37.

12.5K 770 58
                                    

•••
🦋Sudah Direvisi📝

•••

Happy 100k Readers❤️
Thanks for kalian yang udah baca dan selalu ngedukung cerita ini💞

Happy Reading😊

*****

"Za, lo kenapa sih?!" Tanya Reytina sedikit kesal karena sahabatnya itu tiba-tiba menarik tangannya untuk keluar Ruang Osis

"Apa yang lo lakuin tadi di dalem, hah?!" Tanya Qanza yang kini sudah menarik sahabatnya itu meninggalkan Ruang Osis.

"Gue cuma ngobatin lukanya dia Za, lagian dia juga luka gara-gara gue." Ucap Reytina yang tidak mengerti apa maksud dari perkataan sahabatnya itu.

"Gini ya Rey! Sekarang lo gak bisa sedekat kayak dulu lagi sama Ryan."

"Lo tau kan Bara kayak gimana? Kalo Bara tadi sampai liat posisi lo yang sangat dekat kayak gitu bisa-bisa dia salah paham. Dan lo mau buat mereka berdua bertengkar lagi?" Tanya Qanza. Ia sudah tau apa yang terjadi pada Bara dan Ryan tadi pagi. Dan ia tidak mau membuat kedua cowok itu kembali membuat keributan yang akan membuat sahabatnya terkena imbasnya nanti. Sikap Bara menurutnya sangatlah childies.

Dengan cepat Reytina menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau kejadian tadi pagi terulang kembali. Mengingatnya saya sudah membuatnya pusing. Semenjak berpacaran dengan Bara, banyak perubahan yang ia alami disekolah. Dan ia kurang suka dengan semua perubahan itu, dimana ia dipandang buruk oleh para siswi-siswi disini karena telah berpacaran dengan pentolan sekaligus cowok yang amat mereka idam-idamkan di SMA Angkasa. Tapi itu bukan keinginan darinya, entah mengapa takdir membawanya kepada Ketua Geng yang sangat disegani diseluruh Kota Jakarta.

"Inget Bara itu Ketua Geng, dia bisa ngelukain lo kapan aja." Ucap Qanza khawatir dengan sahabatnya. Karena ia tahu jika Bara marah maka cowok itu tidak akan segan-segan main tangan pada lawannya. Dan ia takut itu terjadi pada sahabatnya, sudah tidak jadi rahasia lagi kalo Bara tidak pernah memandang siapapun itu lawannya. Entah itu perempuan ataupun laki-laki jika sudah berani mengusiknya maka mereka juga berani untuk menerima konsekuensi karena sudah berani mengusik seorang Albara yang tidak tersentuh oleh apapun.

"Gue ngerti apa yang lo khawatirin Za, tapi gue yakin Bara gak mungkin main tangan sama gue. Dan gue bakal jamin itu." Ucap Reytina menenangkan.

"Tapi—,"

"Udah yuk balik, bentar lagi Pak Herman bakal dateng." Ajak Reytina sambil menggandeng tangan Qanza untuk segera kembali ke Ruang Osis sebelum Pak Herman datang.

Setelah 2 setengah jam lamanya ia mengadakan rapat, akhirnya rapat hari ini ditutup oleh Pak Herman. Semua anggota Osis yang mengikuti rapat hari ini memasukan alat-alat tulis mereka ke dalam tas guna bersiap-siap untuk pulang kerumah masing-masing. Menghilangkan rasa penat hari ini, dan menyambut hari esok yang tidak kalah melelahkan juga. Karena mulai besok mereka semua akan mulai menyiapkan segala persiapan lomba yang akan diadakan sekitar 2 bulan lagi di SMA Angkasa sebagai tuan rumah karena tahun kemarin SMA Angkasa banyak memenangkan perlombaan.

Banyak sekali persiapan yang harus mereka siapkan untuk menyambut perlombaan nanti. Dan mereka sudah harus menyiapkannya dari sekarang, agar tidak ada kekurangan saat hari dimana perlombaan itu mulai dilaksanakan.

Mereka harus menyiapkan berbagai macam sarana untuk lomba, dari tenda yang akan digunakan untuk perlombaan stand tiap kelas, panggung yang nantinya digunakan untuk perlombaan dan hiburan diakhir perlombaan serta menghias berbagai ruangan yang akan digunakan dalam perlombaan nanti. Mendengarnya saja sudah mampu membuat kepalanya terasa akan pecah sekarang, tapi inilah tugasnya menjadi Ketua Osis. Banyak orang diluaran sana menganggap menjadi Ketua Osis merupakan hal yang sangat mudah dan gampang, tetapi kenyataanya itu sangatlah sulit dan memerlukan tenaga yang ekstra didalamnya.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang