53 | SELESAI

4K 1.2K 237
                                    

Jungwon mengerjapkan matanya, seketika rasa sakit menyerang di bagian dada. Dia meringis keras, tak bisa menggerakan tubuhnya dengan leluasa.

Seseorang datang menghampiri, memeriksa tubuhnya terutama di bagian luka. Setelahnya, dia tersenyum dan menghadap tiga pemuda yang sejak tadi cemas luar biasa namun gembira melihat sahabat mereka telah siuman dari komanya.

"Puji Tuhan, pasien Yang Jungwon berhasil melewati masa koma setelah lima bulan lamanya. Pasien harus dirawat inap sampai kondisi tubuhnya membaik. Kalian bisa menjenguknya asal tidak menganggu proses pemulihan tubuhnya," ujar orang itu yang tak lain tak bukan adalah dokter.

Ketiganya menghela napas lega, mengangguk bersamaan seperti anak kembar. Dokter tersebut mengulum senyum lalu pamit untuk mengurus obat-obat yang harus diberikan kepada Jungwon.

Ketiganya bergerak mendekat, mata mereka berbinar senang.

"Syukurlah lo selamat." Itu kalimat pertama yang Jake katakan sebagai pembuka obrolan.

Jungwon hendak bicara, tetapi Jay mengisyaratkan dia untuk diam. "Kita bakal jelasin apa yang terjadi sebelum lo sadar hari ini. Tapi sebelum itu gue mohon supaya lo gak nangis atau marah karena itu bisa menghambat kesembuhan lo," katanya begitu serius.

Mau tak mau Jungwon diam. Selain penasaran, masker oksigen yang terpasang di wajahnya menyulitkannya untuk bicara.

"Saat lo lawan monster, lo kalah. Dada lo luka luar dan dalam, lo hampir mati kehabisan darah. Kepala lo kebentur keras, itu yang bikin lo koma," Jay menjelaskan dengan gugup, tidak siap menjelaskan bagian selanjutnya, "lo... lo selamat berkat seseorang. Lo gak perlu takut monster itu bangkit lagi, monster itu udah mati. Pak Sang dan anak buahnya udah diadili dan dihukum mati. IERE baik-baik aja sekarang."

"Kak Heeseung... di mana...?"

Deg!

Oh tidak, mereka belum siap menjawab pertanyaan yang sudah mereka duga sebelumnya. Ketiganya saling tatap, memberi kode agar mau menjelaskan.

"K-kenapa...?"

Sunghoon menatap Jungwon dengan sendu, sulit dipahami karena dia tidak mengeluarkan suara sepuluh detik lamanya.

"Kak Heeseung berhasil jadi pahlawan," kata Sunghoon dengan suara bergetar, "dia gak ada di sini karena lagi kumpul sama Sunoo dan Ni-Ki. Mereka... mereka bahagia di sana."

Kalimat "berkumpul bersama Sunoo dan Ni-Ki" dapat Jungwon pahami dengan baik. Matanya memanas, tidak percaya apa yang dia takutkan menjadi nyata.

"B-bohong! Kalian bohong, kan?!"

"Jungwon, maaf karena kita gak bisa cegah Kak Heeseung," ucap Jake dengan kepala tertunduk.

Air mata Jungwon tumpah. Lagi? Temannya pergi meninggalkannya lagi? Haha, jadi takdir tidak bisa diubah, ya...

"Kak Heeseung lindungin kita bertiga saat itu. Bahkan disaat kekuatannya melemah, dia memaksakan diri dan keluarin kekuatannya secara maksimal. Semuanya berakhir meledak, monster itu dan Kak Heeseung," jelas Jay.

"G-gimana yang lain?"

"Para pendahulu dan manusia air itu udah pergi, semua udah selesai. IERE makin maju, masyarakat IERE berubah, mereka terima kita, Won. Mereka gak pandang kita sebagai monster kayak dulu lagi," jawab Jake disertai air mata bahagia.

