34.

12.4K 795 21
                                    

•••
🦋Sudah Direvisi📝

•••

Happy Reading😊

*****

Seorang gadis berjalan memasuki gerbang sekolah, kini gerbang itu sudah tertutup dengan rapat. Ini memang bukan pertama kalinya ia terlambat, tapi kali ini ia terlambat bukanlah karena menyelesaikan tanggung jawabnya menjadi Ketua Osis. Hari ini ia terlambat karena memang jalanan yang sangatlah macet, padahal ia tadi sudah berangkat lumayan pagi. Tapi mungkin keberuntungan tidak berpihak padanya. Entah mengapa jalanan Kota Jakarta sangatlah macet pagi ini. Dan kini ia berakhir berdiri seorang diri didepan gerbang sekolah yang menjulang tinggi.

Ia melihat ke sekeliling sekolah, berharap ada guru ataupun teman Osis nya yang sedang berjaga pagi ini. Ia siap menerima hukuman apa saja pagi ini karena memang ia sudah membuat kesalahan. Ia melihat siluet guru yang sangat ia kenali.

"PAK HERMAN!" Teriak Reytina sambil melambaikan tangannya karena memang keberadaan Pak Herman sangat jauh darinya.

Pak Herman yang merasa terpanggil pun mengalihkan pandangannya ke arah gerbang. Ia mengerutkan keningnya untuk melihat siapa gadis yang berteriak memanggil namanya. Setelah memastikannya dengan langkah cepat ia menghampiri gadis itu.

"Loh Rey, kenapa kamu ada diluar gerbang?" Tanya Pak Herman bingung.

"Hm i-itu pak, hm saya terlambat." Ucap Reytina sambil menundukan kepalanya. Ini bukan kemauanya untuk terlambat datang hari ini. Tapi apalah dayanya ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menerobos kemacetan jalanan.

Pak Herman mengangguk kecil mendengar itu, ia segera membukakan pintu gerbang untuk siswi nya.

"Yaudah sekarang kamu segera masuk ke dalam kelas." Suruh Pak Herman.

"Loh Pak, saya gak dihukum?" Tanya Reytina. Walaupun ia menjabat sebagai Ketua Osis, jika salah maka ia harus tetap dihukum. Ia tidak ingin dikatakan sebagai siswi yang hanya karena jabatannya jadi berhak berkuasa dan mengatur. Tidak! Ia tidak ingin itu sampai terjadi!

"Tidak, sekarang kamu cepat masuk ke kelas!" Ucap Pak Herman tegas.

"Tapi saya salah Pak." Ucap Reytina tidak terima.

"Ini kesalahan kamu yang pertama, jadi bapak beri keringanan." Ucap Pak Herman. Ia sangat percaya pada siswi nya ini bahwa pastinya ada sesuatu hal yang membuatnya terlambat. Karena gadis itu tidak pernah sekalipun datang terlambat ke sekolah.

"Tapi Pak—,"

"Kamu ke kelas sekarang atau Bapak berikan hukuman yang berat?" Tawar Pak Herman dengan wajah tegas.

Glek!

Dengan langkah cepat Reytina segera melangkahkan kakinya meninggalkan Pak Herman yang masih berjaga didepan gerbang. Menuruti perintah Pak Herman untuk segera memasuki kelas.

"HEH ITU! PADA MAU KEMANA!" Teriak Pak Herman menghentikan langkah segerombolan siswa yang hendak berjalan secara mengendap-ngedap masuk ke dalam sekolah

"Ya mau sekolah lah Pak, masak mau mungut sampah." Ucap seseorang dengan suara baritonnya.

"Kalian ini masih gak kapok-kapok juga! Mau dikasi hukuman apapun juga masih tetep begini." Ucap Pak Herman sambil memijat pelipisnya pelan. Jika berhadapan dengan empat orang pembuat onar disekolahnya, maka itu harus memerlukan tenaga yang ekstra.

"Trus kalo gak tetep kayak gini, bapak maunya saya berubah jadi apa?" Tanya salah satu dari mereka.

"Jadi Power Rangers Pak?" Tanyanya lagi sambil terkekeh pelan.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang