Happy Reading😊
*****
"Ya hallo?"
"....."
Deg.
Tanpa sadar kini air matanya sudah membasahi pipinya. Ia terduduk ditepi ranjang karena tidak bisa lagi menahan berat tubuhnya. Setelah mengucapkan terimakasih dan dibalas oleh orang diseberang sana barulah ia mematikan telponnya.
Ia menyentuh dadanya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah ia bermimpi malam ini? Apakah kini semua doanya telah terkabulkan? Ia sangat berharap ini bukanlah mimpi semata, tapi kenyataan. Bibirnya tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada tuhan sejak ia memutuskan panggilannya tadi.
Bara sudah sadar dari komanya?
Ini adalah kabar yang sebulan ini sangat ia nanti-nantikan, tapi sekarang? Kabar yang terdengar sangat sederhana tapi amat berarti untuk Reytina. Hal bahagia apalagi selain mendengar orang yang amat ia sayangi kini sudah sadar dan akan kembali berkumpul dengan semuanya yang selama ini sangat setia menunggu kabar baik ini.
Ini adalah hari terbahagia baginya. Walaupun ia sedikit sedih karena tidak bisa menjadi orang pertama yang menemani Bara saat ia sadar dari komanya. Tapi ia tetap sangat bahagia karena mengetahui bahwa keadaan cowok itu kini sudah baik-baik saja. Daniel juga menyampaikan kepadanya bahwa beberapa alat yang berada ditubuh Bara selama sebulan ini kini sudah mulai dilepas satu persatu mengingat kondisi dari cowok itu kian membaik. Walau ada beberapa alat yang masih menempel ditubuh Bara, salah satunya adalah alat pernafasan.
Pihak rumah sakit tidak ingin mengambil resiko dengan melepas alat pernafasan seorang pasien mengingat pasien tersebut baru saja tersadar dari komanya.
Ia sangat ingin menemui Bara detik ini juga. Ia ingin melampiaskan kesedihan yang ia pendam seorang diri selama beberapa hari belakangan ini dengan pelukan hangat yang selalu Bara berikan kepadanya. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus menahan rasa rindunya untuk sementara waktu.
Apakah ini alasan mengapa rembulan bersinar terang malam ini?
Dan kini, apa arti hujan yang tiba-tiba saja turun? Kenapa langit tiba-tiba berubah menjadi gelap dan sinar rembulan kini sudah mulai redup?
Reytina merebahkan dirinya diatas ranjang kamar hotel yang sangat luas, sambil menikmati suara rintikan hujan yang sangat merdu. Ia sangat menyukai dan membenci hujan secara bersamaan. Suara rintik hujan yang sangat menenangkan dan suara petir yang sangat menakutkan. Satu hal yang mampu memberikan kebahagiaan dan ketakutan secara bersamaan.
Gadis itu menatap langit-langit kamarnya yang kini hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang mulai meredup dan ditambah cahaya lampu dari gedung-gedung diluar hotel yang menjulang tinggi walaupun tidak setinggi gedung-gedung yang ada di Kota Jakarta. Cahaya itu masuk tanpa permisi, karena Reytina memang sengaja tidak menutup tirai kaca yang menghadap langsung kearah bangunan tinggi yang sangat terlihat jelas dari kamar yang sedang tempatinya sekarang.
Reytina sedang membayangkan apa yang akan terjadi saat ia bertemu dengan Bara nantinya. Ia ingin memperbaiki semuanya dan memulainya dari awal tanpa adanya paksaan dari salah satu pihak. Ia berharap Bara mau memperbaiki semuanya dan menjalani semuanya bersama. Memulai dan membuka lembaran kehidupan yang baru, melupakan semua kejadian yang sudah berlalu dan menjadikannya sebuah pelajaran hidup untuk kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Apa yang kalian pikirkan jika Ketua dari sebuah geng besar berpacaran dengan seorang gadis cantik ketua osis di SMA-nya? Memiliki sifat yang berbanding terbalik diantara keduanya. Dia Albara Anggara Pratama, The Leader da...