Teater kehidupan telah dimulai,
dengan pelakon tunggal dan dialog bisu.
Rencana berjalan, takdir melantai,
di antara hati yang patah dan bujukan palsu.
Maukah engkau menjadi pendengarku?
Memahami potongan sketsa peran,
menghakimi kenangan dan w...
Keramaian masih menggagahi malam. Langkah sang gulita tersusup senyap. Pertunjukan hidup terus berlangsung. Tanpa pertanda akan usai. Di antara kerumunan, terselip benak-benak angkuh. Di antara wajah-wajah asing, tersisih pemilik frustasi. Di antara bibir-bibir merona, mengepul asap dari jiwa-jiwa pemalu. Di antara gema tawa, tersembunyi derai kesedihan.
Katamu, manusia punya pertunjukkan sendiri dalam teater hidup. Lalu yang mana milikku? yang mana milikmu? Apakah pertunjukkan kita akan berakhir dengan senyuman ataukah linangan air mata? Mungkinkah harus berakhir di tengah pertunjukkan dan ditinggalkan penonton yang mendadak bosan?
Rentetan tanyaku kau sambut dengan senyuman hangat dan jawaban sederhana, 'Tak usah cemas, dengan senang hati aku akan menjadi pencuri pertunjukanmu dan akan kubantu kau mendapatkan akhir cerita seperti yang kau mau.'
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.