Jungwon menangis kencang, tidak peduli jahitan di dadanya yang bisa terbuka. Kenapa dia tidak bisa mencegahnya? Dia kehilangan tiga temannya dalam kurun waktu berdekatan. Dia... dia gagal menjadi pelindung bagi mereka.

Sunghoon merengkuh Jungwon ke dalam pelukan, memberikan ketenangan walau hatinya terasa sakit melihat Jungwon menghadapi kenyataan. Dia menggigit bibir, menahan air mata yang sebentar lagi menetes ke pipi.

Apa yang mereka lalui cukup berat, mental mereka cukup terguncang. Di umur mereka yang masih muda, mereka harus menerima kenyataan kalau mereka adalah pahlawan.

Dan Jungwon... walau anak itu memiliki sifat pemarah yang sulit dikontrol, dia tetaplah remaja yang sedang dalam tahap menuju dewasa. Mereka khawatir padanya, bagaimana kondisi mentalnya setelah ini jika dia tidak bisa menerima apa yang telah terjadi.

"Mereka pasti bangga sama lo," bisik Sunghoon dengan lembut.

Bangga, ya...

"Maaf..." Jungwon berkata lirih, "...dan makasih."

Sunghoon melepas pelukannya, lalu tersenyum manis seperti sedia kala. "Lo gak perlu minta maaf, kita paham kok. Asal lo tau, Jay nangisnya lebih parah dari lo, dia sampai gak mau keluar kamar buat makan," ucapnya bercerita.

Jay mendelik. "Bohong banget! Lo yang paling parah. Gue inget banget waktu itu lo marah ke semua orang yang temuin lo dan lo juga kabur dari rumah Kak Heeseung. Mama dan papanya Kak Heeseung udah baik loh ke kita, izinin kita tinggal di sana," sanggahnya beserta argumen.

Jake tertawa terbahak-bahak. "Kalian berdua jangan gitu dong, kalian sama aja loh."

"Lo juga sama aja, anjir!"

Kekehan geli terdengar dari Jungwon. Pemuda itu tersenyum melihat interaksi lucu ketiga sahabatnya. Ah, mereka jadi ingin menangis lagi.

"Won, lo harus janji bakal sembuh dengan cepat. Soalnya pas lo sembuh, lo bakal diajak Haruto beli mainan di Dewind! Habis itu lo sekolah dan pas lo selesai kuliah nanti, lo bakal jadi pemimpin IERE. Keren banget njir, temen gue udah ditetapin jadi pemimpin," oceh Jay heboh sendiri.

Pemimpin? Jungwon sangat ragu. Apakah dia bisa memimpin IERE dengan baik? Dia tidak memiliki pengalaman apa pun dalam hal kepemimpinan.

Melihat keraguan Jungwon, Sunghoon kembali tersenyum menenangkan. "Pengalaman bisa lo raih sampai masa itu tiba. Lo pasti bisa, gak mungkin para pendahulu salah ramal orang. Kalau Jay yang pimpin, yang ada pada takut sama dia."

"Kok gue lagi yang kena?!" Protes Jay.

Akhirnya Jay dan Sunghoon adu mulut dan berdebat, tidak ada yang mengalah. Jake pusing sendiri mendengarnya, serius. Setelah itu dia jitak kepala keduanya, cukup keras sampai keduanya mengaduh sakit.

Tawa Jungwon lepas. Tak lama setelahnya dia meringis hebat. Jahitannya yang baru diganti terbuka. Paniklah ketiganya di sana, kalang kabut tidak tahu harus bagaimana.

"Eh, bajunya kena darah!"

"Panggil dokter woi!"

"Won, jangan koma lagi, please..."

Siang hari itu, ruang rawat Jungwon sangat berisik dan membuat dokter serta perawat berlarian datang. Pengunjung bahkan menghampiri untuk melihat.

Jungwon menutup diri dengan selimut.

Malu...

IERE 2 | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang