Lagu yang paling kalian suka di
album BD : Carnival apa nih?
Me : Drunk-Dazed"Hah... hah... hah..." nafas Jake tersengal-sengal, dia membungkuk, menopang tubuh dengan pedang.
Keringat bercucuran, wajahnya pucat. Saking pucatnya, dia terlihat seperti arwah. Makhluk berjubah itu menyerangnya dengan brutal, dia yang energinya terkuras akibat bertarung dengan Heeseung tak bisa berbuat banyak.
Dia bisa saja keluar dari pikiran Heeseung, tapi dia harus menyadarkan temannya. Dua hal yang ia khawatirkan adalah Heeseung yang tak kunjung lepas dari pengaruh makhluk-makhluk itu dan oksigen yang kian menghilang.
Dan saat ini, Jake menahan nafas karena tak terdapat oksigen sedikitpun, semuanya lenyap. Kalau dia memaksakan diri, dia bisa tiada.
"Menyerah saja, kamu tidak akan bisa menembus pertahanan kami."
"K-Kak Heeseung!!!"
Panggilan menggelegar, Jake maju mengacungkan pedangnya, menghunus siapapun di depannya. Selagi ia mampu, ia tidak akan berhenti.
Demi teman, demi kedamaian dunia.
Satu persatu makhluk yang menyerangnya tumbang, hancur menjadi asap kemudian menghilang dari pandangan mata. Teriakan Jake disertai amarah yang membara berhasil mengalahkan mereka.
Cahaya meredup, asap hitam berdatangan, berterbangan menuju Heeseung. Jake berjalan tertatih-tatih, merintih kesakitan akibat luka.
Dia tersenyum, dia berhasil mengalahkan makhluk-makhluk itu.
"Kak Heeseung!!!"
JLEB!
Namun sayangnya, sebilah pedang menghunus punggungnya hingga ke dada. Heeseung yang duduk di hamparan bunga itu sirna dalam sekejap.
"Kamu bukanlah pahlawan, kamu hanya bocah ingusan yang beruntung karena memiliki kekuatan," ujar si pelaku, Heeseung.
Jake yang tak sanggup menopang berat tubuhnya jatuh ke tanah, menatap sang teman dengan mata berkaca-kaca dan nafas tersendat.
Heeseung dengan manik hitam pekat tersebut menjulurkan pedangnya. "Sudah tahu disini berbahaya, masih saja dilakukan."
Dan Jake pun membalas...
"K-Kak Heeseung itu... temen g-gue, d-dan k-kejayaan IERE... a-adalah tangggung... jawab... kita."
Arwah Jungwon terdahulu duduk santai di atas pohon, menyaksikan pertarungan antara Ni-Ki dengan Jungwon. Bagus sekali, reinkarnasinya malah dibiarkan bertarung.
Jungwon sudah memaki-maki si arwah, tapi arwah tersebut malah cengengesan dan balas memakinya.
Kesal sih... tapi mau bagaimana lagi? Nanti dicap keturunan durhaka terus pedangnya diambil kembali bagaimana? Mau menggunakan apa dia saat melawan orang-orang pemerintahan?
"Temanmu itu gesit juga, gak kayak kamu yang lamban."
"Dasar, masa gitu doang gak bisa."
"Kamu ini beneran reinkarnasi dan keturunanku bukan sih?! Gak pernah latihan nih, pasti mageran."
"Itu ada celah, serang dong! Malah terus ngebales. Ini bukan chattan."
"BERISIK! DASAR ARWAH, HARUSNYA DIEM AJA DONG!"
Meledak deh tuh si Jungwon. Si arwah menanggapinya dengan tawa penuh ejekan dan kepuasan. Sekarang dia tahu, walaupun Jungwon emosian, pemuda itu sedikit demi sedikit bisa mengendalikan emosinya.
Tapi, dia pingin deh melihat Jungwon disiram air supaya sadar. Biar nostalgia gitchu xixixi.
Ssshhh
Pedang api dan pedang es bertemu, uap tercipta. Api yang panas melelehkan es, sementara es mematikan api. Sungguh menarik, seketika belajar IPA.
Arwah Jungwon terdahulu bersedekap dada sambil sandaran, dia akui keduanya sangat pandai bertarung. Tapi tetap saja lebih hebat dirinya.
"Ni-Ki! Kita gak punya banyak waktu, cepet sadar dong! IERE bisa hancur!"
"Gak peduli!!!"
DUAGH!
Ni-Ki terdorong ke belakang, ditendang Jungwon. Pedangnya terlempar, menancap di pohon yang diduduki arwah Jungwon terdahulu. Hampir kena malah, untung sempat menghindar.
"Gak peduli lo bilang? LO MAU IERE DIKUASAIN SAMA ORANG-ORANG ITU?!" Bentak Jungwon penuh amarah sampai keluar listrik dari tubuhnya.
"GUE GAK TAU APA YANG KENDALIIN LO, TAPI GUE MOHON, SADAR! IERE BUTUH KITA, KITA INI DIKASIH KEPERCAYAAN, KITA PUNYA TANGGUNG JAWAB YANG BESAR! Gue gak mau terus-terusan bertarung kayak gini, gue takut celakain temen gue sendiri... tolong sadar."
Keheningan datang setelahnya. Jungwon bersimpuh di depan Ni-Ki yang bangkit menghadapnya. Dalam beberapa saat, keduanya terdiam. Ralat, ketiganya, termasuk si arwah.
Pedang listrik tak lagi dipegang, ia letakkan di tanah untuk membuktikan kalau dia benar-benar tak ingin bertarung terus-menerus menghadapi temannya.
"Selamat, kamu lulus."
Jungwon mendongak. "A-apa? Lulus?"
Ni-Ki mengangguk. Jungwon yakin yang barusan berbicara bukan Ni-Ki, tapi sesuatu yang ada di dalam tubuh Ni-Ki.
"Pahlawan sejati tidak hanya mementingkan kemenangan, namun juga mementingkan kawan dan nyawa orang lain. Semangat berjuang, tujuan kalian sudah di depan mata."
"Terima kasih, kamu boleh keluar dari tubuhnya," ucap arwah Jungwon terdahulu, muncul tiba-tiba di belakang Jungwon.
"Tunggu dulu, jadi semua ini lo yang atur?!" Tanya Jungwon marah.
"Dimana sopan santunmu, anak muda? Dasar anak jaman sekarang, belum dengar penjelasan sudah marah-marah. Hutan ini berbeda dari yang lain, sesuatu dari alam tinggal disini. Aku bekerja sama dengan mereka untuk menguji kalian, aku mau melihat bagaimana anak-anak yang menjadi harapan kami."
"Memangnya Anda yakin semua yang tinggal disini mau bekerja sama? Gimana kalau ada yang jahat?!"
"Oh, benar juga..."
"Anda pikir ini bagus?! Gimana kalau yang Anda ajak bekerja sama melakukannya sampai melewati batas? Teman saya bisa mati!"
"Kamu gak perlu khawatir begitu, tinggal tiga lagi kok yang sedang dalam proses menuju akhir Survival Games."
"Tiga?"
"JUNGWON! NI-KI!!!"
Teriakan dari kejauhan menarik atensi mereka. Sunoo berlari tergesa-gesa, beberapa kali ia tersandung dan hampir jatuh. Dia tak peduli itu, ada yang lebih penting dari dirinya.
"Ikut gue! Ayo!" Perintah Sunoo berhenti berlari, memberi isyarat dengan tangannya.
Kenapa matanya berkaca-kaca seperti itu?
"Lo kenapa?!" Tanya Jungwon seraya mengambil pedangnya yang tergeletak di tanah.
"Won... Kak Jake... Kak Jake kalah. Dia pergi, Won. Dia pergi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.