Seluruh pasukan Xarvanos kini telah berdiri depan sebuah bangunan berlantai dua, dengan berbagai macam senjata di tangan mereka.
Pasukan tersebut dipimpin langsung oleh Bara, dibarisan paling depan. Mata elangnya, menatap nyalang kearah bangunan di depannya. Ingatan akan kondisi Daniel yang sedang kritis saat ini, terus berputar-putar di kepalanya.
Tangannya terkepal dengan sangat kuat, dia tidak ingin keadaan Daniel akan berakhir sama sepertinya.
Bara dengan cepat mencegat tangan Alvaro, yang hendak melangkah masuk ke dalam. "Rencana kita gak seperti ini. Jangan gegabah, dan kendalikan emosi lo." Ucap Albara, yang tau seberapa terpukulnya Alvaro dalam musibah yang menimpa mereka saat ini. Apalagi kondisi Daniel yang sedang kritis, membuat Alvaro semakin tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Persetan, dengan rencana yang telah kita susun. Gue akan hancurkan dan habiskan geng sialan ini, dengan tangan gue sendiri. Malam itu, Delvago telah membuat kita hampir kehilangan lo. Dan sekarang? Dia kembali berhasil membuat salah satu dari kita, kritis di rumah sakit!" Ucap Alvaro, dengan urat-urat yang mulai menyembul di permukaan kulitnya.
"Kalo lo belum bisa atur emosi lo, mending lo gak usah ikut dan temani Daniel di rumah sakit. Dengan lo bersikap seperti, tidak hanya nyawa lo yang ada didalam bahaya—tapi kita semua akan ikut terseret ke dalamnya. Gak boleh ada satupun yang gugur malam ini, kita harus saling melindungi. Solidaritas yang paling utama." Ucap Arka, sambil menepuk pelan bahu Alvaro. Menenangkan sahabatnya untuk tidak bersikap gegabah.
Arka sangat paham seberapa terpukulnya Alvaro, dengan situasi yang menimpa mereka saat ini. Arka juga merasakan hal yang sama, mereka semua tidak ingin kehilangan Daniel.
"RAFA, KELUAR LO, BANGSAT! ATAU LO SEMUA YANG ADA DIDALAM, AKAN GUE BAKAR HIDUP-HIDUP!" Teriak Albara, yang berbicara lewat megaphone toa yang ia bawa.
Disisi lain, Septian dan Alexander kini sedang menjalankan tugas mereka—menyiramkan seluruh sisi bangunan dengan minyak tanah.
Melihat tidak adanya tanda-tanda bahwa Rafa akan keluar dari markasnya, Bara pun lantas meraba kantong celananya—mengeluarkan korek api kemudian menyalakannya. Bara tau bahwa Rafa dan anak buahnya ada didalam sana, karena sesuai informasi yang ia dapatkan—bahwa selama Rafa menetap di Jakarta, lelaki tinggal di dalam markas tersebut.
Namun, sebelum Bara melemparkan korek api yang telah menyala kearah bangunan tersebut. Gerbang hitam didepannya telah lebih dulu terbuka, memperlihatkan keberadaan Rafa yang berdiri di barisan paling depan—dengan diikutin oleh beberapa anggotanya dibelakangnya.
Rafa yang melihat kedatangan seluruh pasukan Xarvanos, mengernyit bingung. "Ada urusan apa lo semua datang kesini?"
"Jangan pura-pura gak tau lo, bangsat!" Teriak Alvaro, kemudian menerjang tubuh Rafa dengan pukulan yang mematikan. Tangannya sudah sangat gatal untuk menghabisi lelaki, yang membuat sahabatnya bertaruh nyawa saat ini.
Para anggota Delvago yang melihat itu, segera memisahkan tubuh Rafa dengan tubuh Alvaro. Mereka kemudian berdiri didepan Rafa, untuk melindungi lelaki itu dari serangan.
Rafa menghentikan pergerakan anggotanya, yang mulai melangkah maju untuk membalas serangan dari Alvaro. "Gue benar-benar gak tau, apa maksud kalian datang kesini dan memulai penyerangan secara tiba-tiba."
Bara, lagi-lagi mencekal tangan Alvaro yang hendak maju menghampiri Rafa.
"Lo harus membayar apa yang telah lo perbuat malam ini, dengan harga yang setimpal. Anak buah lo udah berhasil membakar habis markas utama Xarvanos, dan membuat Daniel—sahabat gue kritis di rumah sakit." Ucap Albara, sambil berusaha mengendalikan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Apa yang kalian pikirkan jika Ketua dari sebuah geng besar berpacaran dengan seorang gadis cantik ketua osis di SMA-nya? Memiliki sifat yang berbanding terbalik diantara keduanya. Dia Albara Anggara Pratama, The Leader da...