31 | SERANGAN DARI PEMERINTAH

7.5K 2.5K 1.6K
                                    

Tak ingin membuang waktu─yang tentunya membuat Sunghoon terdahulu kesal─mereka bergegas naik ke mobil setelah membagi kelompok.

Mobil satu diisi oleh ayah Haruto yang duduk di samping supir, ayah Heeseung di tengah bersama Heeseung terdahulu, dan Haruto di kursi belakang sendirian karena ingin selonjoran.

Mobil dua diisi oleh Sunghoon terdahulu yang duduk di samping supir, Jungwon dan Jake di tengah, sementara Sunghoon di belakang. Jungwon dan Jake ingin protes, tapi keburu ciut. Walaupun Sunghoon terdahulu adalah arwah, tetap saja diberi tempat.

Mobil tiga diisi oleh sisanya. Heeseung dan Jay di tengah, Sunoo dan Ni-Ki di belakang. Mereka sengaja tidak mengisi kursi di samping supir agar leluasa untuk mengobrol.

Dari IERE menuju Dewind membutuhkan waktu lima jam─paling cepat. Sebab Dewind satu pulau dengan Ice, dan kedua wilayah tersebut berbeda pulau dan jaraknya jauh dari IERE. Mereka mengambil jalan lain sebelum melewati lautan. Bisa dibilang, mereka mencari jalan aman agar terhindari dari orang-orang pemerintahan.

Senjata ada di tangan masing-masing, mereka tak melepaskannya barang sedetikpun karena takut diserang di perjalanan. Sebenarnya, itu pemikiran Jay karena khawatir sih...

Senjata besar seperti pedang dan tombak agak sulit dibawa, karena itu si pemilik senjata meletakkannya di pangkuan setelah mengecilkannya. Loh? Kok bisa?

Bisain aja lah, dunia orenji nih~

Di mobil satu, suasananya hening namun tidak canggung. Orang-orang di dalamnya sesekali mengobrol dan bercanda. Berbeda dengan mobil dua dan tiga. Mobil dua auranya mencekam, sementara mobil tiga sangatlah berisik.

Gimana tidak mencekam, Sunghoon terdahulu terus mengeluarkan auranya. Jungwon, Jake, dan Sunghoon kan takut. Ingin bercanda, takut Sunghoon tersinggung. Ingin mengajaknya bicara, takut dibalas pakai kalimat yang menusuk hati. Lebih baik diam saja deh...

Mobil tiga tentu saja berisik karena ada Sunoo dan Jay. Ditambah lagi tawa receh Ni-Ki dan lawakan garing Heeseung. Supirnya saja tak bisa menahan tawa sampai hampir oleng. Untung tidak nabrak.

Jake yang mendengar isi pikiran mereka karena penasaran jadi cemberut. Dia ingin bercanda juga. Kasihannya...

Jungwon juga sama sih, dia ingin bercanda. Namun dia hanya julid dalam hati. Jake tahu itu, dia membenarkan semua julidan Jungwon karena tak nyaman berdiam diri.

Sunghoon terdahulu melirik mereka dari kaca, lirikannya yang tajam itu membuat Jungwon dan Jake membuang muka saking takutnya. Ya ampun...

"Kalau mau bercanda, silahkan. Saya gak melarang."

"Gak ah, nanti dibunuh," kata Jungwon sambil memandang hamparan pohon di jalan.

"Siapa yang bilang?"

"Mbah Heeseung. Katanya Mbah Sunghoon gak suka bercanda, kalau kita bercanda nanti kepalanya ditebas pedang."

"Kalian percaya?"

Jake meringis mendengar nada kesal Sunghoon terdahulu. "Gimana kita gak percaya, sifat Anda dulu dan sekarang bikin omongan Mbah Heeseung jadi meyakinkan."

Mereka bertiga tidak tahu saja kalau Sunghoon terdahulu juga gatal ingin bercanda. Tapi takut responnya tegang seperti sebelum berangkat tadi.

Ya iyalah, bercandanya seram.

"Sunghoon."

Yang dipanggil menoleh. "Ya?"

"Kamu sudah tahu kalau kamu ada hubungan keluarga sama Heeseung, Jay, Jungwon, dan Daniel?"

