"Widih, makin ganteng aja lo kak!" Puji Jungwon berseru senang, tak ada lagi pedang di tangannya. Pemuda ini loncat-loncat kegirangan melihat temannya muncul tiba-tiba di rooftop sana.
Serius, Sunghoon keren sekali. Rambut putihnya tersibak tertiup angin, membuat keningnya sesekali terlihat. Busur panah es dengan ukiran elang itu membuatnya kagum, anak panahnya akan muncul jika Sunghoon ingin memanah.
Wah, kalau Sunoo lihat pasti dia akan menganga tanpa henti.
Sunghoon tertawa pelan, ternyata kemunculannya membuat Jungwon kembali seperti semula dalam waktu sekejap saja.
"Jungwon, ayo. Ada yang nungguin di rumah," ajak Sunghoon, memberi kode untuk naik ke atas dengan kepalanya.
Jungwon mengangguk senang. Tapi, orang-orang menghadangnya, mengelilinginya agar ia tidak bisa pergi kemanapun. Mereka semua menodongkan pistol, pelatuknya akan ditekan jika ia bergerak sedikit saja.
Oh ayolah, itu hal kecil bagi Jungwon.
"Kalian ini, lawak banget sih," celetuk Jungwon. Lalu dalam hitungan detik, pistol-pistol di tangan mereka terangkat, mengarah ke mereka sendiri.
Jangan remehkan kemampuan telekinesis Jungwon. Dia bisa menggerakan benda sesuka hatinya, bahkan bisa menarik pelatuknya sekarang.
"Dadah semua, saya pamit dulu ya. Kalau ada berita lagi, tolong jangan percaya. Semua itu hoax, kalian jangan mau DIBODOHI."
Selepas itu, pistol-pistol yang melayang tadi terlempar masuk ke dalam gentong air di atas rooftop toko roti. Bersamaan dengan Jungwon yang berlari naik lewat tangga, sebelum pergi bersama Sunghoon melompati atap demi atap menuju suatu tempat.
Tempat persembunyian Sunghoon selama ini.
"Woah, ini rumah siapa?"
"Rumah gue lah, lebih tepatnya rumah kosong yang gue bersihin dan rapihin supaya layak dihuni."
Tak henti-hentinya Jungwon merasa kagum. Rumah yang saat ini ia kunjungi, benar-benar rapi dan indah. Barang-barang tertata rapi, berbeda dengan rumah yang ia huni bersama yang lain.
Suka diberantakin sama Jay.
"Tutup pintunya, Won. Takut ada yang liat, nanti dilaporin," suruh Sunghoon seraya mencuci tangan di dapur.
"Udah kok," jawab Jungwon seraya duduk di kursi meja makan, menatap sekelilingnya sampai tak berkedip.
Sunghoon mencairkan busur panahnya di wastafel, kemudian duduk di seberang Jungwon sambil menghidangkan jus mangga buatannya tadi pagi.
"Apa kabar?"
Jungwon mengalihkan pandangannya ke Sunghoon, tersenyum lebar sampai lesungnya terlihat. "Baik, lo sendiri gimana?"
"Baik juga, kalau yang lain?"
"Kita semua baik, tinggal kakinya Kak Jake aja yang belum pulih. Kasian, kalau jalan harus pake tongkat."
"Loh, kenapa?"
Sebenarnya Jungwon agak terkejut. Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin Sunghoon tidak ingat kalau dia pernah dikendalikan sebelum jatuh dari balkon saat itu.
"Nanti gue ceritain deh, sekarang gue mau tanya-tanya tentang lo dulu. Ehm, lo berhasil kabur dari asrama... tanpa ketahuan?"
"Sebenernya hampir, tapi gue bisa lari sebelum mereka lihat. Malam itu gue lari ke hutan dan liat mayat temen gue sendiri. Daniel, Kak Geonu, Kak Youngbin, dan... Nicholas."
"Tunggu, Ni-Ki?"
Sunghoon menggeleng. "Gak ada mayat Ni-Ki."
Jungwon yang mau minum jus mangga langsung tidak jadi. "Serius lo? Masa gak ada sih?"
"Ya iyalah, orangnya aja masih hidup, masa dibilang mayat."
"HAH?!"
"Jahat lo kak, gue belum meninggal tau," celetuk laki-laki dengan seragam sekolahnya, baru pulang.
"Ni-Ki?! L-lo masih hidup?!"
"Hehe, kaget ya?" Ni-ki bertanya balik, lalu menarik kursi dan duduk di samping Sunghoon. "Gue diselamatin Kak Sunghoon, untung aja."
"Kok bisa sih? Bukannya waktu itu-"
"Healing, kekuatan rahasia Kak Sunghoon," potong Ni-Ki cepat.
"Jangan kasih tau siapa-siapa, gue mau itu dirahasiain sampai gue siap untuk kasih tau yang lain. Gue takut OFCH manfaatin kekuatan gue untuk hal yang gak diinginkan."
Jungwon memiringkan kepalanya. "Apaan tuh?"
"Nama organisasi pencari kita bertujuh."
"Ya ampun."
Jungwon tak habis pikir. Memangnya salah mereka apa sih sampai dibuat organisasi khusus seperti itu? Dia curiga, apa mungkin mereka dicari untuk kepentingan pemerintah, atau mungkin untuk dibasmi?
Ck, emangnya mereka hama lingkungan.
"Kak, apa kekuatan lo?" Tanya Ni-Ki tiba-tiba.
"Telekinesis sama es."
"Esnya?"
"Pedang."
Ni-Ki mengangguk-angguk. "Gue api, gue bisa bikin cakram api dan panah api."
"Njir, boboiboy."
"Beda woi beda!"
"Kalau gue healing dan es, panah es," kata Sunghoon menimpali.
"Kalian keren ih," puji Jungwon.
"Lo juga keren, kok." Ni-Ki balas memuji. "Telekinesis itu langka, gak semua orang punya. Tadi gue ke perpustakaan, gue gak sengaja nemu buku sejarah para pahlawan IERE. Kekuatan lo itu termasuk langka nomor dua, pemilik kekuatannya juga berwajah mirip sama lo. Mungkin aja lo reinkarnasinya."
"Serius?"
"Heum. Kekuatan langka yang pertama itu omnipotence, kekuatan tanpa batas. Dan pemilik kekuatan itu mirip Kak Heeseung. Ada juga yang mirip Kak Jake, Kak Sunghoon, Kak Nicholas, Kak Jay, dan Daniel. Gue rasa, kita semua adalah reinkarnasi. Kita yang bakal selamatin IERE."
"Selamatin dari... ?"
"Gue gak tau, tapi gue rasa... kejadian terdahulu bakal keulang lagi. Gue harap, kita bisa selamatin semua orang dari bahaya apapun, karena kita adalah orang berkekuatan yang tersisa."
"Terus setelah selamatin semua orang?"
Sunghoon tersenyum getir. "Terpaksa kita harus angkat kaki dari IERE kalau semua orang gak mau ada manusia terkutuk di antara mereka. Kasarnya, kita mengasingkan diri atau diasingkan. Sakit, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
IERE 2 | ENHYPEN ✓
FantasyIni bukan tentang mereka yang mencari wilayah IERE, tapi tentang mereka yang berusaha melindungi IERE, dan mempertahankan keturunan asli dari wilayah tersebut.