Sunoo membuat dinding dari tanah untuk melindungi temannya, alhasil dia terus menerus jongkok untuk menyentuh tanah agar dindingnya bisa terbuat.
Orang-orang berjas itu tak berhenti menembak, Sunoo jadi kewalahan menahan serangan mereka. Ayolah, siapa sih yang tidak kewalahan melawan banyak orang sekaligus.
Ini lagi, Jake menjerit-jerit karena kakinya menjadi sasaran tembak. Untung Jake ada di dalam dinding perlindungan Sunoo.
"Kita harus gimana sekarang?!" Tanya Heeseung merasa kesal karena tak bisa membantu apa-apa.
"Teleportasi aja dibilang!" Jawab Jay ngegas.
"Nanti kalau-"
"Gak apa-apa! Udah buruan!"
Sunoo mengangguk mengijinkan ketika Heeseung menatapnya penuh permohonan, kemudian kembali fokus mempertebal dinding tanahnya.
"Bentar, kok panas ya?" Tanya Jake seraya mengusap keningnya.
Sunoo terbelalak. "Astaga! Gue kelepasan dong!"
"Cepet teleportasi! Tanahnya mau meledak!" Perintah Jay menggebuk-gebuk punggung Heeseung.
"Sabar dong! Kalau nanti tempatnya aneh jangan salahin gue!"
"Cepetan napa!"
"Beneran?"
"IYA!"
Zlub!
Keempatnya berteleportasi dengan segera, dinding tanah yang dibangun Sunoo pun runtuh, menghasilkan ledakan-ledakan kecil. Orang-orang berjas tadi mundur sedikit, mereka tidak mau terkena ledakan.
Asap mengebul, warga sekitar yang semula menjauh kini mendekat kembali setelah tak terdengar lagi suara tembakan pistol.
Mereka tercengang, keempat manusia terkutuk itu menghilang!
"Cari mereka sampai ketemu, mereka tidak boleh menggagalkan rencana bos. Mereka harus dibunuh."
"Kita ke Ice jalan kaki?!"
"Ya iyalah."
"Nanti kaki gue kayak kakinya Kak Jake gimana?!"
Plak!
"Udah lama gak ketemu makin menjadi-jadi ya, Won," kesal Sunghoon karena Jungwon mengoceh tanpa henti.
Bibir Jungwon yang ditepuk keras sama Sunghoon berdenyut-denyut, tolong berikan kesabaran kepada Jungwon agar tidak membalasnya.
"Maksud Kak Sunghoon tuh kita jalan kaki sampai pantai, nanti disana kita numpang nyebrang laut naik perahu nelayan," jelas Ni-Ki karena Jungwon masih belum paham juga.
"Lah, kenapa gak lompatin gedung kayak tadi?"
"Gue gak bisa, kalau kalian bawa gue yang ada jatuh berjamaah ke bawah. Nanti kejadian dulu keulang."
"Gue gak mau jatuh dua kali dari ketinggian," sambung Sunghoon menambahkan.
"Loh, berarti lo inget dong kalau lo tarik paksa Kak Jay dari balkon?!"
Sunghoon terkejut, Ni-Ki juga. Mereka berdua saling tatap, lalu merutuki diri masing-masing. Dasar mulut, kenapa harus keceplosan sih?!
"Iya gue inget!" Jawab Sunghoon pada akhirnya, percuma juga jika ia tidak jujur. Jungwon pasti akan bertanya terus menerus sampai mulutnya berbusa.
"Kak Sunghoon inget semuanya. Lo tenang aja, Kak Sunghoon gak jahat lagi kok, waktu itu kan cuma dibawah kendali orang-orang pemerintahan," kata Ni-Ki supaya Jungwon tidak berburuk sangka terhadap mereka.
"Kenapa kalian gak bilang dari awal?!" Tanya Jungwon dengan nada membentak.
Nah kan, dia marah.
"Gue sama Kak Sunghoon sengaja karena ada yang harus kita lakuin. Intinya, lo percaya aja sama kita. Gue jamin kita bakal dapetin apa yang harusnya kita milikin."
Jungwon melongo. "Hah?"
Sunghoon menepuk jidat. "Gini loh, kita ke Ice gak mungkin cuma sekedar berkunjung. Lo inget ceritanya Sunoo gak? Dulu, di Ice ada markas besar organisasi pencari IERE."
"Terus?"
"Berarti disana banyak barang yang kita butuhin, gitu loh."
Ni-Ki gregetan sendiri. Ini yang katanya pintar tanpa perlu belajar? Masa begitu saja tidak paham. Hei Ni-Ki, kamu tak hanya menyindir Jungwon, tapi banyak orang disini.
"Terus, maksudnya yang harus kita milikin itu apa?"
Ni-Ki melirik sekelilingnya, memastikan tidak ada yang menguping atau mengawasi mereka.
"Senjata. Setelah gue baca riwayat hidup para pahlawan IERE, mereka itu punya senjata. Kak Sunghoon punya panah, sekarang ada di tangannya. Lo pedang, bukan pedang yang lo buat sendiri, tapi pedang milik Yang Jungwon terdahulu."
"Pedang apaan?"
"Pedang mainan."
"Serius dong!"
"Lagian gitu doang masih tanya!"
Sunghoon menempelkan telunjuknya ke bibir. "Jangan keras-keras. Inget, walaupun sepi kita di tempat umum."
"Pedang apaan, Ni-Ki?" Tanya Jungwon merengek karena tak sabar mendengarnya.
"Pedang listrik."
"Widih, nyetrum gak?"
Ni-Ki ingin menimpuk Jungwon dengan batu, serius.
"Kita disini cuma buang-buang waktu, ayo jalan sekarang. Pastiin penyamaran kalian aman." Sunghoon angkat bicara, memasang tudung jaketnya dengan segera.
Jungwon mengangguk mantap, dia tidak sabar. Kira-kira, bagaimana rupa pedang itu ya? Apakah keren? Apakah kekuatannya besar? Atau ada wattnya?
"Oh ya, tadi Kak Minghao kasih ini ke gue. Dia dapet dari temennya yang kerja di pemerintahan, katanya info penting untuk kita," ucap Ni-Ki mengeluarkan sebuah lipatan kertas kecil dari saku celananya.
"Coba liat."
Ni-Ki membuka lipatan kertas tersebut, mendekat ke Sunghoon dan Jungwon agar tidak ada yang melihat.
Cara menghentikan rencana pemerintahan adalah menghancurkan alatnya. Angin berhembus, panas menusuk kulit, semuanya serba maju, terisolasi dari dunia. Itulah tempat dimana alat itu berada, sebelum dipindahkan ke IERE entah kapan waktunya.
"Tolong lah, tinggal kasih tau nama tempatnya susah amat," cibir Jungwon kesal. Mau ke sebuah tempat saja ada teka-tekinya.
"Temennya Kak Minghao ini berpihak ke kita, kalau kertasnya ketahuan dia bisa dihukum mati. Lebih baik cari aman dengan gak kasih tau tempatnya supaya dia baik-baik aja," kata Ni-Ki seraya membalik kertas tersebut.
Deg!
Raut wajah Ni-Ki berubah. Sunghoon merebut kertas itu dengan segera, membacanya dengan teliti. Jungwon pun sama, apa yang membuat Ni-Ki terkejut sampai menganga seperti itu.
Teleportasi, es, air, tanah, api, sihir, listrik, penyembuhan, dan telekinesis. Kekuatan yang saya sebutkan di atas, dimiliki oleh ketujuh pemuda itu. Lee Heeseung teleportasi dan es, Yang Jungwon telekinesis dan es, sisanya belum diketahui.
Yang berambut pirang, kemungkinan besar adalah pemilik kekuatan api, kemungkinan kecil pemilik kekuatan angin.
Sontak saja, Sunghoon dan Jungwon saling melempar pandang, kemudian menatap Ni-Ki bersamaan.
Rambut pirang? Berarti Ni-Ki dong...
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.