Sebelum Kita Pergi

88 3 0
                                    

Hasil pengujiannya akan selalu sama, aku akan selalu jadi orang yang penuh dengan perencanaan, mengikuti langkah demi langkah aturan yang telah kususun sendiri, dan selalu merasa bersalah jika semuanya melenceng dari setiap titik yang telah kugaris untuk mencapai suatu tujuan.

Namun, dia berbeda.

Selalu penuh kejutan, jika pun dia menyusun suatu rencana, dia hanya akan menyimpannya sendiri di dalam kepala sambil berusaha bagaimana membuat sepercik kejutan di dalamnya.

Aku dan dia memang punya banyak perbedaan. Di saaat aku akan nyaman bergulung di dalam selimut menikmati secangkir teh dan membaca buku di kamar, maka dia akan merasa begitu hidup menikmati secangkir kopi di antara gelak tawa orang-orang di sekelilingnya di suatu tempat yang bahkan dalam mimpi pun mungkin tak akan pernah kudaki dan datangi.

Terkadang aku hanya mampu tersenyum kecil saat dia bergumam, "Kenapa kamu tidak menggemari hal-hal yang aku sukai?" Well, aku juga tidak mampu menjawabnya, karena Tuhan telah merancang setiap sisi cara pikir kami dengan pola yang berbeda.

Tapi kupikir mungkin ini cara semesta menyatukan kita. Seperti ungkapan yang pernah dia katakan padaku, "bukankah magnet tarik-menarik karena kedua kutubnya beda? Begitu juga kau dan aku!"

Aku setuju dan kini pikirku, bukankah begitu hakikat 'kita'? Aku memujamu, kau (mungkin) juga memujaku. Harapku begitu.

Maka sebelum kita pergi, eratkanlah peganganmu dan peganganku, kita akan meluncur menuju petualangan baru. Aku tak tahu apa yang menanti kita di depan, tapi kupikir kita akan baik-baik saja. Meski terluka, kita pasti mampu menyembuhkan diri kita sendiri.

 Meski terluka, kita pasti mampu menyembuhkan diri kita sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote ya! 💚

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang