63.

5.6K 467 21
                                    

Keheningan menyelimuti kedua insan, yang saat ini tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Bara yang fokus melihat jalanan di depannya, dan Reytina yang memilih untuk membuang pandangannya ke luar jendela mobil.

Setelah pertengkaran yang mereka lakukan didalam lift beberapa menit yang lalu, akhirnya Reytina mengalah untuk membiarkan Bara mengantarkannya pulang. Mengingat motornya yang tertinggal di sirkuit, dan telah diamankan oleh Daniel di warjok—tempat biasa mereka berkumpul.

Bara memarkirkan mobilnya, tepat didepan gerbang rumah Reytina yang menjulang tinggi. "Gue gak akan maksa lo untuk percaya dengan apa yang gue katakan di lift tadi. Gue gak tau harus memberikan bukti apa untuk menyakinkan lo."

"Dan gue juga gak tau, apa saja yang telah dikatakan oleh Arga pada lo hari itu."

"Maaf. Gue tau kata maaf saja, gak akan pernah cukup untuk mengobati hati lo yang terluka—karena gue. Tapi, semua yang telah udan berlalu, membuat gue belajar banyak hal."

"Belajar untuk tidak akan pernah lagi, menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar tulus dan baik—seperti lo."

Reytina meremas seat belt masih melingkar di tubuhnya. "Tolong berhenti mengucapkan kata maaf, karena gue udah memaafkan semua kesalahan lo."

"Aku mencintaimu, dan akan tetap seperti itu untuk selamanya." Ucap Reytina, membalas tatapan Bara dengan tak kalah dalamnya. Didalam bola mata lelaki itu, ia bisa melihat adanya luka dan rasa bersalah yang sangat besar.

"Tapi mungkin kita hanya ditakdirkan untuk saling mencintai, tanpa memiliki." Ucap Reytina, menggapai sebelah tangan besar milih Bara untuk ia genggam.

"Kita sama-sama terluka. Dan satu-satunya cara untuk mengakhiri semua luka ini, adalah dengan perpisahan. Jika bersama hanya akan membawa luka, mungkin perpisahan yang nantinya akan membawa kebahagiaan." Ucap Reytina, sambil menggigit bibirnya yang bergetar.

"Gak akan ada yang benar-benar bahagia, karena perpisahan. Perpisahan hanya akan membawa luka baru untuk kita." Ucap Albara, menarik tubuh Reytina ke dalam pelukannya

"Setelah mengetahui semua tentang masa lalu gue—gue bukanlah perempuan baik-baik, seperti yang lo kenal selama ini."

"Gue gak pernah menilai seseorang dari masa lalunya. Semua orang mempunyai masa lalu, entah itu masa lalu yang buruk ataupun masa lalu yang baik. Tapi bukan berarti seseorang yang memiliki masa lalu yang buruk—tidak akan pernah berubah, bukan?"

"Gue marah—sangat marah, saat mengetahui lo adalah seorang Deputy Leader & Squad Leader di dalam sebuah geng."

"Gue marah, saat tau bahwa Evan adalah anak buah lo. Gue takut, nyawa lo berada dalam bahaya—karena gue gak ingin kehilangan lo, Reytina." Ucap Albara menggebu-gebu. Baru pertama kali ini, ia merasa gila karena perempuan. Rela menurunkan egonya serta ia akan berubah menjadi lelaki yang banyak bicara, jika sedang bersama Reytina. Gadis itu mampu mengubahnya dalam sekejap mata.

"Kembali-lah bersama ku Reytina." Ucap Albara, menggenggam kedua erat tangan Reytina. Menatap kearah gadis itu dengan penuh harap. Ia berjanji akan membahagiakan Reytina—menebus kesalahan keluarganya, terutama kesalahannya dan kesalahan ayahnya pada gadis itu.

Reytina segera menarik kembali tangannya, dan membuang wajahnya kearah samping. "'Maaf, tapi untuk saat ini gue belum bisa menjawabnya." Ucap Reytina, yang setelahnya turun dari mobil dan mulai memasuki rumahnya.

Bara menatap sendu punggung Reytina, yang mulai menghilang dari pandangannya. Ia tidak akan memaksa Reytina, untuk mau kembali bersamanya. Namun, ia akan terus berusaha untuk menyatukan kembali cintanya dan cinta gadis itu.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang