat kelelahan setelah berhasil kabur dari monster. Wajahnya pucat sekali, kedua tangannya bergetar hebat karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga dan kekuatannya. Heeseung itu tidaklah sama seperti Heeseung terdahulu. Kondisi fisik Heeseung tidak sekuat Heeseung terdahulu karena dia hanyalah seorang keturunan dari seseorang yang belum tiada.
Jungwon khawatir. Lantas dimana yang lain? Kenapa hanya Heeseung disini? Kemana para sesepuh?
"Won, ayo cari Jake, gue khawatir," ajak Heeseung meraih tangan Jungwon untuk membawanya teleportasi.
"Jangan, lo perlu istirahat," tolak Jungwon. "Gue tau kenapa lo begini. Salah satunya adalah karena kekuatan lo berdesakan keluar sebelumnya, badan lo gak kuat tahan semua itu. Lo memang punya kekuatan tanpa batas tapi lo beda, kak, lo bukan Mbah Heeseung. Lo gak bisa paksain diri lo untuk tetap berjuang lawan monster dan orang-orang itu."
Heeseung menggeleng tegas, dia tidak setuju. "Tolong biarin gue jalanin tugas gue, gue gak mungkin diem aja setelah lihat semua ini terjadi, gue calon pahlawan, Jungwon."
"Iya, lo pahlawan, tapi gue gak bisa lihat temen gue kayak gini lagi, kak. Gue gak sanggup lihat kalian satu-persatu gugur dan tinggalin gue..."
Hati Heeseung mendadak sakit. Dia tahu apa yang Jungwon rasakan, dia sangat tahu. Memang benar adanya kalau satu-persatu akan gugur dan menyisakan beberapa orang saja, namun begitulah takdir mereka, takdir tidak dapat diubah. Heeseung sendiri juga tidak sanggup jika dia harus meninggalkan teman-temannya, meninggalkan keluarganya, meninggalkan dunia, namun dia bisa apa? Dia tidak bisa menentang takdir.
Sebagai calon pahlawan, Heeseung terima apapun resikonya, sekalipun nyawa taruhannya. Karena dia adalah Lee Heeseung, pemuda yang selalu berkorban dan peduli dengan orang lain, terbukti dalam Survival Games dimana pada saat itu Heeseung tidak mau membunuh orang lain dia mau semua peserta kembali. Heeseung itu baik hati, Jungwon benci sifat Heeseung yang terlalu baik kepada orang lain sehingga tidak memikirkan diri sendiri.
"Won, gue boleh minta satu hal?" Tanya Heeseung.
"Gue gak bakal jawab kalau permintaan lo aneh-aneh," jawab Jungwon ketus.
"Gak aneh, kok. Justru lo bakal inget ini terus sampai lo tua nanti."
Hati Jungwon tidak tenang mendengarnya. "Lo mau minta apa emangnya?"
"Gue harap lo gak lupain gue. Gue punya foto kita berdua puluh tiga pas selesai cerita tentang IERE waktu itu, fotonya gue titip ke Pak Da. Simpan itu baik-baik, ya? Maaf karena gue gak bisa simpan itu sendiri, karena gue bakal gugur kali ini, hehe. Sekali lagi maaf dan makasih, adikku di masa lalu."
Betapa marahnya Sunghoon setelah lepas dari pengaruh alat buatan Pak Sang. Dia menyerang tanpa belas kasih karena amarah menguasai dirinya. Jay tidak bisa berbuat banyak karena Sunghoon mengancamnya.
Luka di lengannya cukup sakit, sih, tapi Sunghoon tidak peduli dan terus menyerang agar mereka tahu bagaimana seramnya Sunghoon saat marah. Sudah berapa orang dia habisi, dia tidak peduli kalau dia dicap sebagai pembunuh, salah sendiri main-main dengannya, memangnya mereka pikir Sunghoon ini lembut? Ingat bagaimana Sunghoon terdahulu, dingin dan kejam. Sikap biasa saja seram apalagi jika marah, habis sudah.
"Sunghoon! Ayo cari Jake, gue gak tenang nih!" Panggil Jay tidak berani mendekat karena takut ditebas pedang.
Sunghoon mendecih kesal, Jay sangat menganggu, urusannya dengan Pak Sang dan anak buahnya belum selesai. Ini lagi si Al, dia duduk santai menonton semua pertarungan di atas kursi air buatannya. Kok bisa didudukin? Ya bisa pokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.