Aku ingin bercerita padamu hakikat setiap jiwa.
Bagi setiapnya, tak ada detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, abad...
Itulah mengapa jiwa tak pernah paham.
Bagi setiapnya, bersama dan kekal adalah mutlak.Mungkin itulah alasan mengapa aku begitu egois,
menginginkan setiap jengkal hadirmu,
merinduimu seakan waktuku sudah tak banyak lagi.
Bahkan saat nanti pemisah kita hanya selapis kulit tipis,
tetap aku akan egois selalu meminta tanda keberadaanmu secara berlebihan.Aku harap mengertilah saat rajukku berucap,
betapa rasanya bagai kecupan perpisahan setiap kau ucapkan selamat tidur.
Apakah jiwamu juga egois berharap kudekap segera?
Karena itulah yang diinginkan pemilik pasangan jiwamu, yaitu aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
ŞiirTeater kehidupan telah dimulai, dengan pelakon tunggal dan dialog bisu. Rencana berjalan, takdir melantai, di antara hati yang patah dan bujukan palsu. Maukah engkau menjadi pendengarku? Memahami potongan sketsa peran, menghakimi kenangan dan w...