42.

8.7K 568 38
                                    

Haii guys....

Sebenernya UP nya mau diundur besok, karena Author hari ini lumayan sibuk. Tapi karena hari ini adalah hari spesial, yaitu hari ini adalah hari Ulang Tahun Author. Jadi aku mutusin buat UP sekarang aja.

Soo, part ini spesial untuk kalian💞💞

•••

Happy Reading😊



*****

"Lo ngapain disini?" Ucap mereka kembali secara bersamaan.

"Lo dulu." Ucap Reytina pada lelaki dengan tubuh tegap yang kini berdiri didepannya dengan menggunakan seragam putih abu yang sama dengannya tetapi label dibajunya sedikit berbeda.

"Ladies firts." Ucap lelaki itu yang kini sudah menyenderkan tubuhnya ditembok koridor sekolah dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana seragamnya.

Reytina yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas.
"Gue kebetulan lagi ikut Olimpiade disini." Ucap Reytina. "Kalo lo?"

"Gue sekolah disini."

Mendengar jawaban cowok didepannya membuat ia terkejut. Pertemuan mereka memang sangatlah singkat, mereka hanya kenal sebatas nama saja. Lelaki ini adalah lelaki yang Reytina temui saat mengantar coffee di Cafe miliknya, lelaki yang duduk menyendiri dibangku pojok Cafe. Sebenarnya ia tidak terlalu suka berkenalan dengan orang asing, tetapi entah mengapa lelaki didepannya ini memaksanya untuk memperkenalkan dirinya.

"Nice too met you." Ucap Kenzie pada gadis didepannya sambil menampilkan senyum manisnya.

"Trus kenapa lo waktu itu ada di Jakarta?" Tanya Reytina penasaran.

"Gue lagi berkunjung ke rumah nenek gue yang kebetulan ada di Jakarta."

Reytina menganggukan kepalanya mengerti.
"Kalo gitu gue pamit dulu." Pamit Reytina yang tidak ingin berlama-lama mengobrol dengan cowok didepannya. Ia sedikit risih dengan tatapan yang sekarang sedang dilayangkan Kenzie kearahnya.

Kenzie yang melihat kepergian gadis itu hanya menggelengkan kepalanya gemas. Tidak ada seorang gadis pun yang pernah ia temui berani menolak berkenalan dengannya, tapi gadis ini? Sangatlah unik dan mampu membuat rasa penasaraan didalam diri seorang Kenzie muncul. Aura gadis itu sangatlah berbeda, dan ia dapat sangat jelas merasakannya.

Kenzie mengerutkan keningnya setelah melihat sebungkus obat yang tergelentak dilantai koridor yang sebelumnya menjadi tempat gadis itu berdiri. Tanpa pikir panjang ia mengambil obat tersebut, tetapi Kenzie tidak mendapati label ataupun apa kegunaan dari obat yang kini sudah ada didalam genggamannya.

Saat Kenzie ingin mengejar gadis itu dan mengembalikan obat yang mungkin miliknya, tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat matanya menatap tidak asing dengan obat itu. Ia seperti pernah melihatnya, tapi ia lupa obat itu dipergunakan untuk apa. Kenzie pun memutuskan untuk mengambilnya dan akan menanyakannya kepada Papa-nya yang kebetulan seorang dokter terkenal di kota Bandung.

Bukannya Kenzie ingin mencampuri urusan gadis itu, tetapi ia merasa sedikit aneh dengan bentuk obat itu. Dia seperti tidak asing dengan obat yang ada ditangannya, dan ya... ia ingat obat itu seperti obat... tidak mungkin, gadis itu tidak mungkin mengkomsumsi obat tersebut. Ia memang sedikit tau jenis-jenis obat-obatan, karena memang ia sangat sering melihat Papa-nya yang sedang meracik obat. Untuk lebih memastikannya, nanti ia akan langsung menanyakannya kepada Papa-nya.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang