12.

16K 998 4
                                    

•••
🦋Sudah Direvisi📝

*****

Sesampainya disekolah, Reytina segera turun dari mobil dan tidak lupa ia berpamitan kepada Pak Maman.

Reytina melangkahkan kakinya menuju kelas dengan tergesa-gesa. Sesampainya dikelas, ia melihat tas dari sahabatnya Qanza sudah ada diatas meja milik gadis itu. Ia pun buru-buru menaruh tasnya lalu berjalan kearah Ruang Osis, mungkin sahabatnya itu sudah ada di Ruang Osis.

Karena sesuai aturan yang ada, sebelum mulai berjaga didepan gerbang sekolah, para Osis harus kumpul terlebih dahulu di Ruang Osis.

Sesampainya didepan Ruang Osis, Reytina segera memasuki Ruang Osis dan melihat beberapa anggota Osis yang sudah berkumpul didalam sana, termasuk sahabatnya Qanza dan Ryan. Mereka sama-sama mendapatkan jadwal yang sama hari ini.

"Sorry gue telat." Ucap Reytina yang kini sudah duduk di bangkunya.

Mereka yang ada diruangan itu mengangguk mengerti.

"Tumben lo telat Rey?" Tanya Qanza sambil berbisik.

"Mungkin kemarin gue kecapekan ngerjain laporan jadinya telat bangun." Jelas Reytina.

Qanza yang mendengar jawaban sahabatnya menganggukan kepalanya.

"Karena ini udah jam 7 lebih, kita harus segera kedepan buat ngawasin murid yang terlambat." Ucap Reytina tegas. Gerbang akan ditutup pukul 07.35, jadi untuk murid yang telat datang pastinya akan mendapat hukuman nantinya.

"Untuk yang mendapatkan jadwal hari ini, bisa keluar dan menuju gerbang terlebih dahulu."

Mereka yang mendapat jadwal hari ini pun menganggukan kepalanya, dan segera keluar untuk menuju gerbang depan sekolah.

Reytina yang masih berada di Ruang Osis, mengambil beberapa laporan yang sudah ia kerjakan untuk dikumpulkan di meja Pak Herman selaku guru BK dan pembina Osis di SMA Angkasa.

Setelah mengambil beberapa laporan, Reytina membalikan tubuhnya tetapi ia dikejutkan dengan keberadaan Ryan yang masih berada di Ruang Osis.

"Ck, lo ngagetin gue aja." Ucap Reytina kaget, karena ia kira mereka semua tadi sudah keluar dan menuju gerbang depan sekolah.

"Gue nungguin lo." Ucap Ryan sambil menyengir tidak berdosa.

"Gue mau ke ruangan Pak Herman dulu." Ucap Reytina kesal.

"Gue anterin." Ucap Ryan.

"Lo kira gue anak kecil yang harus dianterin?" Tanya Reytina sambil memutar bola matanya malas.

"Gak gitu—."  Belum selesai bicara, Reytina terlebih dahulu memotong ucapan Ryan.

"Lo nyusulin yang lain aja, gue bisa sendiri." Ucap Reytina tegas.

Baru saja ingin menjawab ucapan dari Reytina, tetapi gadis itu kini sudah melangkahkan kakinya melewatinya.

Ryan yang pasrah pun, memutuskan menyusuli anggota yang lainnya ke depan gerbang sekolah. Ia tidak ingin gadis itu yang berakhir marah jika ia tetap keras kepala dan mengikuti Reytina ke ruangan Pak Herman.

Reytina mempercepat langkahnya menuju ruangan Pak Herman karena ia juga harus memantau para anggotanya didepan.

Karena tergesa-gesa, Reytina pun menabrak dada bidang seseorang dan itu membuat ia jatuh terduduk dilantai koridor. Laporan yang ia bawa juga ikut terjatuh dan berserakan.

Brukk!

"Shh aww." Ringis Reytina

"Kalo jalan tuh liat-liat." Ucap seseorang dingin. Dan Reytina mengenali suara itu.

ALBARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang