Maka kutinggalkan kata-kata yang terserak
Tak sempat terujar menjadi bunyi
Hanya terburai hitam tinta
Membentuk hamburan kalimat
Dengan tulisan terasa tak terbacaKemudian kulangkahkan semua sisa rasa
Di aspal melawan gelombang para pencari makna kehidupan
Wajah asing tanpa rasa ingin tahu
Yang langsung kulupakan begitu kuingatApa yang aku cari?
Apa harapan yang menjadi penguat?
Apa alasan aku berpijak?Kemudian bangunlah ragaku
Dengan jiwa kosong dan pikiran penuh
Bahkan paparan matahari terasa mati rasa
Hembusan angin menyemukan asa
Apa mauku?Kusalahkan segala hal yang tampak nyata
Kupertanyakan dimensi lima
Namun tetap tak dapat mengisi lembaran kosong di otakkuSemua kenangan memudar setiap kulontarkan pertanyaan
Rasanya kemarin telah hilang
Yang ada hanya masa yang akan datang
Menawarkan kemungkinan abu-abuKehidupan terasa rentan
Dengan semburan kalimat terkunci di bibir
Semua menjadi tak sama
Semua terasa asingKemudian kupejamkan sang indra
Sambil menggenggam sisa harapan
Kemudian aku tersadar
Semua ini hanya kamuflase.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
PoetryTeater kehidupan telah dimulai, dengan pelakon tunggal dan dialog bisu. Rencana berjalan, takdir melantai, di antara hati yang patah dan bujukan palsu. Maukah engkau menjadi pendengarku? Memahami potongan sketsa peran, menghakimi kenangan dan w...