06.

18.4K 1.1K 17
                                    

Happy Reading😊

________________________________

Bara melajukan motornya dengan kecepatan sedang, keluar dari gang tempatnya berkumpul tadi. Saat dirinya hendak menyebrangi jalanan didepannya yang kini sudah mulai sepi—fokusnya seketika saja teralihkan saat mendengar suara teriakan minta tolong dari seorang perempuan.

Merasa penasaran, ia pun memutuskan untuk turun dari motornya dan memarkirkannya tepat didepan sebuah toko yang berada disebelah kanan gang Warjok.

Bara berjalan mengikuti arah asal suara dengan gerakan sedikit mengendap-ngendap—senyum miring tercetak diwajah tampannya, saat melihat siapa pemilik dari suara teriakan minta tolong yang ia dengar.

"Mau kalian bawa kemana dia?" Tanya Albara menghentikan gerakan dua orang preman didepannya.

"Heh bocah ingusan! Mendingan lo pergi sekarang dan jangan campuri urusan kita—oh atau bocah ingusan ini mau gabung bersama kita?" Ucap salah satu preman sambil memberikan tatapan mengejek kearahnya.

Rahangnya mengeras—dengan mata yang kini sudah berubah menggelap saat melihat tangan preman itu yang mulai lancang membelai wajah Reytina.

Bara melangkahkan kakinya mendekat kearah dua preman itu dengan kedua tangan yang terkepal sangat kuat, sampai-sampai buku-buku jarinya terlihat mulai memutih sepenuhnya. Matanya memanas dengan kepala yang mulai terbakar, saat lagi-lagi dirinya melihat tangan preman itu yang membelai bahu gadis bernama Reytina.

Bughh...

Bughh...

Bara melayangkan pukulan mematikan pada rahang kedua preman itu. Ia mengangkat salah satu tubuh preman yang sudah berani membelai wajah Reytina dan menyentuh bahu gadis itu, sebelum akhirnya menghempaskannya dengan begitu kuat keatas aspal jalanan—hingga hal itu mampu menimbulkan suara retakan yang cukup keras dari tubuh preman itu.

Reytina semakin memundurkan langkahnya saat melihat perkelahian didepannya. Ia menutup kedua telinganya saat suara jeritan, tangisan, dan pukulan terdengar begitu jelas ditelinganya. Bayangan masa lalu kembali datang dan menghantam kepalanya—rongga dadanya begitu sesak dan keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.

Bara berjongkok didekat tubuh preman yang kini sudah terkapar tidak berdaya, dengan mata yang mulai terpejamkan guna menghalau rasa sakit yang menjalar diseluruh tubuhnya.

"Lo kalo mau milih lawan, pilih lawan yang sepadan sama kekuatan lo! Perkumpulan lo hanya perkumpulan sampah yang hanya mengandalkan penampilan untuk menakut-nakuti semua orang." Desis Albara dingin dengan penuh penekanan, sebelum akhirnya dirinya bangkit dan menginjak salah satu tangan preman itu dengan sangat kuat, hingga bunyi retakan kembali terdengar dan membelah kesunyian malam.

Tangan itu adalah tangan yang sudah lancang menyentuh tubuh seorang gadis secara paksa—jadi sudah sepantasnya tangan itu ia dipatahkan, agar tidak ada lagi korban selanjutnya yang akan menerima perlakuan kotor seperti itu.

Tubuh Bara terhuyung kebelakang, saat dirinya menerima pukulan dari salah satu preman yang sedari tadi menyaksikan dirinya yang tengah menyiksa rekannya hingga tidak sadarkan diri—bukan menyiksa tapi lebih tepatnya memberi pelajaran yang setimpal.

Bara segera meludahkan darah yang ada didalam mulutnya, akibat pukulan yang diberikan oleh preman itu. Merasa tidak terima, Bara langsung membalas pukulan dari preman itu dengan membabi buta.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang