Aku bakal pakai gue/lo, maaf kalau kurang nyaman ...
"Jungwon, jangan nakal," kata Heeseung memperingati.
"Iya kak, gue kan anak baik-baik," balas Jungwon jengah, dia bosan mendengar kalimat itu setiap ia akan sekolah. Emangnya dia anak kecil.
"Ya udah, sana masuk, keburu bel" suruh Heeseung, terdengar mengusir. Bercanda tentunya.
"Yeu, yang bikin lama kan lo, kakak tua," cibir Jungwon, lalu kabur sambil memeletkan lidahnya dengan tampang mengejek.
Heeseung ingin marah, tapi dia tahan. Jangan sampai penyamarannya terbongkar hanya karena memarahi anak itu. Tapi, dalam hati dia tertawa.
Dasar Jungwon, lihat saja nanti. Di rumah, Heeseung akan mengajak yang lain untuk mengerjainya.
"Hhh, habis ini jadi pencuri lagi deh," gumamnya geleng-geleng kepala.
Namun, belum sempat ia melangkah, ada dua orang pria berjas hitam menghadangnya. Dia mengernyit, apalagi di belakang mereka ada lima orang berpenampilan sama.
"Permisi, boleh minta waktunya sebentar?" Tanya salah satunya, berbadan paling besar di antara yang lain, dan tentunya lebih besar dari Heeseung juga.
"Ehm, ya? Ada apa, ya?"
Pria tersebut mengeluarkan gulungan kertas dari balik jasnya, membukanya lebar-lebar dan menunjukkannya. Betapa terkejutnya Heeseung, di kertas tersebut ada fotonya, Jungwon, Jay, Jake, Sunoo, Sunghoon, dan Ni-Ki!
"Apa Anda pernah melihat mereka? Paling tidak satu orang di antara mereka."
Heeseung meneguk salivanya tegang, matanya melirik ke sekitar, dimana orang-orang menatapnya, menjadikannya sebagai pusat perhatian.
"Gak pernah, saya gak pernah lihat mereka," jawabnya pada akhirnya.
Pria bertubuh sedikit lebih pendek darinya maju sedikit, mencengkram kuat pundaknya sampai ia meringis.
"Jangan berbohong, kemarin kami melihat kamu berbicara empat mata dengan Sunoo."
Deg!
Kenapa mereka bisa tahu? Ini buruk, buruk sekali. Dan lagi, dia melihat sekitar delapan orang masuk ke dalam sekolah, penampilan mereka sama dengan orang-orang di depannya.
Oh tidak, firasatnya buruk.
"K-kapan? Saya gak pernah ketemu Sunoo. Permisi, saya buru-buru, ada urus-"
"Masih mau mengelak, Lee Heeseung."
Sontak saja orang-orang di sekitar mereka terkejut, terutama Heeseung. Orang-orang mulai mundur, mencari tempat berlindung seolah-olah Heeseung adalah monster yang ingin menghancurkan tempat di sekitarnya.
Di kepalanya muncul tanda tanya, dia harus apa sekarang? Ingin membawa Jungwon pergi, tapi dia bisa membahayakan murid-murid sekolah yang lain.
Ah, Heeseung lebih baik pergi terlebih dahulu. Dia yakin Jungwon bisa mengatasinya.
"Siapa Lee Heeseung? Anak Anda?" Tanya Heeseung dengan tampang meremehkan, lalu meninju pria itu ke belakang.
"Saya tekankan, kami bukan manusia terkutuk," lanjutnya tegas, sebelum menghilang dari sana, berteleportasi ke rumah tempat persembunyiannya dan yang lain.
"Yangwon, lo udah dapet kelompok belum?" Tanya Haruto, teman sebangkunya.
Jungwon yang baru mendudukkan diri di kursi kebingungan. "Kelompok... apa?"
"Aduh, lo lupa ya? Kita kan ada latihan bela diri hari ini, kita disuruh bikin kelompok untuk latihan bareng-bareng."
"Apa? Bela diri? Gak perlu kelompok, gue udah pro."
Haruto mendecih, Jungwon selalu saja percaya diri dengan segala hal. Entah benar atau tidak, dia tidak tahu. Jungwon belum pernah menunjukkan kemampuan atau kelebihan apapun, karena kerjaan Jungwon di sekolah cuma tidur, belajar asal-asalan, bolos, dan membuat guru marah.
"Selamat pagi anak-anak."
Wali kelas mereka masuk ke dalam kelas, menyapa anak muridnya dengan raut wajah cemas, membuat suasana disana berubah.
"Hari ini ada pemeriksaan, saya minta kalian semua berdiri."
Setelah itu, orang-orang berjas hitam masuk ke dalam kelas, mengedarkan pandangan mereka ke seisi kelas. Jungwon menahan nafas, itu kan orang-orang pemerintahan.
Dia menggigit bibir bagian bawahnya gelisah, menudukkan kepala. Otaknya mendadak dibuat berpikir, dia tidak boleh ketahuan.
"Berdasarkan penyelidikan, salah satu manusia terkutuk ada di sekolah ini. Karena kelas ini adalah kelas paling depan, kami akan memeriksa kelas ini terlebih dahulu," ucap pria berkacamata hitam, satu-satunya yang memakainya.
Dia menyuruh salah satu anggotanya maju, tangannya bergerak meminta benda persegi panjang di tangan anggotanya itu.
Begitu benda itu ada di tangannya, ia langsung menyalakannya. Murid-murid disana berusaha melihat, itu kan alat pendeteksi khusus untuk mencari keberadaan yang katanya manusia terkutuk itu.
Pip! Pip! Pip!
Delapan pria tersebut langsung memasang posisi siaga, sebab alat itu berbunyi keras, itu tandanya... ada!
"Semuanya harap tenang, saya akan memeriksa kalian satu persatu."
Tangan Jungwon mengambil tasnya diam-diam. Dia harus lari dari sini secepatnya. Tapi...
Klontang!
Kaleng sodanya terjatuh!
"Jung Yangwon, kamu ini gak bisa diam barang sehari aja?" Tanya sang wali kelas dengan geram.
"Tunggu, Jung Yangwon?" Tanya pria berkacamata tadi. "Namanya seperti..."
Pria tersebut memberi kode kepada beberapa anggotanya untuk membawa Jungwon ke depan. Haruto kaget, temannya mau diapain?!
"Pak, maaf sebelumnya, temen saya ini anak baik-baik, serius," katanya panik sendiri.
"Kamu diam."
Haruto bungkam, ingin memaki tapi dia tahan. Empat orang berjas hitam itu menatap Jungwon dengan sangar, bersiap membawanya ke depan dengan paksa.
Tapi sebelum itu terjadi, Jungwon tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang terheran-heran.
"Won, lo kesurupan?" Tanya Haruto ngeri sendiri. Jungwon berhenti tertawa, menggendong tasnya.
"Aduh, bapak-bapak ini ya... kenapa harus sekarang, sih? Saya kan masih mau main petak umpet sama kalian," ujar Jungwon dengan seringaian tipisnya.
"Ternyata benar, tangkap dia!"
BRAK!
Jungwon menendang meja ke depan, meloncat ke atasnya lalu menendang empat orang di depannya dalam sekali loncatan.
Murid-murid di kelasnya memekik keras, segera minggir dan ada yang berlari keluar kelas karena takut.
Mata Jungwon melirik ketua orang-orang itu, lalu berlari sekencang mungkin ke depan. "Maaf ya, bapak-bapak. Jangan kutuk saya jadi batu, makasih."
Wush~
CTAK!
Es menjalar di lantai, membekukan kaki orang-orang itu. Jungwon tertawa lagi, melambaikan tangannya dengan gembira.
"Sampai jumpa, semua! Oh ya, makasih banyak bu guru. Tenang aja, saya janji bakal jadi murid yang membanggakan. Dan nama saya Jungwon, bukan Yangwon," ucapnya pamit, lalu meluncur cepat dengan esnya.
"Kejar dan tangkap dia!"
Haruto menganga melihat temannya itu pergi seperti bermain ice skating. "Anak ajaib, keren banget sumpah."
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.