Jungwon mendelik kaget. "Hah?! Keluarga?! Saya gak punya kakak!"

"Saya sepupu dari Kak Heeseung, Jay, Jungwon, dan Daniel di masa lampau. Walaupun kalian reinkarnasi dan berbeda distrik, kalian tetap saja keluarga."

"Kalau saya?" Tanya Jake menunjuk dirinya sendiri.

"Kamu cuma teman mereka, gak usah berharap lebih."

"Bahasanya kayak saya suka sama mereka aja," cibir Jake. "Tapi saya penasaran, Jake terdahulu kenapa gak muncul?"

"Karena dia gak mau lihat muka kamu."

"Pft." Sunghoon refleks menahan tawa melihat ekspresi tak senang dari pemuda bernama Shim Jaeyoon tersebut.

"Kok gitu?!" Pekik Jake kemudian.

"Dia gak mau inget masa mudanya yang mati terbunuh."

Tawa Sunghoon terhenti, Jake dan Jungwon terdiam. Mereka bertiga saling tatap, Sunghoon terdahulu tidak berbicara lagi setelah mengatakan itu.

Jake jadi kepikiran. Jadi, dirinya di masa lalu terbunuh? Tapi oleh siapa?

Mobil dua kembali hening seperti awal. Jungwon termenung melihat pemandangan, Sunghoon asik memandangi panah esnya, sementara Jake sibuk dengan pikirannya.

Sampai suara tembakan dan decitan dari ban mobil mengalihkan perhatian mereka semua, menoleh ke belakang dengan segera.






DOR!

DOR!

DOR!






Ckiiiiit!









"MOBIL TIGA DISERANG!"



























































Tembakan mengudara, asalnya dari perbukitan. Mobil satu yang posisinya berada paling depan terpaksa berhenti.

Mobil tiga jaraknya lumayan jauh dari mobil satu dan dua, sebab mobil tiga sempat berhenti karena mengalami kerusakan mesin alias mogok.

Heeseung menarik Jay lalu merangkulnya agar menunduk. Dia yang berada di mobil tiga harus melindungi Jay, Sunoo, dan Ni-Ki, tak peduli apapun yang terjadi.

Supir mobil tersebut terus melaju sembari memutar otak agar mereka bisa lolos dari serangan, namun cukup sulit. Mobil tiga ditembak, kaca belakang dan samping pecah.

Sunoo mengeluarkan tongkat sihirnya, ia harus mengembalikan kondisi mobil seperti semula dan melindungi teman-temannya.

Sayangnya, ia tak sempat melakukan itu. Ban mobil bagian belakang lebih dulu ditembak, menyebabkan mobil tiga hilang kendali dan menikung tajam ke arah jurang. Tongkat sihirnya jatuh ke kakinya, kedua tangannya berpegangan erat ke sabuk pengaman.

Ni-Ki ingin menggunakan kekuatan apinya, tapi situasi tak memungkinkan. Mobil terus melaju dan bergerak tak terkendali. Jika ia melakukannya, ia bisa terlempar keluar.

"Pegangan yang erat!" Perintah sang supir seraya berusaha keras menghentikan mobil.

"Di depan ada jurang!!!" Pekik Ni-Ki kepada sang supir.

Sunoo memejamkan mata, ia takut untuk melihat. "Kak Heeseung, ayo teleportasi!"

"Ta-tapi..."

"Gak apa-apa, kalian cepat pergi," ucap sang supir terus fokus mengendalikan mobil yang tak berhenti ditembaki.

Jay menelan salivanya, ia menggenggam lengan Heeseung kuat-kuat, lalu meraih tangan Ni-Ki yang ada di bangku belakang. Ni-Ki menggenggam tangan Sunoo, dan Sunoo menggenggam tangan Heeseung yang digenggam Jay. Mereka bertiga siap untuk teleportasi.

"Pak... lepas stirnya. Ayo pergi," ajak Heeseung mengulurkan tangannya ke depan.

"Kalau saya lepas, kalian bisa celaka. Cepat pergi, saya berharap besar ke kalian," ucap sang supir tersenyum tulus.

Heeseung tidak bisa membiarkannya tetap disini. Ia pegang pundak sang supir, ia pejamkan mata, lalu-





DUAR!





Mobil tiga meledak.

IERE 2 | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang