Kita bertemu bisa jadi suatu kebetulan.
Kita berbicara, berjabat tangan, tertawa dan meringis kaku terjadi karena kesengajaan setelah kebetulan.
Bagaikan putaran benda-benda langit di kelamnya angkasa, mungkinkah pertemuan kita juga karena perputaran yang itu-itu saja?
Lalu kita berpaling, berlalu, kemudian letih.
Tak sempat bersapa, bertemu, dan bersentuhan.
Ah, apa ini masih kebetulan atau sesuatu yang dibuat-buat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog
PoetryTeater kehidupan telah dimulai, dengan pelakon tunggal dan dialog bisu. Rencana berjalan, takdir melantai, di antara hati yang patah dan bujukan palsu. Maukah engkau menjadi pendengarku? Memahami potongan sketsa peran, menghakimi kenangan dan w...