8 | Perjalanan Dimulai

12.2K 3.7K 1K
                                    

Selamat atas debutnya ENHYPEN-!







Keempat pemuda ini panik, mereka ada di hutan. Yang paling panik adalah Heeseung, sudah ia bilang sebelumnya kan, jangan berteleportasi.

"Tuh kan Jay, lo sih!"

"Yang penting kita bisa kabur!"

"Tapi gak ke hutan juga! Kalau ada hewan buas gimana?!"

Jake memutar bola matanya malas. "Ayolah, tinggal teleportasi lagi apa susahnya."

Heeseung menatap tajam Jake. "Heh, lo pikir teleportasi gak pake konsenstrasi? Lo pikir konsentrasi gak pake tenaga?"

"Sabar kak, sabar," bujuk Sunoo takut karena perubahan nada bicara Heeseung.

"Tapi gak ada cara lain untuk kabur kan?" Jake maju selangkah, menatap tajam Heeseung. "Sunoo bisa mati karena lindungin kita tadi, lo mau itu terjadi?"

"Terus lo tau mau jalan kemana kalau begini?" Balas Heeseung mendongak kesal.

"Aura hutannya aneh, warnanya juga lebih gelap dari hutan biasanya," ucap Jay setelah diam memperhatikan sekelilingnya dengan teliti.

"Kak Jay bisa diem dulu gak?"

Sunoo memutar bola matanya, kalau begini ceritanya mereka pasti bertengkar sampai waktu yang tidak ditentukan.

"Ayo kita jalan, kalau diem disini doang gak bakal dapet apa-apa," lanjutnya datar, berharap agar mereka bertiga mau mendengar.

"Kenapa gak teleportasi?"

Heeseung mengambil nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. "Lo mau kita nyasar lagi?"

Jake mendecih. Dia sebenarnya tidak masalah mau nyasar dimana, tapi kakinya lah yang menjadi masalah. Kakinya kan sakit, kalau semakin parah bagaimana?

"Kita harus lebih hati-hati dari sebelumnya, terutama lo. Kekuatan lo adalah kekuatan yang dianggap musnah, gue harap lo bisa kendaliin kekuatan lo dengan baik," ujar Heeseung memegang kedua pundak Sunoo.

"Ayo jalan, katanya jangan diem disini doang," ajak Jay yang entah sejak kapan sudah berjalan jauh dari lokasi awal mereka.

"Iya-iya, ini baru jalan."












































Sunghoon, Ni-Ki, dan Jungwon terdiam menatap laut yang membentang luas di depan mata. Mereka bertiga memikirkan hal yang sama.

Tidak ada perahu ataupun kapal, lalu bagaimana caranya agar mereka bisa sampai ke Ice tepat waktu?

"Gak ada yang punya kekuatan air?" Tanya Jungwon menendang pasir dengan asal.

Ni-Ki menggeleng. "Kekuatan gue belum muncul, lagipula kan katanya kekuatan gue kalau gak api ya angin, sama kayak Kak Jay."

Sunghoon menghela nafas, dia akan melakukan cara ini. Semoga saja bisa bertahan sampai mereka tiba disana, kalau mereka tenggelam di tengah laut kan tidak lucu.

"Minggir sebentar," suruhnya setelah meletakkan panahnya di pasir.

Setelah Ni-Ki dan Jungwon minggir, Sunghoon menempelkan kedua telapak tangannya ke pasir. Es bermunculan, menjalar ke sekitar membentuk sebuah bentuk lonjong dengan sudut lancip. Tangan Sunghoon terangkat, esnya ikut terangkat membentuk sebuah dinding pendek. Kemudian ia berpindah ke tengahnya, membentuk tiga baris bangku.

Tada, perahu es telah jadi!

"Kenapa gue gak kepikiran ya?" Tanya Jungwon terheran-heran.

"Emang bisa mikir, kak?" Celetuk Ni-Ki bercanda.

"Astaga Ni-Ki, lo mau gue ceburin ke laut?"

Sunghoon naik ke atas perahu, duduk nyaman di baris depan. "Cepet naik, jangan buang-buang waktu. Waktu adalah emas."

"Ck, kalau emas berarti setiap hari gue dapet emas dan jadi orang kaya," ketus Jungwon lalu duduk di paling belakang, katanya untuk jaga-jaga.

"Lo mau gue ceburin ke laut?" Sinis Sunghoon mengulangi pertanyaan Jungwon tadi.

Ni-Ki yang di tengah kegirangan. Berasa dijagain dua bodyguard dia tuh.

"Ayo jalan!" Serunya semangat.

Jungwon refleks berpegangan ke kanan dan kirinya. "Perahunya gak bakal mencair di tengah jalan kan?"

Sunghoon mengedikkan pundak, tersenyum menakut-nakuti. "Gak tau deh, pegangan yang kuat."

"Kalau gak tau kenapa─ HUAAAA MAMAAAAA!"

"BISA PELAN DIKIT GAK SIH KAK?! GUE HAMPIR TERBANG NIH!"

Jungwon dan Ni-Ki refleks berteriak karena Sunghoon menjalankan perahunya secara tiba-tiba. Bagaimana caranya? Sunghoon menggunakan kekuatan esnya untuk mendorong perahu agar berjalan, untung perahunya bisa mengapung.

Air laut yang terkena es Sunghoon membeku selama ia menjalankan perahunya, namun itu tak bertahan lama sebab esnya langsung mencair.

Hmm, rasanya deja vu.

Ni-Ki yang tadinya ingin menikmati pemandangan laut jadi diam bagaikan patung, mendadak perutnya mual. Perahunya ngebut sampai rambutnya diterpa angin dan memperlihatkan keningnya.

"Kak Sunghoon, lo tau gak jalan ke Ice lewat mana?!" Tanya Jungwon dengan suara keras, takut Sunghoon tak mendengar.

Tanpa menoleh, Sunghoon mengangguk sombong. "Iya dong, lo liat gak es berbentuk bintang yang terbang di depan?"

Jungwon dan Ni-Ki langsung melihat ke arah yang dimaksud, kemudian mereka mengangguk bersamaan.

"Nah, itu salah satu kemampuan gue. Gue bisa bikin petunjuk arah pakai es, kalau malam bakal bercahaya kayak lampu. Gak usah melongo gitu, gue tau gue keren."

"Dih, waras kak? Gak gila kan?"

Ni-Ki mengernyit. "Gila? Michyeogane naneun michyeogane?

IERE 2 | ENHYPEN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang