Langkah sang perempuan terhenti
Dia sudah tak pulang ke rumah berhari-hari
Sibuk mengejar mimpi
Kejut sang lelaki terasa kuat akan langkah tanpa bunyi
Tak sempat ditepis sisa aroma yang pekat
Tak sempat lenyap bekas gincu yang melekat
Pelan-pelan sang perempuan berbisik kaku
'Sayang, bibir siapa yang tadi bertamu?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
PoetryTeater kehidupan telah dimulai, dengan pelakon tunggal dan dialog bisu. Rencana berjalan, takdir melantai, di antara hati yang patah dan bujukan palsu. Maukah engkau menjadi pendengarku? Memahami potongan sketsa peran, menghakimi kenangan dan w...