Reytina masih terus berusaha meraba ke dalam sling bag nya, untuk mencari keberadaan ponselnya. Keadaan restoran yang gelap, membuat pergerakannya menjadi sangat terbatas. Namun, beberapa detik mencari, ia masih belum berhasil menemukan ponselnya didalam sana.
Jangan katakan, bahwa ponselnya berada didalam saku celana Bara! Reytina merasa sangat kesal sekarang, karena acaranya makannya jadi tertunda akibat listrik restoran yang padam. Ditambah Bara yang tiba-tiba menghilang, membuat moodnya semakin turun.
Sebuah cahaya kecil menyorot dari arah depan, hal itu sontak membuat Reytina segera mengalihkan pandangannya kearah sumber cahaya tersebut—sambil beberapa kali mengerjapkan matanya.
Reytina samar-samar dapat melihat ada seseorang yang sedang berdiri disana, sambil membawa sebuah lilin di tangannya. Namun, ia tidak bisa melihat dengan jelas, akibat cahaya yang di pancarkan lilin tersebut sangatlah minim.
"Untukmu, perempuan yang sangat berharga di hidupku, setelah keberadaan mama. Perempuan yang telah mengenalkanku akan indahnya mencintai, dan sakitnya kehilangan. Perempuan yang membuatku sadar, bahwa dunia ini begitu indah dan menyimpan banyak misteri didalamnya. Aku pernah ingin menyerah dengan hidup—merasakan bahwa diriku tidak pernah berarti untuk siapapun. Tapi sejak mengenalmu, aku merasa diriku diharapkan. Dan rasanya sangat menyenangkan, bila diingat."
Reytina celingukan kesana kemati, mencari dari mana arah sumber suara tersebut. Suara yang begitu ia kenal. Siapa lagi, kalau bukan Bara.
"Terimakasih Reytina—terimakasih karena telah hadir di hidupku. Memberikan perasaan dan warna baru, yang belum pernah aku rasakan selama ini. Terimakasih atas kesempatan yang telah kau berikan, kesempatan yang tidak seharusnya didapakan oleh lelaki brengsek sepertiku."
"Happy birthday, to the girl I love so much." Setelah ucapan cinta terakhir dari Bara, seluruh lampu restoran yang semulanya padam, kini telah di hidupkan kembali. Memperlihatkan seorang lelaki yang tengah berdiri, dengan sebuah kue dan bunga ditangannya. Tidak lupa, senyuman manis juga Bara perlihatkan untuk Reytina.
Sorakan dan tepuk tangan dari arah belakang tubuh Reytina, turut membuat suasana semakin haru. Seluruh keluarga dan sahabatnya juga hadir malam ini, memeriahkan kejutan yang telah Bara siapakan sebelumnya.
Reytina tersenyum penuh haru, saat mendengar ucapan tulus dari Bara, dan melihat semua kejutan yang diberikan oleh lelaki itu. Rasa kesal yang sebelumnya menyelimuti hatinya, kini telah hilang entah kemana. Digantikan oleh perasaan bahagia, dan berbunga-bunga.
Bara melangkahkan kakinya mendekat kearah Reytina, yang masih belum beranjak dari tempatnya. Tatapan gadis itu yang kosong, membuat Bara khawatir jika Reytina tidak menyukai kejutan darinya.
Bara menyentuh lembut sebelah pipi Reytina, saat dirinya telah berada di hadapan gadis itu. Dan tepat saat itu juga, ia dapat melihat air mata gadis itu, yang menetes dari kedua kelopak mata indahnya.
Tubuh Bara oleng ke belakang, saat Reytina tiba-tiba memeluk erat tubuhnya. Ia dengan senang hati, membalas pelukan erat gadis itu. Menyalurkan rasa cintanya yang sangat membuncah, lewat pelukan yang terasa hangat di setiap saatnya. Untung saja kue dan bunga yang tadi ia pegang, sudah ia taruh di atas meja yang ada disamping tubuh Reytina.
Reytina mulai menguraikan pelukannya, setelah selesai meluapkan rasa harusnya lewat pelukan tersebut. Ia kemudian menatap intens kearah Bara, dengan raut wajah yang datar—hal itu mampu membuat Bara salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Apa yang kalian pikirkan jika Ketua dari sebuah geng besar berpacaran dengan seorang gadis cantik ketua osis di SMA-nya? Memiliki sifat yang berbanding terbalik diantara keduanya. Dia Albara Anggara Pratama, The Leader da...