Teater kehidupan telah dimulai,
dengan pelakon tunggal dan dialog bisu.
Rencana berjalan, takdir melantai,
di antara hati yang patah dan bujukan palsu.
Maukah engkau menjadi pendengarku?
Memahami potongan sketsa peran,
menghakimi kenangan dan w...
Terkadang kau hanya terlalu mengenalku, dan kukatakan padamu bahwa ini tak ada hubungannya dengan rasamu padaku.
Kau paling tahu bahwa aku akan memilih teh di antara pilihan minuman. Secara otomatis kau akan mengambil semua potongan tomat yang tertata rapi di atas piring berisi menu pesananku, karena kau tahu, aku membencinya. Jemarimu akan langsung menyentuh tombol next hingga berhenti di lagu kesukaanku. Aku selalu membuat minuman jahe hangat disaat aku merasa tak enak badan, sambil tersenyum kau akan menyodorkan sebutir lemon, "Aku tahu kau mencari ini sebagai tambahan."
Lalu lagi, hingga pada kebiasaan dan hal-hal memalukan lainnya, kau juga tahu. Bahwa aku hanya berpura-pura senang menerima hadiah bingkisan cokelat dari mereka, lalu diam-diam kau akan menggantikannya dengan manisan asam jawa yang kugilai. Bahwa diam-diam aku membenci oatmeal, namun tetap berusaha menyukainya, "Ah, mau kuganti saja dengan sereal jagung?", tawarmu seperti biasa. Bahwa aku tidak pernah sekalipun menikmati alunan Jazz di restoran mewah, bahwa aksen bahasa Inggrisku kampungan sekali, bahwa aku tak akan pernah berhasil berdiri di atas high heels lebih dari setengah jam...
Kau terlalu tahu, mungkin itu masalahnya.
Tapi bukan berarti kau mengenal perasaanku, apa mungkin kau hanya menebak-nebak saja?
Sungguh, rasa tahumu bukan berarti perwujudan rasa cintamu.
Karena aku tahu, siapa lagi yang sangat kau ketahui tentang pribadinya selain diriku. Betul, aku tak hanya sendiri. Dan aku egois. Aku hanya ingin kau tahu tentang diriku saja. Namun, sepertinya kau tak bisa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
