27.

12.5K 788 15
                                    

•••
🦋Sudah Direvisi📝

*****

Bara mendudukan tubuhnya, kepalanya sangalah sakit. Ia memejamkan matanya sejenak untuk meredam rasa sakit pada kepalanya. Sebenarnya ia sekarang sudah tidak terlalu marah pada gadis itu, hanya saja ada sesuatu hal yang menganggu pikirannya. Ia hanya kesal dan sedikit marah pada gadis itu karena lebih membela cowok lain daripadanya. Entah mengapa gadis itu sangat mengkhawatirkan dirinya.

Saat perjalanan pulang dari rumah gadis itu, ia mendapat panggilan telpon dari seorang yang tidak ia ketahui karena ia sedang mengendari motornya. Bara sebenarnya tidak berniat untuk mengangkatnya, tapi karna ponselmya terus berdering ia memutuskan untuk menepikan motornya lalu mengambil ponsel dari kantong celannya.

Ia mengernyitkan dahinya heran melihat siapa yang mehubunginya sore-sore begini.

Papa is Calling 📞

Karna sudah terlanjur menepikan motornya, mau tidak mau Bara akhirnya memutuskan untuk mengangkat telpon dari Papanya.

Raut wajah cowok itu tidak terbacakan setelah mendengar apa yang diucapkan pria paruh baya diseberang sana. Ia segera mematikan telpon secara sepihak dengan penuh amarah dan emosi. Tidak ada yang tahu apa yang cowok itu bicarakan dengan Papanya sampai emosinya sangat tidak terkendali. Hanya Bara dan Papanya lah yang tahu apa yang mereka berdua bicarakan.

Bara melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi, ia menghentikan motornya dipinggiran tebing lalu turun dan berjalan perlahan.

"ARGHHH!" Teriak cowok itu dengan keras sambil menatap indahnya kota Jakarta dari atas tebing seperti ini. Ia mencengkram kuat spion motornya sampai spion itu terlepas, lalu melemparkan ke sembarang arah.

"Gue gak bakal biarin itu terjadi." Teriaknya sambil mengacak rambutnya frustasi.

Ia tidak akan membiarkan Papa nya bertindak seperti itu, ini adalah kehidupannya kenapa pria itu harus hadir lagi di dalam kehidupannya. Ia kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sekarang yang ia butuhkan adalah pelampiasan dan ia tidak ingin ada orang yang menganggu dirinya saat ini. Oleh karena itu ia tidak berniat untuk pulang ke rumahnya untuk beberapa hari kedepan. Jika pikirannya sudah jernih barulah ia akan pulang.

Ia membelokan motornya kearah apartement nya. Bisa saja ia pergi ke club sekarang, tapi itu tidak ia lakukan. Yang ia butuhkan kali ini adalah sendiri.

Bara memasukan apartement nya dengan langkah gontai, ucapan Papanya masih terngiang di telinganya. Ia membuka kulkasnya dengan kasar lalu mengambil beberapa minuman alkohol yang tertata rapi disana.

Ia segera meminum minuman itu sampai kandas tak tersisa, lalu melemparnya dengan kasar ke lantai sampai pecahan dari botol itu berserakan kemana-mana.

Prangg!

Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya, menutup pintu dengan kasar menggunakan kakinya. Ia terduduk di atas lantai sambil terus meneguk minuman yang ia bawa.

Bara memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, lalu menenggelamkan kepalanya di lipatan kakinya.

Sial, umpatnya sambil memegang kepalanya yang bedenyut nyeri.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang